Efek Perang Ukraina Ke Perhitungan Suriah

Efek Perang Ukraina Ke Perhitungan Suriah

Purna Warta – Setiap satu dari para aktor di Suriah sedang fokus ke Ukraina. Satu perang yang akan berpengaruh akan melemah dan menguatnya posisi Rusia dan Amerika dalam perhitungan di Damaskus.

Para pakar mengungkapkan bahwa apapun hasilnya, operasi militer Negeri Beruang Merah di Ukraina akan berefek pada perhitungan dalam negeri beberapa kedaulatan sebagaimana dampaknya ke kancah hubungan internasional di dunia.

Al-Mayadeen menuliskan, “Perang di Ukraina telah mengungkap jurang besar di Suriah yang terikat pada identitas multi-aktor dalam negeri, di sini kami melihat respon pro dan kontra. Karena perbedaan 3 wilayah kontrol Damaskus dan para sekutunya yaitu Rusia dan Iran, Kurdi dan para sekutunya dari kabilah Arab bersama yang lainnya, serta yang paling mencolok Amerika yang tanpa izin siapapun telah menguasai beberapa medan, begitu pula wilayah kontrol Turki bersama antek bersenjatanya, baik dari dalam Suriah maupun asing, semuanya menanti hasil perang Ukraina. Perang dan efek luasnya akan berpengaruh pada program serta rancangan di Damaskus.”

Baca Juga : Sayid Hasan Nasrullah: Bodoh Percaya Pada Amerika

Perang Ukraina, Perang Hidup dan Mati Rusia

Moskow, menurut analisa sang analis al-Mayadeen, menganggap perang Kiev sebagai perang hidup dan mati. Perang ini tidak akan dioperasikan oleh Rusia jika tidak dianggapnya sebagai alat legitimasi sistem internasional Barat sebagai sistem adi daya.

“Gerak Rusia ini bukanlah hasil dari upaya beberapa dekade terakhir, akan tetapi Kremlin telah menargetkannya sejak akhir abad 17 dan kemunculan Peter the Great,” yakin sang analis al-Mayadeen.

“Meskipun semua upaya telah dilakukan Rusia dengan berbagai metode, akan tetapi negara-negara Barat terus melawan Rusia secara kontinu. Poros Barat saling berkerjasama untuk merobohkan Beruang Merah, satu negeri yang berbeda dengan negari-negari lainnya karena berhasil menalikan etnis Slavs dari satu sisi dan menjamu Kristen Ortodoks, Katholik dan Protestan. Selain itu, Rusia memiliki kekuatan militer yang tinggi yang hingga kini sukses menunjukkan kemampuannya dalam menghancurkan lawannya,” tambahnya.

Detik ini, menurut analisa al-Mayadeen, Rusia telah menyalakan api perangnya semenjak NATO mendekati wilayah Barat di zaman modern ini. Moskow dalam 8 tahun terakhir berupaya bergerak ke arah Suriah, Libya, Kaukasus dan Afrika Tengah demi lepas dari himpitan dan mendapatkan ruang untuk bermanuver di hadapan musuh yang telah mengepungnya. Rusia juga bergerak ke wilayah China dan menandatangani kesepakatan strategis dengan Negeri Bambu demi menemukan opsi aman mempertahankan ekonomi Migas.

“Berbeda dengan Moskow, negara-negara yang sedang perang dengan Rusia di Ukraina tidak menganggap perang ini sebagai perang eksistensial. Akan tetapi mereka melihatnya sebagai upaya menjaga peran dan kuasa dalam jalan politik dan ekonomi dunia. Mereka khawatir dengan gerak Rusia dan China yang lebih aktif dalam perkembangan internasional yang terdorong menuju Timur,” jelas analis al-Mayadeen.

Baca Juga : Krisis Ukraina, Buktikan Jurang Relasi Saudi-Emirat dan Amerika

Apa yang Dilakukan Para Aktor di Suriah?

Menurut laporan surat kabar kondang dunia Arab ini, dari sini dan setelahnya akan terlihat perbedaan Suriah dan lainnya.

Keputusan Suriah adalah keputusan yang paling jelas mendukung Rusia dari pada pemain-pemain lainnya yang bercokol di Damaskus. Dan sepertinya, Suriah menganggap perang Ukraina sebagai kesempatan untuk mengambil alih wilayah yang hingga sekarang masih diluar kontrolnya. Khususnya pasca kesepakatan Rusia-Amerika sebelumnya yang menyatakan akhir operasi militer dan setuju untuk mencari jalan keluar politik sesuai dengan resolusi 2245. Satu kesepakatan yang menghentikan upaya Damaskus untuk menguasai perang Idlib demi kontrol daerah Barat Laut kedaulatan hingga kemudian memaksanya bergerak ke arah dan wilayah lainnya.

Keputusan tegas Suriah ini merupakan bentuk keyakinannya akan perang yang akan berakhir memihak Moskow dan kepentingan sistem baru internasional yang dideklarasikan China pada tanggal 4 Februari lalu.

rusia-turki

Baca Juga : Kesempatan yang Diberikan Perang Ukraina kepada Bin Salman: Memainkan AS

Bagaimana dengan Kurdi Suriah?

Adapun mengenai Kurdi Suriah, meskipun pemimpin Kurdi tidak mengatakan sepatah kata apapun berkaitan dengan perang Ukraina, namun keraguan dan kekhawatiran hasil akhir perang sangat menyelimuti jiwa mereka, karena rencana mereka untuk membangun wilayah otoritas sendiri dan kontinuitas kontrol atas wilayah kuasanya yang sekarang. Wilayah itu mengandung sepertiga minyak dan gas alam Suriah serta memiliki potensi pertanian yang besar.

“Meskipun Kurdi tidak percaya kepada Amerika yang telah menyakitinya di Afrin pada tahun 2018 serta di Tel Abyad dan Ras al-Ain pada tahun 2019, akan tetapi sebagian dari Kurdi ini masih menggantungkan impiannya kepada Amerika untuk mendapatkan hak-haknya,” tulis al-Mayadeen.

Kemenangan Negeri Beruang Merah, menurut hemat al-Mayadeen, akan menjadi kartu supresi atas Negeri Paman Sam. Sehingga hal tersebut akan semakin menancapkan kedudukannya di Suriah. Bahkan sebagian meyakini bahwa intervensi AS akan mengancam Kurdi. Hal ini bisa dilihat dari ideologi kontranya dengan Amerika dan pengalaman buruk beberapa kaum Kurdi dengan Washington, mulai dari peran Pentagon dalam penangkapan Abdullah Ocalan dan lampu hijau Gedung Putih ke Turki untuk menyerang wilayah-wilayah utara Suriah.

Baca Juga : Sudah Diketahui, Ini Proyek Besar AS di Perbatasan Irak-Suriah

Teroris Dukungan Turki

Kelompok teroris, yang bergabung dengan proyek Ankara di Damaskus, juga melihat keseharian invasi Rusia ke Ukraina dengan khawatir. Mereka takut dengan akhir perang, khususnya setelah pemimpin mereka, yaitu Presiden Recep Tayyip Erdogan terjun memasuki kobaran api, bahkan menggertak akan mengaksikan konvensi Montreux dan mencegah jalan kapal-kapal perang Rusia memasuki Laut Hitam.

Kelompok teroris antek Ankara menyadari, menurut al-Mayadeen, bahwa kemenangan Rusia di Ukraina setelah ketidakmampuan NATO dalam merubah perhitungan perang, yang telah membuat perkelahian di antara negara Benua Biru dan AS, secara signifikan akan mengurangi manuver Turki.

Terkait hal ini, kemarin Sabtu, 5/3, sumber Diplomatik dan militer Rusia kepada Sputnik mengungkapkan, “Sejumlah pasukan keamanan Ukraina bersama militer Turki pergi ke wilayah utara Suriah dan bertemu dengan petinggi teroris. Mereka memasuki daerah Afrin dan A’zaz di utara provinsi Aleppo dan mereka membicarakan perengkutan dan pengiriman pasukan ke Ukraina dengan kelompok-kelompok teroris di daerah tersebut.”

Intel Luar Negeri Rusia, pada hari Jumat (4/3), juga menyatakan bahwa militer AS melakukan pelatihan teroris ISIS di pangkalan al-Tanf, tenggara Suriah lalu mengirim mereka ke Ukraina. Menurut sumber intel Moskow, Amerika di akhir tahun 2021 mengoperasikan pembebasan ISIS yang memiliki paspor Rusia dan negara-negara yang memiliki kepentingan bersama. Mereka mengangkutnya ke al-Tanf.

Baca Juga : Kenapa Turki Ingin Buka Lembaran Baru dengan Arab Saudi?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *