HomeAnalisaDonald Trump dan Warisannya dalam Politik dan Sosial Amerika

Donald Trump dan Warisannya dalam Politik dan Sosial Amerika

Purna Warta – Donald Trump disebut sebagai Presiden paling kontroversial dan buruk dalam sejarah Amerika Serikat oleh media. Dalam 4 tahun, Presiden Donald Trump telah membuka segudang kasus di pengadilan dan hari demi hari selanjutnya, Trump harus menanti satu persatu kasus dibuka, karena tak lagi mendapatkan kekebalan hukum kepresidenan.

Warisan Donald Trump di AS sangatlah buruk di akhir kepemimpinannya. Dan sekarang bisa dibilang Amerika adalah serikat negara-negara pecah. Mayoritas bahagia dengan pelantikan Joe Biden, bahkan Mitch McConnell, Ketua Republik di Senat, mengucapkan terima kasih atas tuntutan interpelasi Trump oleh Demokrat.

Namun demikian, semua mengetahui bahwa kebencian terhadap Donald Trump tidak akan mudah tersucikan begitu saja. Donald Trump adalah akar kanker yang sedang menggerogoti adi daya dunia. Tanpa Donald Trump, mereka akan bekerja sebagaimana semestinya. Tapi Trump bisa kembali di masa depan, yang (mungkin) dengan rupa berbeda.

Apakah Donald Trump Telah Melepas Kedudukannya di Hati AS?

Untuk menjawab hal ini, harus dilihat sistem teraplikasikan dalam tubuh AS selama 250 tahun yang telah dihancurkan oleh Donald Trump.

Faktanya adalah Donald Trump adalah anak haram dari populisme di piramida sosial utama Amerika Serikat. Satu revolusi melawan elitisme ekstrim yang telah merubah impian Amerika. Banyak yang meyakini bahwa Donald Trump adalah wajah asli dari kelompok yang paling dibenci di AS. Namun fakta mengatakan hal lain.

Donald Trump berhasil merebut hampir 75 juta suara di saat Corona menjatuhkan warga satu demi satu. Cukup memantau situasi AS di Februari tahun 2020, awal mula pandemi Covid-19.

Tingkat pengangguran 3.5%, sedangkan produksi non-murni nasional di tiga bulan terakhir 2019 mencapai 2.4%. 6 bulan kemudian, angka pengangguran mencapai 20% dan produksi non-murni nasional runtuh hingga 20%.  Selain ini, demo rasisme menghantui beberapa negara bagian.

Akan tetapi Donald Trump, di tengah periode mencekik ini, masih mampu meraih suara dalam pemilihan umum November 2020, meskipun suara yang diraih lebih rendah dari Joe Biden. Tapi titik ini membuktikan bahwa Donald Trump hingga detik ini masih mampu menjaga kejayaannya.

Kesuksesan Donald Trump Hingga Titik Ini

Dengan berakhirnya masa kepresidenan, Donald Trump masih mendapatkan dukungan trumpisme. Organisasi-organisasi sosial dan konservatif begitu juga Kristen Evangelis adalah anggota-anggota trumpisme. Dan mereka tidak akan membiarkan Joe Biden meminum air segar tentunya.

Warisan utama Donald Trump di sosial Amerika adalah menumbuhkan kebencian melawan imigran, ekonomi liberal dan elit sosial. Gerakan ini aslinya gerakan orang-orang terpengaruh atas peristiwa 30 tahun yang lalu, dari zaman perang dingin dan setelahnya.

Dan yang perlu diperhatikan adalah baik Demokrat maupun Republik tidak mampu menghentikan arus ini. Dan yang paling utama adalah lebih dari semua pihak lainnya, Demokrat yang paling bersalah dalam hal ini.

Dalam periode Bill Clinton, resolusi NAFTA (North American Free Trade Agreement) ditandatangani. Satu resolusi yang membuka pintu bagi perusahaan-perusahaan menggunakan jasa murah dari para pekerja Meksiko sehingga ombak imigran tak terbendung.

Pemerintahan Bush Jr juga mendukung kemudahan perdagangan AS-Cina dalam bentuk organisasi perdagangan internasional. Investasi ratusan juta dolar di kawasan bebas Cina adalah kabar baik untuk elit-elit Amerika untuk memproduksi barang dengan harga di bawah standar. Namun murah ini menyebabkan 2.4 juta lapangan pekerjaan di Amerika hangus, menurut laporan Institut Politik Ekonomi AS.

Pemerintahan Barack Obama juga tidak bisa mengentas warga dari krisis ekonomi dan ledakan gelembung derivatif keuangan tahun 2008. Jutaan warga Amerika tidak punya rumah dan kehilangan tunjangan pensiun. Pemerintah menggelontorkan bantuan keuangan ratusan juta dolar ke bank-bank dan perusahaan-perusahaan yang sedang pailit.

Karena hal inilah, kampanye perlawanan atas tingkat sosial ini mampu memenangkan Donald Trump di negara-negara bagian yang selalu Demokrat, diantaranya Michigan, Pennsylvania dan Wisconsin di tahun 2016. Dan pada tahun 2020, Donald Trump hanya terpaut sedikit dengan Joe Biden di negara-negara bagian ini.

Jadi dapat dipastikan bahwa warisan Donald Trump adalah perlawanan trumpisme terhadap jenjang sosial ini.

Demokrat terkenal dengan sebutan rumah buruh, tapi sekarang ia telah kehilangan julukan ini. Buruh putih lebih condong ke trumpisme dan Republik.

Raihan suara di Pemilu 2020 menujukkan fakta ini. Donald Trump menarik suara 67% kulit putih tanpa ijazah universitas. Di antara Kristen Evangelis kulit putih, Donald Trump mendapatkan suara 76%. Di desa-desa pedalaman Amerika, Trump juga meraih 57% suara.

Dan yang aneh adalah Donald Trump juga meraih suara banyak di TPS orang kaya. Dari 50 TPS (tempat pemungutan suara) di daerah kaya, Donald Trump meraih kemenangan di 44 TPS. Jadi wajar jika pihak Donald Trump koar-koar Pemilu tidak jujur.

Tim Donald Trump mencari dan menyelidiki faktor kekalahan, dan kesalahan ini tidak mereka temukan kecuali dari pihak kulit hitam dan imigran. Mereka ini adalah penjajah, dalam pandangan trumpisme, tidak membiarkan junjungannya untuk menang.

Peristiwa ini hampir sama dengan kasus dekade 60-an. Di tahun John F. Kennedy barhasil mengalahkan Nixon, awal mula ekstrimisme dan rasisme menghancurkan stabilitas AS dengan sangat parah dalam sejarah.

Dan mungkin semua akan menyaksikan periode yang sama dengan dekade 60-an. Di saat Amerika juga harus menghadapi tanding dengan negara seperti Cina, yang telah mengancam singgasana ekonomi dunia AS dan ada indikasi Beijing akan berubah menjadi poros ekonomi internasional tahun 2028.

Pemilu 2022 dan 2024

Salah satu warisan lainnya Donald Trump di dalam politik dalam negeri AS akan menghantui partai Republik sendiri. Mungkin para petinggi Republik berfikir bahwa pengaruh Donald Trump di partai akan berakhir seiring kekalahannya dalam Pemilu. Tapi fakta mengatakan bahwa partai Republik telah jatuh ke tangan trumpisme.

Pada tahun 2009, ketika gerakan Tea Party sedang berkembang, partai Republik mampu merangkul gerakan ini ke dalam tubuh mereka dengan cara kampanye ekstrim tentang masalah-masalah seperti imigran. Namun sekarang, Republik sendiri yang lenyap di dalam arus trumpisme.

Seandainya para petinggi Republik berupaya bersih-bersih mazhab trumpisme, bisa saja berakibat pada keruntuhan dua partai Amerika Serikat.

Revolusi trumpisme menjadi satu pemain stabil nan tetap dalam perpolitikan Washington adalah satu bahaya yang tidak mungkin bisa diremehkan oleh siapapun.

Semenjak hari ini, Donald Trump terus berusaha terjun di Pemilu 2024. Bahkan Menlu Mike Pompeo dan Tom Cotton, Senator beringas Republik, disebut-sebut dalam kandidat Pemilu 2024.

Kembalinya trumpisme di Pemilu 2022 juga terbuka. Ini adalah periode di mana Republik akan berusaha merebut kursi mayoritas di Kongres dari tangan Demokrat.

Trumpisme dan Erosi Amerika

Di satu sisi lain, mungkin ancaman ini akan menggugah Demokrat untuk merubah politik konservatifnya. Dan juga untuk pertama kalinya, sayap kiri Demokrat berhasil memerankan peranan penting dalam kemenangan Joe Biden.

Kemenangan Demokrat di negara bagian Georgia sejatinya di luar perkiraan. Suara dimenangkan Demokrat hingga membalik arah kemenangan.

Hal ini tentu akan menyebabkan penyebaran peningkatan pajak, jumlah upah minimum secara federal dan asuransi kesehatan di sosial. Oleh karena inilah, bisa saja kulit putih tingkat bawah akan kembali mencari perlindungan ke Demokrat. Yang jelas hal ini harus ditemani oleh ide konservatif Joe Biden.

Apapun nasib Donald Trump, warisan sang presiden buruk versi media akan tetap ada di AS. Sedikit tutup mulut media mengabarkan trumpisme ini akan mengontrol suara bising mereka. Tapi pasti permainan mereka akan mengental di beberapa tahun ke depan.

Kedudukan AS di mata dunia kurang lebih akan mempengaruhi trumpisme. Dan banyak pihak yang telah mengucapkan hal itu. Sebagian yakin bahwa Washington tidak akan menjadikan uniletaralisme sebagai pokok.

Baca juga: 75 % Pendukung Partai Republik AS Tolak Biden Sebagai Presiden yang Sah

Must Read

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here