HomeAnalisaHari Kelam Israel Menjelang Hari Quds Dunia

Hari Kelam Israel Menjelang Hari Quds Dunia

Purna Warta – Hari-hari terakhir ini bisa disebut hari kelam rezim Zionis. Hari-hari ini bukan hanya mempertontonkan politik buntu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan segenap politikus Israel, tetapi juga meriwayatkan insiden-insiden menakutkan di wilayah dalam Zionis. Dan semua terjadi menjelang hari Quds dunia, hari yang akan menambah pahit Tel Aviv dan sekutu-sekutunya.

Kurang dari dua tahun, rezim Zionis mengadakan Pemilu empat kali. Tanpa hasil akhir untuk menyembuhkan luka politik jangka panjang.

Sayap kanan pimpinan Benjamin Netanyahu dan koalisinya tersungkur, dan setiap satu dari partai-partai oposisi yang berniat menyingkirkan Netanyahu juga tidak mampu meraih jumlah kursi minimum untuk pembentukan Kabinet. Presiden Reuven Rivlin menunjuk Benjamin Netanyahu bertugas menyusun Kabinet karena jumlah suara pendukung paling banyak. Namun kesempatan 4 minggu tugas pembentukan Kabinet berakhir pada hari Selasa (4/5) dan diapun belum juga berhasil menemukan ramuan aliansi.

Bukan pembentukan Kabinet yang dirasa urgen oleh Benjamin Netanyahu, akan tetapi dia melihat singgasananya mulai goyah sehingga dirinya hanya fokus dalam upaya stabilitas kursi kekuasaan. Benjamin Netanyahu pergi ke pangkuan Benny Gantz untuk kedua kalinya. Dan tak disangka, Benny Gantz kepada media mengabarkan penolakannya atas tawaran Netanyahu.

Beberapa hari lalu, beterbangan kabar media mengutip pernyataan Presiden Israel yang ingin menyerahkan tongkat tugas pembentukan Kabinet ke Yair Lapid, yang selain menjabat ketua partai Yesh Atid juga memimpin partai-partai oposisi di Parlemen Knesset.

Demo juga mewarnai hari-hari kelam ini. Pendemo memenuhi halaman depan kediaman Benjamin Netanyahu di Palestina Pendudukan. Penangkapan juga ramai dilakukan pihak keamanan. Para organisator demo ini menegaskan bahwa mereka hanya ingin memotong tangan petinggi yang ingin menjamah ide Pemilu putaran ke-5.

Bom di Situs Nuklir Yahudi Zionis

Kamis dini hari (22/4), sumber di dalam Israel mengabarkan pekik sirine bahaya serangan rudal di sekitar fasilitas nuklir Dimona.

Pasca kabar sirine, sumber-sumber media berbahasa Ibrani melaporkan rudal yang menghantam bagian selatan Palestina Pendudukan. Militer rezim Zionis, tak lama setelahnya membenarkan kabar burung tersebut, yang kemudian dilanjutkan dengan penegasan tentang kegagalan sistem pertahanan udara rezim Zionis menangkis rudal yang meluncur dari arah Suriah.

Avichay Adraee, Jubir Militer Israel, dalam akun twiternya menjelaskan, “Penyelidikan pertama insiden penembakan rudal darat-udara dari arah Suriah ke Israel menunjukkan bahwa sistem pertahanan tidak mendeteksi (rudal).”

Surat kabar Saudi, al-Arabiya mengutip dari jurnalisnya dan mengabarkan bahwa militer Zionis gagal dua kali dalam upaya mendeteksi rudal.

Media Sky News juga dalam perihal ini melaporkan bahwa Kementerian Pertahanan Israel sedang melakukan penyelidikan terkait kegagalan sistem pertahanan udara di dekat fasilitas nuklir Dimona.

Avigdor Lieberman, mantan Menteri Pertahanan Israel dan ketua partai Yisrael Beiteinu, ikut menanggapi insiden ledakan rudal di Dimona hingga mengkritik kinerja Perdana Menteri dan mengatakan, “Mungkin saja situasi lebih buruk lagi.”

Benny Gantz, Menhan Israel, mengakui adanya upaya untuk mendeteksi rudal, “Akan tetapi gagal.”

Abdel Bari Atwan, analis surat kabar Rai al-Youm, meramaikan analisa atas insiden di Dimona dan menulis, “Rudal di Dimona mungkin sebuah angin perubahan kaedah perang. Rudal ini menampakkan keruntuhan segala perhitungan sebelumnya. Sepertinya kesabaran strategis telah hilang dan superioritas Iron Dome kini hanyalah berita hoaks. Siapapun, yang pernah menonton larinya segerombolan orang ke tempat perlindungan, akan memahami apa yang kami bicarakan. Mukawamah dan resistensi telah membalas dan martabat ada di depan.”

Gelegar Ledakan di Pabrik Militer

Tepat satu hari sebelum ledakan di Dimona, beberapa sumber di Israel mengabarkan ledakan hebat di salah satu pabrik pengelola bahan keamanan di Palestina Pendudukan. Kabar dimediakan satu hari lebih lambat.

Di tengah upaya keras dan sensor ketat, media memperlihatkan kabar ledakan ini seperti hal biasa. Meskipun awan hitam menyelimuti langit, media masih berupaya menutupinya dengan lebih kental.

Namun surat kabar Haaretz sedikit keluar dari kaedah dan mengungkapkan bahwa ledakan ini terjadi pada hari Selasa (20/4) di sebuah pabrik militer di bawah naungan Kemenhan Israel yang ada di Ramla.

Dunia warta Zionis tidak memperlebar beritanya. Mereka bungkam tanpa mengungkit sesuatu di balik insiden, penyebab, identitas dan aktifitas pabrik. Akan tetapi site CTech (Calcalis Tech), dalam salah satu laporannya tertanggal 31 Mei 2020, sedikit mengungkap indentitas dan aktifitas pabrik, yang menurutnya bertugas ujicoba rudal.

Kebakaran di Dekat Bandara Ben Gurion

Hari buruk rezim Pembantai anak-anak Palestina tidak berhenti di insiden-insiden ini saja. Minggu (2/5), dalam satu siaran langsung, media Zionis memberitakan kebakaran hebat di dekat bandara internasional Ben Gurion bahkan penduduk di sekitarnya dipindahkan.

Rezim Zionis tidak memberitakan penyebab dan detail kebakaran, namun video-videonya menyebar di dunia maya.

Bandara internasional Ben Gurion adalah bandara paling besar Israel yang dibangun di dekat kota Lod dan 15 kilometer tenggara Tel Aviv. Penamaan bandara untuk mengingat David Ben-Gurion, PM Israel, dan Squadron 27 AU Israel bermarkas di bandara ini.

Kebakaran di Universitas Rezim Zionis

Beberapa jam pasca kabar di dekat bandara Ben Gurion, media Ibrani mengabarkan kebakaran di salah satu universitas paling penting rezim Zionis di al-Quds Pendudukan, Minggu (2/5) sore waktu setempat.

Universitas berbahasa Ibrani Jerusalem (al-Quds dalam bahasa Arab) melaporkan kebakaran di sekitar universitas dan di dekat gedung-gedung belajar. Universitas dalam pernyataannya mengabarkan bahwa mereka meminta agar para mahasiswa asrama tidak keluar lari dari sana. Sedangkan orang-orang yang dekat dengan tempat kejadian dianjurkan menjauh.

Universitas ini adalah satu dari 8 universitas penting rezim Zionis, yang dibangun di al-Quds di dataran tinggi bernama Scopus. Tapi detail serta kerugian dari kebakaran tidak dimediakan.

Penembakan di Nablus, 3 Tentara Zionis Terluka

Di hari Minggu juga (2/5) diberitakan penembakan ke arah militer rezim Zionis di selatan kota Nablus, Tepi Barat. 3 tentara mengalami luka-luka.

Palestina al-Youm melaporkan bahwa penembakan terjadi di dekat pos pemeriksaan Za’atara. Dua tentara mengalami luka serius.

Saksi lapangan menjelaskan bahwa satu warga Palestina berteriak Allahu Akbar dan menembaki para petugas keamanan setelah keluar dari mobilnya. Kemudian warga tersebut lari dengan kendaraannya.

Insiden penembakan ini memaksa Israel untuk mengadakan peningkatan keamanan di tengah masalah-masalah lain yang mencekik. Senin (3/5) pihak keamanan Israel melaporkan peningkatan operasi keamanan di Tepi Barat.

Haaretz dalam salah satu analisanya mengamati hari-hari berat yang akan menghantui Israel dalam dua minggu ke depan dengan berbagai latar belakang politik dan ideologi.

“Malam-malam Qadr dan hari Nakbah di akhir bulan Ramadhan dan di sisi lain hari perayaan Yahudi Shavuot semakin dekat,” tulis Haaretz dengan sedikit menyindir keamanan yang harus lebih diwaspadai.

Di bulan Ramadhan, militer Zionis terus berupaya mengusir warga Palestina untuk meramaikan hari maupun malam-malam suci bulan penuh berkah tersebut. Mereka meningkatkan tekanan dan di lain pihak, Yahudi ekstrimis melancarkan kekerasan. Karena hal ini, beberapa hari terakhir al-Quds menjadi saksi keributan warga Masjid al-Aqsa melawan warga Yahudi ekstrim dan petugas keamanan. Dikabarkan ratusan warga (al-Quds) mengalami luka-luka dan puluhan ditangkap.

Ehud Olmert, mantan PM Israel, dalam salah satu catatannya di surat kabar The Jerusalem Post menerangkan, “(Keributan di al-Quds) ini adalah salah satu kebijakan Benjamin Netanyahu dalam upaya mengumumkan situasi darurat dengan tujuan menarik pembentukan Kabinet sayap Kanan dan ekstrim.”

Dalam catatannya, Olmert mewanti-wanti bahwa kebijakan ini bisa membangkitkan aksi pembalasan dan Intifada Palestina.

Must Read

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here