Purna Warta – Homeless media adalah sebutan untuk media-media yang tidak memiliki basis secara aktual, melainkan hanya memiliki representatif di dunia maya belaka. Sesuai namanya, homeless atau tidak memiliki rumah, homeless media tidaklah memiliki struktur resmi, badan hukum ataupun status resmi sebagai media melainkan hanya sebuah entitas online yang dikelola oleh satu orang atau sekelompok orang.
Homeless media bersifat informal atau tidak resmi yang memiliki keuntungan berupa fleksibilitas dan kecepatan yang jauh melebih media konvensional, hal itu disebabkan karena interaksi 2 arah dengan konsumen serta tiada atau minimnya regulasi dan SOP seperti media konvensional pada umumnya.
Tak sedikit warga yang memang mencari berita melalui media-media semacam ini atau pertama kali mendengarnya melalui media tersebut yang kemudian melakukan pemeriksaan ulang melalui media-media konvensional. Kembali lagi, hal itu disebabkan karena informalitas media semacam itu yang membuat sebagian orang tidak memberikan kepercayaan penuh pada berita yang disampaikan oleh media-media tersebut.
Misinformasi, hoax, berita palsu ataupun berita terselubung agenda adalah beberapa masalah utama media homeless. Fokus terhadap kecepatan berita dan daya tarik demi menarik audien sebanyak mungkin membuat misinformasi, hoax ataupun berita palsu menjadi marak, hal itu ditambah parah dengan tidak sedikitnya media-media semacam itu yang dikelola oleh orang-orang tanpa latar belakang jurnalistik sama sekali.
Sifat kemandirian media ini yang tidak berafiliasi pada instansi tertentu membuat mereka memutar otak untuk mencari pendanaan, baik dari pemasangan iklan atau bahkan menerima tawaran pihak atau golongan tertentu untuk mengampanyekan agenda mereka.
Para jurnalis media mainstream paham bahwa mereka tidak akan bisa bersaing dengan media homeless dari sisi kecepatan penyampaian berita karena aturan dan regulasi yang mengikat. Hal itu membuat mereka memanfaatkan media-media semacam itu untuk mencari berita terkini yang lalu dikembangkan.
Media-media tak berbasis semacam ini memiliki potensi mengacaukan bisnis jurnalistik media-media mainstream yang terkekang oleh aturan dan juga membutuhkan sumber daya lebih dibanding media homeless.
Di indonesia, konsumsi berita melalui media non-konvensional semacam itu mengalami peningkatan cukup drastis, dengan masyarakat yang kini lebih menggemari berita cepat, tanpa iklan dan spesifik. Beberapa akun media sosial hanya memberitakan daerah-daerah tertentu saja sembari memberikan kecepatan dan akurasi yang lebih daripada berita media biasa.
Kemungkinan sebab maraknya homeless media di Indonesia adalah kurangnya kepercayaan pada media mainstream baik akibat kurangnya objektifitas ataupun kecenderungan terhadap kelompok tertentu. Dari sisi lain, individu atau kelompok komunitas tertentu merasa butuh terhadap sumber berita yang hanya membahas seputar komunitas mereka. Aktivis sosial dan lainnya juga berperan dalam maraknya homeless media.
Menurut Charlie Warzel, salah satu konsekuensi dari jenis media sosial semacam ini adalah berubahnya para influencer dan content creator menjadi pusat pemberitaan yang lebih ditunggu-tunggu. Mereka selain membawa berita, juga membuat persona yang berinteraksi dengan para audien, sebuah hal yang tidak akan bisa dilakukan oleh media konvensional.
Oleh M. Rumi