Purna Warta – Jeffrey Feltman, manta pejabat AS dan PBB, dalam salah satu wawancaranya dengan surat kabar Saudi menegaskan bahwa politik Amerika gagal di Suriah, baik itu di periode pemerintahan Barack Obama maupun Donald Trump, kecuali mengalahkan ISIS. Bashar Assad tambah kuat secara militeris.
Dalam wawancara dengan Asharq al-Awsat, 31/1, Jeffrey menuntut percobaan siasat baru karena perubahan kebijakan transparan politik Bashar Assad, Presiden Suriah, dalam menghadapi politik Washington.
Stabilitas Militer dan Krisis Ekonomi
Jeffrey Feltman adalah mantan Asisten Sekjen PBB dalam masalah politik dan mantan Asisten Menlu AS untuk urusan Timur Tengah.
“Jelas bahwa instabilitas dan adu senjata di Suriah semakin menurun dalam setahun terakhir dibanding dengan satu dekade lalu. Dengan berbagai sebab, salah satunya kerjasama Turki-Rusia, kehadiran militer Turki di Idlib, yang bisa (juga) disebut sebagai penghalang militer pemerintah Damaskus. Yang jelas, kami melihat penurunan tensi dari sisi militer,” jelas Jeffrey menganalisa situasi Suriah terkini.
“Sementara situasi ekonomi mengalami penurunan dengan berbagai alasan seperti jatuhnya ekonomi Lebanon, efek buruk perang, kerusakan dan semua faktor ekonomi dan sosial lainnya. Rusia dan Iran, dari segi militer, telah menghapus ancaman-ancaman terhadap pemerintah Suriah. Mereka datang untuk menyelamatkan pemerintahan tersebut dan merubah arah perang ke sisi lain. Sekarang 65% wilayah telah dikontrol oleh pemerintah pusat Damaskus.”
Akan tetapi apakah Iran dan Rusia bersedia membantu ekonomi Suriah sebagaimana mereka membantu militer?
Dalam menjawab persoalan ini, Jeffrey menjelaskan, “Saya ragu dalam masalah ini. Yang mengancam eksistensi pemerintah Assad sekarang bukanlah militer ataupun kebangkitan rakyat, akan tetapi kondisi ekonomi yang memburuk.”
Boikot AS ke Suriah Tak Berfungsi
Adapun mengenai sanksi, blokade dan krisis ekonomi apakah akan menghancurkan militer Suriah atau tidak?
Jeffrey Feltman menjawab, “Mayoritas sanksi diaktifkan dengan dua alasan. Pertama, karena satu sikap tak berhukum dan tak dapat diterima. Sebagian alasan di balik sanksi Amerika adalah ini, yaitu seberapa jauh sikap Damaskus melanggar hukum. Sanksi ‘Caesar’ Amerika bisa dijadikan referensi dalam hal ini. (Dengan tujuan) masyarakat dunia tahu sebarapa besar mereka harus takut akan politik pemerintah Suriah.”
Adapun alasan kedua (pengaktifan sanksi), menurut Feltman, adalah mendorong ke satu sikap tertentu dan (membuat) perubahan politik.
“Dari segi ini, saya kira pemerintah Amerika gagal. Karena kami tidak melihat perubahan dalam politik Damaskus. Sanksi ini adalah satu pesan simbolis anti-pembantaian Suriah. Namun tidak berpengaruh ke perubahan strategi dan taktik,” jelasnya.
Siasat AS di Suriah Gagal
Mengenai kegagalan politik Amerika Serikat yang gagal di Suriah, Jeffrey Feltman memberikan alasan, “Politik AS tidak bisa membuat perubahan yang bisa menghilangkan kekhawatiran kami atas kebijakan militerisme Suriah. Bahkan saya bisa tekankan bahwa politik Amerika di Suriah gagal. Salah satu tujuan sanksi, yang pasti, adalah membatasi dan menghentikan politik Assad. Tapi yang kami tidak melihat hasil yang terasa dan difahami (dari politik tersebut) kecuali kekalahan ISIS.”
Darurat Perubahan Siasat
Dalam kelanjutan laporannya, Asharq al-Awsat menanyakan, “Tapi Anda masih memaksakan diri untuk mendekati pemerintah Assad? Sebagian menyatakan bahwa hal ini akan (berakibat) pada pengesahan pemerintahan Assad.”
“Saya mengatakan bahwa saya mendukung segala jenis langkah untuk menghilangkan kekhawatiran kami, bukan mengesahkan pemerintahan Assad dan saya juga tidak akan mendukung hal tersebut. Saya menunggu kebijakan-kebijakan Assad untuk menyelesaikan beberapa permasalahan dan kami juga akan melangkah dalam hal itu. Jika Suriah mengambil langkah dalam hal ini, itu tidak akan bisa diputar balik kembali. Saya sebut saya realistis mengenai realisasi hal ini, yang sedikit banyak berkaitan dengan kepentingan kami. Satu hal yang tidak terjadi dalam satu dekade terakhir,” tambah Jeffrey.
Menjawab pertanyaan apakah pemerintah Joe Biden akan mencoba usulan tersebut atau tidak?
Jeffrey menjelaskan, “Saya hanya menjelaskan isi pemikiran pribadi. Namun seandainya pemerintahan Joe Biden mengambil keputusan yang mendukung hal ini, (maka) kami akan memiliki satu bukti lain bahwa faktor perusak Suriah adalah Bashar Assad. Karena saya yakin bahwa Assad tidak akan mengambil keputusan untuk membebaskan tahanan politik, reformasi politik nan urgen dan genjatan senjata. Namun jika Assad mengambil langkah ini dan mengurangi derita warga, kami juga harus menjawab positif hal tersebut.”
Jeffery menambahkan, “Situasi ekonomi dan sosial sangatlah kritis. Warga, yang tinggal di wilayah kontrol militer dan oposisi atau militer asing seperti Turki, Iran, Rusia dan Amerika, sangatlah menderita. Akan sangat baik jika situasi ini bisa merubah perhitungan pihak-pihak dekat Assad. Rusia mendukung langkah demi langkah dan para Penasihat Assad juga menyetujui hal tersebut. Mungkin hal ini akan menghasilkan sesuatu yang berbeda.”
Meskipun Jeffrey Feltman juga meragukan hal di atas, namun dia tetap menegaskan perlunya percobaan.
Pemilihan Jeffrey Feltman sebagai Utusan Baru AS untuk Suriah
Feltman mengiyakan adanya opsi penunjukan dirinya sebagai utusan AS untuk Suriah.
“Jujur saya katakan bahwa tidak ada yang menghubungi saya terkait hal ini. Saya kira pemilihan wakil untuk Suriah bukan hal urgen dalam pemerintahan Joe Biden. Namun ada banyak pertanyaan, lalu tugas bagaimana? Pejabat? Dukungan politik dari utusan? Hingga saat ini belum ada yang menghubungi saya,” jelasnya.
Kerjasama dengan Cina dan JCPOA adalah Hal Utama bagi Joe Biden
Jeffrey Feltman juga ditanya soal apakah Suriah termasuk agenda utama Joe bIden?
“Saya bukan di (tim) pemerintahan Joe Biden. Saya yakin bahwa masalah dalam negeri yang menjadi agenda utama Joe Biden. Untuk hubungan luar negeri, hubungan dengan Cina, resolusi nuklir Iran, Korea Utara, Rusia dan menjaga persekutuan dan NATO akan menjadi agenda utama pemerintah. Suriah bukan hal utama, namun (ini) terkait erat dengan semua agenda-agenda utama pemerintah. Saya tidak akan menjadikan Suriah agenda utama pemerintah Amerika, namun sebagian dari mereka harus mengambil keputusan dalam hal ini,” tegasnya.
Baca juga: Anggota Parlemen Suriah: Makar AS Terhadap Kawasan Terus Berlanjut