Tehran, Purna Warta – Fuad Izadi, anggota fakultas Universitas Tehran dan pakar isu internasional, dalam penjelasannya mengenai surat Pemimpin Revolusi Islam kepada pemuda Barat, mengatakan bahwa pesan tersebut, yang disampaikan sepuluh tahun lalu, menunjukkan pengaruhnya pada gerakan mahasiswa yang memprotes rezim Zionis setelah peristiwa 7 Oktober.
Menurut laporan kelompok internasional Kantor Berita Tasnim, surat Pemimpin Revolusi Islam kepada pemuda Barat diterbitkan pada tahun 2015, di tengah meningkatnya ketegangan dan tantangan internasional, terutama dalam bidang politik dan budaya. Surat ini ditulis sebagai tanggapan terhadap kekhawatiran terkait Islamofobia dan kesalahpahaman budaya antara Iran dan Barat.
Dalam suratnya, Imam Khamenei mengundang pemuda Barat untuk melihat Islam dan budaya Iran secara lebih mendalam serta menghindari prasangka dan stereotip negatif. Surat tersebut juga menyinggung transformasi global serta krisis sosial dan ekonomi yang memengaruhi pemuda, sembari memperingatkan mereka untuk tetap waspada terhadap propaganda negatif dan media Barat.
Surat ini mengandung beberapa pesan kunci, seperti pentingnya solidaritas dan empati antara pemuda Muslim dan non-Muslim. Imam Khamenei menekankan bahwa pemuda harus mencari kebenaran dan menjauhkan diri dari prasangka. Ia juga mendorong pemuda untuk bangga dengan sejarah dan budaya mereka serta menggunakan itu sebagai alat untuk menghadapi tantangan global. Surat ini memberikan pesan bahwa pemuda Barat dapat membantu menciptakan perdamaian dan koeksistensi melalui pemahaman yang lebih baik tentang Islam dan budaya lainnya.
Dampak sosial dan budaya dari surat ini sangat signifikan. Surat tersebut berfungsi sebagai jembatan komunikasi antarbudaya dan peradaban, yang berpotensi mengurangi ketegangan dan kesalahpahaman.
Menurut Fuad Izadi, surat ini bukan hanya sebuah pesan budaya dan sosial, tetapi juga merupakan ajakan untuk berpikir dan merenungkan hubungan internasional serta tantangan yang ada. Ia melihat surat ini sebagai sumber inspirasi bagi pemuda untuk menciptakan perubahan positif di masyarakat global.
Melihat perkembangan baru-baru ini di kancah internasional, terutama di Asia Barat, seperti operasi sukses “Badai Al-Aqsa” oleh perlawanan Palestina melawan penjajah Zionis, perang 15 bulan antara Israel dan Gaza, serta gerakan global melawan agresi dan kejahatan Zionis—khususnya di kalangan mahasiswa pendukung Palestina di universitas-universitas Amerika atau forum hukum internasional—surat ini dapat menjadi inspirasi bagi pemuda untuk melakukan perubahan positif.
Izadi menyoroti pemilihan pemuda Barat sebagai audiens utama dalam surat tersebut. Ia menjelaskan bahwa pemuda Barat memiliki dua karakteristik: pertama, mereka bukan kelompok demografis terbesar di Barat, yang didominasi oleh orang tua dan paruh baya; kedua, mereka tidak memiliki tanggung jawab signifikan dalam struktur pemerintahan Amerika Serikat dan Uni Eropa, menunjukkan ketidakpedulian mereka terhadap kebijakan negara-negara Barat.
Ia menambahkan bahwa sepuluh tahun lalu, saat surat tersebut dikirimkan, penerimanya berusia sekitar 15-20 tahun, dan kini banyak dari mereka sedang menempuh pendidikan pascasarjana. Mereka inilah yang sekarang memprotes kejahatan rezim Zionis di jalan-jalan, membuktikan bahwa pemilihan audiens surat tersebut adalah keputusan yang tepat.
Izadi juga menyoroti kemerosotan internal negara-negara Barat. Ia menyatakan bahwa generasi muda di negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat, menghadapi kondisi yang lebih buruk dibandingkan orang tua mereka dalam akses pendidikan dan layanan kesehatan. Sebaliknya, generasi muda di Iran menikmati kondisi yang lebih baik dibandingkan generasi sebelumnya.
Ia menyebutkan bahwa survei di masyarakat Barat menunjukkan ketidakpuasan terhadap sistem kapitalisme, dengan mayoritas pemuda mengaku tidak menyukai kapitalisme atau komunisme, tetapi mencari alternatif ketiga yang lebih ideal.
Dalam survei lain oleh Universitas Harvard, 51% pemuda Amerika menyatakan bahwa mereka tidak menyalahkan Hamas atas pembunuhan 1.200 pemukim pada 7 Oktober.
Izadi juga menyinggung kesamaan waktu penerbitan surat tersebut dengan pelantikan Donald Trump, yang saat itu berjanji akan menghentikan kemunduran Amerika. Janji ini, menurut Izadi, mengindikasikan adanya konsensus tentang kemerosotan kekuatan Amerika.
Sebagai kesimpulan, Izadi menegaskan bahwa meskipun surat ini memiliki pengaruh besar, lembaga-lembaga yang bertugas menyebarkan pesan tersebut menghadapi banyak tantangan, sehingga belum mampu mencapai hasil yang diharapkan.