Purna Warta – Kelompok perlawanan Palestina yang berbasis di Gaza, Hamas, dan gerakan Islam lainnya, melancarkan operasi yang disebut Badai Al-Aqsa, pada tanggal 7 Oktober, melawan rezim Israel yang merupakan kejutan besar bagi rezim tersebut.
Baca Juga : Kecaman Dunia Tidak Mempan, Israel Berencana Serang RS Al-Quds di Gaza
Serangan hari Sabtu yang dilakukan di wilayah pendudukan adalah operasi yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan metode intelijen dan taktik militer yang berbeda, dengan senjata baru yang digunakan untuk melawan rezim Israel.
Inovasi dan keberanian pasukan Palestina dalam operasi tersebut menyingkapkan aspek-aspek baru dari peluang-peluang bagi Front Perlawanan sekaligus memperjelas titik-titik kelemahan pihak lawan.
Serangan kelompok perlawanan Palestina dilakukan melalui darat, udara, dan laut, meliputi seluruh wilayah di sekitar Jalur Gaza, menyerbu 50 pangkalan militer rezim Zionis serta pemukiman mereka di sekitar Gaza.
Menurut Kementerian Kesehatan Israel, lebih dari 500 Zionis terbunuh, 1.860 terluka dan 750 hilang dalam serangan tersebut. Prinsip kejutan diterapkan sepenuhnya dalam operasi tersebut yang merupakan salah satu ciri penting dari operasi tersebut yang menjadi jelas dengan kurangnya kesiapan militer rezim Israel untuk melawan serangan tersebut. Video yang dirilis dari beberapa pos pemeriksaan dan pangkalan Israel, menunjukkan tentara Zionis terkejut dan terbunuh dalam bentrokan tersebut.
Baca Juga : Para Pemimpin Arab Mendesak Upaya Baru untuk Perdamaian di Palestina
Kepala Kantor Timur Tengah di Brookings Think Tank mengakui fakta bahwa kesiapan Brigade Al-Qassam, cabang militer Hamas, sangat mencengangkan. Dia berkata, “Serangan mendadak besar-besaran Hamas ke Israel pada Sabtu pagi. Puluhan militan Hamas menyusup ke kota-kota Israel dan desa-desa di bawah naungan ribuan roket yang ditembakkan dari Gaza.”
The Wall Street Journal menyebut operasi tersebut sebagai kejutan besar dan menggambarkannya sebagai kegagalan bersejarah bagi tentara dan badan intelijen Israel.
Brian Katulis, anggota senior lembaga pemikir Timur Tengah di Washington mengatakan bahwa Operasi Badai Al-Aqsa tentu saja merupakan operasi terencana yang tidak dapat dilakukan dalam semalam dan sangat mengejutkan bahwa Israel atau mitranya gagal mengidentifikasi. dia. Dia mencatat bahwa sulit untuk menghadapi kegagalan bersejarah seperti itu.
Baca Juga : Reaksi Dunia Islam terhadap Kejahatan Israel di Gaza
Dari aspek militer, penggunaan peralatan baru oleh Palestina sangatlah signifikan. Misalnya, mereka mengerahkan quadcopter yang dilengkapi peluru untuk menyerang tank dan kendaraan lapis baja lainnya. Penggunaan taktik seperti ini menyebabkan tank Merkava Israel sangat rentan bila diserang dari atas.
Namun, penggunaan heli-glider oleh Palestina untuk memasuki wilayah pendudukan di sekitar Gaza, merupakan hal yang belum pernah terjadi sebelumnya. Penggunaan drone bunuh diri, mobil pick-up dan sepeda motor, serta berbagai jenis rudal dengan jangkauan berbeda dan dalam jumlah besar semuanya berkontribusi pada pentingnya operasi dan kebingungan tentara rezim Israel.
Memperingati ulang tahun ke-36 berdirinya, gerakan Jihad Islam meluncurkan rudal balistik jarak jauh baru dalam parade pasukannya pada hari Rabu, yang namanya tidak disebutkan.
Baca Juga : Tak Tahan Kebijakan Tak Manusiawi Biden Soal Palestina, Pejabat Senior Kemlu AS Mundur
Berdasarkan hal tersebut, Operasi Badai Al-Aqsa tidak hanya mengubah keseimbangan antara kelompok perlawanan Palestina tetapi juga menjadi titik balik dalam praktik militer dan intelijen antara kedua front.
Oleh: Reza Mirtaher