Purna Warta – Hingga saat ini masih saja militer AS bercokol di Irak meskipun sudah beberapa kali diadakan perundingan dan kesepakatan Parlemen Baghdad, bahkan dalam beberapa kesempatan ada banyak kabar dari petinggi dan media Irak tentang penarikan mundur. Masih saja ada, jadi sampai kapan ini?
Parlemen Irak menandatangani draf pengusiran pasukan Amerika karena teror Jenderal Qasem Soleimani, Jenderal IRGC, dan Abu Mahdi al-Muhandis, Wakil Ketua Muqawamah Irak al-Hashd al-Shaabi.
Sementara di antara petinggi Washington terjadi pro dan kontra sehingga mereka menyatakan pernyataan-pernyataan kontradiksi. Satu menegaskan penarikan mundur, sedangkan yang lain seperti Jenderal CENTCOM, Kent McKenzie menolak pengurangan pasukan di Baghdad dengan mengklaim, Irak-lah yang menginginkan pasukan Pentagon.
Baca Juga : Khalifa Haftar dan Gaddafi Junior, Alternatif Israel di Pemilu Libya
Menyorot laporan-laporan media dan gerak AS di Irak, banyak analis yang meyakini bahwa tugas pasukan Pentagon telah berubah, tak lagi memburu teroris, jadi mereka tidak akan menarik mundur pasukan.
Sementara Penasihat Keamanan Nasional Irak, Qasim al-Araji, yang sempat ikut dalam perundingan strategis di Washington, menegaskan bahwa Baghdad telah menekankan kepada pihak Amerika bahwa mereka tidak butuh pada pasukan asing di dalam kedaulatan dan pada tanggal 31 Desember 2021 akan berasa rasa baru.
Karena fakta ini, seharusnya unit-unit pasukan AS segera keluar pada akhir tahun 2021, meskipun sekarang seakan hanya terasa simbolik.
Menimpal situasi ini, al-Araby al-Jadeed menelusuri situasi sekarang. Mencari kapasitas sebenarnya realisasi kesepakatan Washington-Baghdad tentang penarikan mundur.
Baca Juga : Petuah AS ke Saudi: Lakukan Apa yang Kami Lakukan di Afganistan
31/12/2021 Akhir Kesempatan, Wilayah Udara Irak Masih Dalam Kontrol AS
Dalam laporannya, al-Araby al-Jadeed menuliskan bahwa salah satu Jenderal militer Irak menyatakan bahwa pasukan AS terus melakukan pengunduran, mengeluarkan senjata dan alat-alat berat urgen lainnya secara bertahap. Mereka menegaskan bahwa tanggal 31 Desember depan adalah kesempatan terakhir penarikan mundur ini dan awal pergantian tugas mereka menjadi tim penasihat dan latihan. Akan tetapi, aktivitas militer udara Pentagon masih tetap bekerja, yang jelas di posisi geografi 32 dan 35 utara dan barat Baghdad. Itu adalah tempat di mana ISIS aktif, begitu pula di perbatasan utara dan barat darat Suriah, termasuk wilayah Bukamal dan al-Hasakah.
Dalam kunjungan PM Irak, Mustafa al-Kadhimi ke Washington yang disambut hangat oleh Presiden AS dan pertemuan tertutup mereka, Presiden Joe Biden menegaskan perubahan peran Pentagon yang hanya akan fokus pada pelatihan dan menyatakan, “Kami akan membantu Irak melawan ISIS. Namun hingga akhir tahun ini, kami tidak lagi mengemban tugas militer di Irak.”
Baca Juga : Resmikan Ilisu Dam, Bener-Bener Turki Ajak Ribut Tetangga
Reformasi Peran Militer AS ke Pelatihan dan Penasihat
Selanjutnya, al-Araby al-Jadeed melaporkan tekanan gerakan Muqawamah atau resistensi dan Parlemen ke pemerintah Irak akan pentingnya penarikan mundur pasukan asing. Di tambah lagi laporan tentang serangan bertubi-tubi ke basis militer AS dan pengincaran konvoi logistik militer di berbagai provinsi hingga memaksa petinggi militer dan keamanan Irak mengadakan pertemuan dengan tim khusus koalisi AS yang bernama aliansi anti-ISIS secara tertutup.
Di akhir pertemuan darurat di Baghdad tersebut, mereka mengumumkan bahwa mereka akan tetap melaksanakan isi resolusi dan akan terjadi perubahan tugas militer AS dari pasukan perang ke tim pelatihan dan penasihat.
Masih terkait hal ini, dua petinggi Irak di ibukota Baghdad membahas tentang kelanjutan operasi penarikan mundur militer Amerika dari kedaulatan Irak melalui udara dan koordinasi mereka dengan petinggi Baghdad.
Salah satu dari mereka kepada al-Araby al-Jadeed menyatakan, “Militer Amerika telah menarik mundur tiga unit pasukan bersenjatanya. Dan satu unit lagi sedang melakukan persiapan, di mana mereka semua bertugas di bawah struktur wajib perang aliansi internasional.”
Tentang alat-alat berat, salah satu petinggi Irak menegaskan, “Amerika Serikat telah mengeluarkan perlengkapan militer urgen dan senjata berat dari pangkalan Ain al-Assad, termasuk helikopter perang yang digunakan pada tahun 2015-2017 untuk mendukung pasukan Irak.”
Baca Juga : Ma’rib Jatuh ke Tangan Ansarullah, Israel Khawatir dan AS Cari Jalan Keluar
Dari Tugas Militer ke Penasihat
Dalam wawancara dengan al-Araby al-Jadeed, salah satu petinggi Irak menjelaskan bahwa sisa dan kesempatan tinggal yang diberlakukan dalam kesepakatan sudahlah cukup. Di sana ada komite teknis yang akan mengalihkan pasukan bersenjata ini menjadi tim penasihat dan pelatih. Mereka bertugas mengajarkan militer Irak tentang perang versus teroris dalam program perkembangan.
Dan menurut pengakuan petinggi tersebut, koalisi internasional masih akan ikut terjun dalam operasi dukungan karena kemampuan mereka dalam menyerang dan membalas cepat versus ISIS di wilayah utara dan barat Irak.
Berkaitan dengan hal ini, salah satu mantan anggota Komisi Keamanan dan Pertahanan Parlemen Irak mengungkapkan kepada al-Araby al-Jadeed, “Akhir-akhir ini, Irak menerima lebih dari 800 mobil perang dari AS dan semuanya diserahkan ke pasukan Kurdi, Peshmerga.”
Baca Juga : 4 Mimpi Buruk Israel di Laut Merah dan Yaman
Mantan petinggi tersebut menambahkan bahwa operasi penarikan mundur lewat udara juga dilakukan dengan bantuan kedaulatan Kuwait. Pasukan penting Amerika keluar dengan sangat rahasia dan jumlah pasukan di Ain al-Assad dan Harir hanyalah sedikit. Mereka juga menunggu untuk keluar.
“Saat ini dari 2500 pasukan, hanya sisa 1500 pasukan AS di Irak. Berdasarkan informasi yang didapat disebutkan bahwa tahap kedua penarikan mundur akan segera dilakukan. Alat berat serta perlengkapan akan dikirim ke basis militer Washington di Teluk Persia, termasuk senjata kunci,” tambahnya.
Menurut pengakuannya kepada al-Araby al-Jadeed, pasukan Pentagon keluar sesuai jadwal, sesuai resolusi. Mereka akan kembali ke Irak berdasarkan permohonan Baghdad yang tertulis dalam resolusi yang ditandatangani, meskipun hal ini jauh dari indikasi karena kemampuan pasukan bangsa sendiri.
Politikus Irak tersebut juga mengingatkan tugas pasukan AS sebagai penasihat di Irak yang lebih dikarenakan penjagaan dan pengoperasian skuadron pesawat tempur F-16 sebagai salah satu pondasi AU.
Baca Juga : New York Times: Erdogan Ketagihan Ulah
Ini Bukanlah Penarikan Mundur, Hanya Pergantian Tugas
Salah satu analis kondang Irak meyakini bahwa kebijakan tentang penarikan mundur tidak bisa disebut penarikan mundur. Kebijakan ini lebih menyerupai pergantian (tugas), dari pasukan perang ke pasukan lainnya.
Dalam wawancara dengan al-Araby al-Jadeed, Ahmed al-Sharifi menjelaskan, “Yang terjadi sekarang adalah penumpasan realisasi isi resolusi keamanan yang telah ditandatangani kedua negara. Kekuatan Irak akan dibantu oleh kekuatan asing. Melihat menurunnya operasi militer dan keamanan di Baghdad, situasi sekarang ada dalam genggaman kemampuan bangsa.”
“Irak masih sekutu Amerika, ini adalah hal pasti,” sindirnya.
Baca Juga : Ini Hasil Pertemuan Virtual Biden dan Xi Jinping
Sorot Petinggi Irak akan Realisasi Resolusi Baghdad-Washington
Saad al-Saadi, salah satu Anggota Kamar Politik Asaib Ahl al-Haq, menyatakan bahwa gerakan Muqawamah ini tidak percaya pada tim koordinasi al-Kadhimi dan Amerika.
“Semua gerakan Muqawamah Irak juga tidak mengkhawatirkan hasil perundingan dengan Washington. Mereka tidak perhatian akan hasilnya. Seandainya tidak ada langkah realisasi kesepakatan, proyek resistensi tetap akan berjalan melawan pendudukan,” cetusnya.
Baca Juga : Siasat Saudi di Lebanon Akan Gilas Kepentingan Barat, AS-Prancis Harus Lawan