Tel Aviv, Purna Warta – Rezim Zionis Israel secara tidak disadari telah melangkahi batas garis merah yang telah terbentuk pasca perang 33 hari pada tahun 2006 lalu.
Rezim Zionis memborbardir wilayah selatan Lebanon. Dua kali mereka menyerang dan keduanya menyasar daerah tak berpenghuni, tapi Tel Aviv mengklaim bahwa mereka mengincar daerah peluncuran roket yang telah diaktifkan pada Rabu lalu untuk menembaki Palestina Pendudukan, tepatnya daerah Kiryat Shmona.
Avichai Adrai, Jubir militer Zionis, selain mengungkap operasi ini, juga menjelaskan bahwa agresi pasukan bersenjata masih tetap berlanjut dan akan semakin meningkat seiring upaya rezim melawan aksi terorisme.
Baca Juga : Haaretz: Warga dan Petinggi Israel Tidak Mau Perang dengan Hizbullah
Al-Akhbar menganalisa perihal ini dan menuliskan catatan, “Meskipun musuh mengakui bahwa serangan hari ini adalah reaksi akan serangan roket kemarin, namun beberapa analis dekat dengan instansi keamanan Tel Aviv menyatakan bahwa serangan ini tidak mengincar basis Hizbullah, ini adalah sebuah pesan. Serangan ini telah mengangkangi garis merah yang terpetakan pasca perang Juni 2006. Sejak hari itu sampai sekarang, baru kali ini Israel mengoperasikan pesawat tempurnya ke wilayah dalam Lebanon. Sebelumnya mereka hanya menggunakan artileri untuk membalas manuver roket.”
“Muqawamah hingga hari ini masih belum berbicara. Al-Ilam al-Harbi hanya mencukupkan pada dua laporan. Terakhir kali musuh menggunakan pesawat tempur dalam serangannya melawan resistensi terjadi pada bulan Februari 2014. Ketika jet tempur Israel menyerang basis militer Hizbullah di perbatasan Lebanon-Suriah. Meskipun serangan menyasar daerah tak pasti, namun Hizbullah mengeluarkan pernyataan dan mengatakan bahwa serangan ini terjadi di wilayah Lebanon dan Muqawamah akan segera beroperasi di wilayah Shebaa. Satu manuver militer yang disiapkan untuk membalas pelanggaran musuh,” tambah al-Akhbar mengamati.
Al-Akhbar menekankan bahwa sejak tahun 2006, gerakan resistensi telah memetakan satu garis untuk melawan musuh dan itu adalah setiap pelanggaran ke wilayah kedaulatan Lebanon. Tutup mata atas segala bentuk metode dalam penetapan garis pertahanan, namun jika jelas dan dipastikan bahwa musuh Israel sedang berupaya merusak garis pertahanan dan balance tersebut, maka mereka jangan mengharap bebas melewati perhitungan itu.
Baca Juga : Bersamaan dengan Unjuk Rasa Warga Beirut, Menlu Saudi Intervensi Lebanon
Sementara di pihak lain, analis media Israel Yedioth Ahronoth mengamati reaksi Zionis dan mengatakan bahwa balasan ini tidak berarti apapun, tidak penting. Karena peluru jatuh di daerah lapang. Serangan tersebut hanya bertujuan media. Maksudnya adalah (isyarat) pemerintahan Naftali Bennet telah memukul membalas serangan roket, namun tanpa efek besar.
Naftali Bennet, PM Israel dan Benny Gantz, Menhan Israel, dalam konferensi Parlemen Knesset mengabarkan serangan roket dan mereka memutuskan untuk mengambil kontrol. Ketika Bennet keluar dari pertemuan dan menjawab pertanyaan media, dia mengatakan bahwa semuanya berjalan baik. Situasi dalam kontrol.
“Setelah Gantz keluar dari majlis bersama Komandan senior militer, politik dan intel, akhirnya memutuskan kebijakan akhir dan mengirim pesan pedas kepada UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon),” tulis al-Akhbar melaporkan.
Surat kabar Zionis, Walla melaporkan bahwa petinggi Tel Aviv mengambil kesimpulan bahwa gerakan Palestina bertanggungjawab atas serangan roket ini, tetapi Hizbullah tutup mata akan fakta tersebut.
Baca Juga : Terbukti, Saudi Curi Benda Bersejarah Yaman dan Menjualnya
Insiden serangan roket ini juga terjadi dua minggu lalu di wilayah al-Jalil barat dan media Zionis melaporkan bahwa menurut agen keamanan, Muqawamah Palestina di balik serangan itu dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan Hizbullah.
Operasi balasan rezim Zionis juga mendapatkan kritik dari beberapa media. Walla menulis, “Identitas serangan tidak ada sama sekali, tapi kerja itu sendiri yang sangat berarti. Ini adalah kasus kedua dalam dua minggu terakhir dan delima kelima dalam dua bulan terakhir. Hal ini terjadi di saat Gaza damai. Ada satu aksi pencegahan bersama antara Israel dan Hizbullah. Tapi situasi cepat berubah dalam minggu-minggu terakhir.”
“Kontinuitas serangan roket memaksa agen keamanan untuk menganalisa secara mendalam dan melihat apakah Hizbullah telah memainkan pion caturnya atau tidak?, tambah site Walla.
“Situasi sangatlah kompleks. Ranah politik Israel menghadapi krisis besar. Tel Aviv berupaya untuk tidak masuk dalam pertarungan urusan dalam negeri Lebanon dan menghindar (kritik) dari sosial internasional. Di saat yang sama, masalah-masalah politik dan keamanan rezim menuntut untuk fokus dalam urusan Iran bersama negara-negara Barat,” lanjut Walla.
Baca Juga : Pemilu Hamas, Upaya Menjaga Keseimbangan Poros Iran dan Lawan
Sementara itu, media-media Zionis juga melaporkan siap darurat militer Zionis di perbatasan Lebanon. Laporan terakhir menyebutkan bahwa Hizbullah telah membalas serangan jet tempur Israel ke wilayah selatan Lebanon. Muqawamah Lebanon tersebut mengabarkan manuver balasan pada Jumat pagi, jam 11:15 waktu setempat.