Emirat, Apa Perlu Dijewer Lagi Biar Sadar?

Emirat, Apa Perlu Dijewer Lagi Biar Sadar?

Purna Warta – Hamid Abdul Qader Antar, Penasihat PM Yaman dalam sebuah wawancaranya dengan al-Ahed kembali memperingatkan Emirat jika tidak sadar untuk mundur dari Yaman. Akan ada serangan lagi, apalagi titik-titik nadi Abu Dhabi dan Dubai berada dalam jangkauan rudal Sanaa. Satu serangan drone cukup mencacatkan kota-kota UEA, terutama Dubai.

Sebelumnya, Yahya Saree, Jubir militer Sanaa, memberikan peringatan pasca operasi ke-8 di perbatasan Saudi bahwa jika serangan Emirat terus meraja lela, maka titik-titik, yang telah direncanakan di jantung UEA, akan segera menjadi sasaran senjata Yaman.

Peringatan ini memperlihatkan kemungkinan Emirat yang terjangkit amnesia. Abu Dhabi telah melupakan serangan pada tahun 2017 dan 2018, sehingga butuh pada jeweran lagi.

Baca Juga : Rudal Cruise Iran Balik Peta Kekuatan Timur Tengah

Sebagai efek dari pengembangan rudal serta senjata Yaman, yang telah terbuktikan dalam serangan ke titik nadi Emirat pada tahun 2017, pemerintah UEA mendeklarasikan mundur secara bertahap. Dan terakhir ini, untuk mendukung gerak maju pasukan bayarannya di provinsi Shabwa, Emirat kembali aktif sehingga Yaman kembali menghidupkan lampu peringatan.

Kepada petinggi negara kecil ini, kedaulatan Sanaa menegaskan bahwa bank incaran yang telah dipersiapkan untuk dijadikan sasaran rudal di Emirat berada dalam jarak jangkau senjata mutakhir Yaman bersama pesawat tanpa awaknya.

Ali al-Qahoom, salah satu petinggi gerakan perlawanan Ansharullah, kemarin mengkritik manuver negatif Emirat yang merusak Yaman dan menyatakan, “Abu Dhabi dengan berbohong mengklaim bahwa mereka telah mengeluarkan pasukan dari Yaman. Emirat kembali ke medan Sanaa dan berperan sebagai pendukung kelompok-kelompok teroris ISIS dan al-Qaeda.”

Al-Khabar al-Yemeni melansir sebuah catatan dalam masalah ini yang menunjukkan keperluan Emirat akan satu peringatan baru dari pihak Pemerintah Penyelamatan Nasional dan pasukan bersenjata Yaman, kemudian menuliskan, “Ini (krisis sekarang) adalah satu perang, bukan lawakan dan senang-senang. Sanaa telah melakukan satu tindakan balasan tujuh tahun yang lalu, adalah koalisi Saudi yang menganggap sebelah mata kekuatan Houthi, sebagaimana yang dilaporkan media-media asing dengan mencantumkan opini Riyadh bahwa agresi ke Yaman sederhananya merupakan satu lawakan dan senang-senang. Dalam dua minggu, Yaman akan terkontrol penuh.”

“Kemudian koalisi sadar akan kesalahan perhitungannya dan Arab Saudi, yang mendeklarasikan diri sebagai pemimpin koalisi, menjadi bulan-bulanan senjata rudal dan drone Sanaa. Mereka mengincar titik urgen dan strategis sampai menyuntikkan kerugian terbesar dari awal perang hingga kini dan membuat luka lebar nan dalam Istana Riyadh,” tambahnya.

Baca Juga : Petinggi Senior Zionis Terkejut Mendengar Adanya Spionase Jaringan Iran

“Ketika Emirat manipulasi jauhnya jarak geografisnya dengan Yaman, dia bermain sebagai Sparta kecil. Berdasarkan pernyataan Essa al-Mazroei, Wakil Kepala Staf Angkatan Bersenjata Emirat, Abu Dhabi telah mengaktifkan 90 ribu prajurit dan menekan mereka demi merebut kontrol provinsi-provinsi Selatan, sekitaran Taiz, pulau Socotra dan Mayun. Ketika tugas semakin mudah, mereka terus bergerak maju ke kota al-Hudaidah,” jelasnya.

Sparta adalah satu kota kecil Yunani yang dioperasikan oleh militer dan mengembangkan kepakan sayapnya dengan metode perang. Para analis meyakini bahwa Mohammed bin Zayed, Putra Mahkota Emirat, suka menyamakan negaranya dengan Sparta kecil. Seakan-akan dirinya tidak menyadari bahwa perang dan konflik tidak lagi menjadi kekuatan politik luar negeri, bahkan dalam waktu mendatang, akan semakin tidak efektif dan lebih merugikan. Seharusnya dia menelaah ulang kerajaan Sparta, yang berakhir pada keuntungan demokratik Atena.

Dalam lanjutan analisa site al-Khabar al-Yemeni diterangkan bahwa ketika pasukan Sanaa berupaya mengembangkan kekuatan senjatanya, khususnya rudal serta drone hingga Angkatan Lautnya, maka jarak Emirat tidak akan lagi menjadi masalah bagi Sanaa.

Berdasarkan sukses inilah, pada tahun 2017 Emirat dihujani rudal balistik bersayap Yaman yang menyasar secara tepat reaktor nuklir Barakah. Kemudian pada tahun 2018, menurut laporan media Inggris, Middle East Eye, bahwa rudal tersebut juga menghantam dua kilang minyak. Akan tetapi tidak disiarkan. Bahkan selain deklarasi agresi ke Saudi, Yaman juga mengumumkan tanpa segan akan rencana serangannya ke bandara internasional Abu Dhabi.

Serangan-serangan ini tentu mengandung makna yang disadari betul oleh kerajaan UEA. Khususnya setelah pasukan Sanaa menyebarkan lansiran video hantaman rudal ke bandara internasional, meskipun ditolak oleh Emirat. Kala itu, Sanaa menegaskan bahwa puluhan titik sasaran ada dalam jangkauan di bandara ini, satu serangan akan mendiktekan kerugian besar ke UEA.

Baca Juga : Riwayat Relasi Saudi-Israel: Dari Sekutu Hingga Satu Hati

Dalam analisa, melihat Emirat yang bergantung pada parawisata dan investor, maka ancaman ini merupakan satu bahaya besar dalam menuliskan nasib masa depan UEA. Dari sisi inilah, surat kabar Anadolu melaporkan bahwa pemerintahan Emirat mengambil keputusan pada tanggal 20 Juni 2019 untuk melangsungkan pertemuan darurat yang akan diikutsertai oleh Mohammed bin Zayed Al Nahyan, Putra Mahkota Abu Dhabi dan Mohammed bin Rashid Al Maktoum, Pangeran Dubai beserta PM Emirat.

Menurut laporan Anadolu, Al Maktoum kepada hadirin menyatakan bahwa Uni Emirat Arab ketika dihantam satu rudal, para investor akan lari. Emirat tidak akan mampu mempertahankan pekerja Asia. Oleh karena itu, hasil konferensi adalah menarik mundur dari Yaman.

Sanaa meragukan niat Emirat dan Abdul Malik al-Houthi, Pemimpin Ansharullah, dalam salah satu orasinya memperingatkan petinggi Emirat agar jujur dalam realisasi keputusannya dan serius dalam kepentingan ekonominya, karena kontinuitas situasi seperti ini akan membahayakan mereka.

Al-Khabar al-Yemeni berdasarkan dokumen yang didapat melaporkan bahwa setelah itu Emirat kepada Sanaa menyatakan bahwa mereka mundur dari Yaman. Mereka memulangkan pasukan dari Yaman, akan tetapi sedikit ikut andil dalam operasi udara dan mempertahankan kelompok dukungannya di Yaman. Kala itu New York Times melaporkan, “Setelah penarikan mundur Emirat, perang Yaman berubah menjadi rawa bagi Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Saudi.”

Baca Juga : Qasem Soleimani dan Abu Mahdi Al-Muhandis Simbol Kemenangan Muqawamah

Di akhir analisanya, al-Khabar al-Yemeni menuliskan, “Akhir-akhir ini Emirat kembali ke medan perang seakan melupakan peringatan yang lalu. Pasukan setianya merembet ke wilayah Shabwa. Setelah keluar dari al-Hudaidah, mereka berupaya bergerak maju ke kota al-Barh. Sanaa tidak menunggu lama dan langsung mencanangkan serangan ke titik terdalam Emirat. Kemudian peringatan ini dioperasikan sebagaimana yang dijelaskan Yahya Saree dalam konferensi pers-nya dengan memaparkan operasi penyitaan kapal Emirat yang membawa peralatan militer di perairan Yaman dan menekankan bahwa kami memiliki opsi layak dan pasukan kami juga memiliki kekuatan dan kegigihan, di mana hal tersebut menyiapkan mereka untuk melakukan segala bentuk operasi balasan.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *