Purna Warta – Seorang komandan militer Hizbullah berpangkat tinggi, Fuad Shukr dibunuh dalam serangan udara Israel pada hari Selasa di pinggiran kota Beirut selatan di tengah meningkatnya ketegangan.
Baca juga: Gaza Peringati Hari Ke-300 Perang Genosida Israel dengan Korban Capai 130 Ribu
Serangan udara tersebut menargetkan sebuah gedung di lingkungan padat Haret Hreik. Kematiannya dikonfirmasi oleh gerakan perlawanan Lebanon pada hari Rabu (31/7) setelah memeriksa reruntuhan.
Menurut laporan, serangan tersebut dilakukan oleh pesawat nirawak yang membawa sedikitnya tiga roket, yang menghantam sebuah gedung apartemen di dekat sebuah rumah sakit di lingkungan yang dikenal sebagai benteng Hizbullah.
Serangan Israel tersebut dikecam, antara lain, oleh Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, yang mengatakan serangan tersebut merupakan “eskalasi berbahaya pada saat semua upaya seharusnya mengarah pada gencatan senjata di Gaza,” kata juru bicaranya mengutip pernyataannya.
Setidaknya tiga orang, termasuk dua anak-anak, tewas dan sekitar 74 lainnya terluka dalam serangan tersebut. Seorang penasihat militer Iran, Milad Bidi, termasuk di antara para korban.
Fuad Shukr merupakan target yang sangat penting bagi rezim pendudukan Israel dan sekutu-sekutu Baratnya. Pada tahun 2019, pemerintah AS menawarkan hadiah sebesar $5 juta untuk informasi yang mengarah pada penangkapannya.
Ketika serangan itu terjadi pada hari Selasa, Shukr berada di distrik Haret Hreik di Dahiya, pinggiran kota di Beirut selatan.
Setelah serangan mematikan itu, Ali Ammar, seorang politikus Lebanon dari Hizbullah, mengatakan kepada Al-Manar TV bahwa musuh Israel telah melakukan “tindakan bodoh yang sangat besar dalam hal ukuran, waktu, dan keadaan dengan menargetkan wilayah yang sepenuhnya dihuni warga sipil.”
Dalam pernyataannya, Hizbullah memuji komandan militer yang terbunuh itu sebagai “kekuatan perlawanan yang khas.”
Pengorbanan Fuad Shukr, menurut pernyataan itu, “merupakan simbol kuat dari komitmen dan tekad kami yang tak tergoyahkan untuk terus berada di jalan yang benar hingga pembebasan tanah dan tempat-tempat suci kami.”
Lahir pada tanggal 25 April 1961, di Nabatieh di Baalbek, Lebanon timur, Shukr juga dikenal dengan alias “al-Hajj Mohsen.” Ia adalah salah satu ahli strategi militer berpangkat tinggi di Hizbullah.
Shukr mendapat kehormatan sebagai salah satu pendiri Hizbullah setelah invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982 dan menjabat sebagai penasihat militer bagi pemimpin gerakan Sayyid Hassan Nasrallah.
Ia juga merupakan teman dekat mantan komandan militer Hizbullah, Imad Mughniyeh, yang dibunuh oleh militer Israel pada bulan Februari 2008 di Suriah.
Komandan yang terbunuh itu memainkan peran kunci di medan perang selama invasi Israel ke Lebanon pada awal 1980-an dan terluka dalam bentrokan dengan pasukan rezim di Khalde pada 1982.
Ia naik pangkat hingga menjadi komandan militer pusat pertama Hizbullah, yang mengawasi perencanaan dan pelaksanaan operasi melawan pasukan pendudukan Israel sepanjang 1990-an.
Pengaruhnya meluas ke luar Lebanon saat ia mengatur pengerahan pejuang Hizbullah untuk mendukung Muslim Bosnia selama perang 1992-1995.
Baca juga: Wesleey Fofana Maafkan Ucapan Rasis Enzo Fernandez
Sukr terus menjadi tokoh kunci dalam gerakan perlawanan Hizbullah, yang mengembangkan strategi militer untuk melawan ancaman teroris Israel dan Takfiri.
Ia bertugas di dewan pimpinan pusat kelompok itu dan memimpin operasi gerakan melawan rezim apartheid setelah Operasi Badai Al-Aqsa pada Oktober 2023.
Rezim Israel secara keliru mengaitkannya dengan serangan hari Sabtu di Dataran Tinggi Golan yang diduduki, yang menewaskan 12 anak. Namun, Hizbullah telah membantah bertanggung jawab atas serangan itu.
Kematian Shukr terjadi hanya sehari sebelum rezim Zionis yang tidak sah itu membunuh kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, dalam sebuah serangan yang menargetkan kediamannya di Tehran utara.
Pasukan perlawanan di wilayah tersebut telah bersumpah untuk membalas dendam atas kematian kedua komandan penting tersebut.
Oleh Alireza Akbari