Purna Warta – Tanpa menyorot akar sejarah, analisis perang Rusia versus Ukraina akan menyesatkan dan kurang lengkap.
Ketika api perang disulut, tidak ada pilihan selain kemenangan. Karena dampak kekalahan dalam perang lebih buruk dari apapun yang terjadi dalam perang. Kata Ernest Hemingway, seorang novelis berdarah Amerika.
Baca Juga : Siapa “The Electables” yang Siap Mengancam Pemerintahan Pakistan Imran Khan?
Menganalisa perang tanpa melihat akar sejarahnya kurang lengkap dan bisa menyesatkan. Tak terkecuali perang Rusia versus Ukraina yang seperti pazel. Untuk memiliki satu gambaran sempurna, semua pecahan pazel tersebut harus diletakkan dengan benar. Dengan demikian, analisis detail tentang perang ini membutuhkan salah satu pazel yaitu perang senjata di tahun 2014 di wilayah Donbas antara pemerintah Ukraina melawan daerah otonomi merdeka Donestk dan Luhansk dukungan Rusia. Waktu itu ada kesepakatan genjatan senjata sebanyak 29 kali dan intervensi Barat, khususnya Eropa, telah membuat perang memihak Ukraina.
Menurut pakar, perang Ukraina versus Rusia, yang mengakar semenjak 8 tahun sebelumnya, dimulai di pertengahan bulan februari 2022 oleh serangan Ukraina ke salah satu taman kanak-kanak dan ancaman Rusia. Dan akhirnya, dioperasikanlah satu manuver perang dalam bentuk baru pada tanggal 24 Februari.
Baca Juga : Syiah Arab Saudi dan Eksekusi Mati
AS dan Rusia, Kontradiksi dalam Menghormati Demokrasi
Serangan agresor ke Gedung Kongres Amerika Serikat, 6 Januari 2021, dan kosa kata atau istilah yang dipakai media Demokrat dan Republik dalam menggambarkan serangan ini, telah menjadi analisis para pakar politik dunia dalam waktu lama.
Ada istilah ‘movement’ adapula yang menggunakan kosa kata ‘attack’ hingga ‘chaos’. Ini adalah usaha-usaha mereka untuk menggambarkan lebih detail apa yang terjadi di sana. Namun dari semua itu, khususnya jurnalis serta penulis yang terkait dengan partai Demokrat di Amerika, menerima bahwa untuk menghadapi lawan ekstrim, neo-nazi, anti-demokrasi, militan bersenjata dukungan Trump, hal tersebut dirasa perlu dan darurat. Namun apakah mereka melihat secara sama semua kelompok ekstrim yang ada di dunia, termasuk yang di Ukraina?
Kelompok Neonazi, yang bernama Azov Batalien yang terbentuk di tanah Ukraina sejak tahun 2014 yang secara serius dipersenjatai oleh Amerika Serikat, apakah satu kelompok ekstrim ataukah tidak? Sedangkan aktifitas mereka hanyalah membantai penduduk berdarah Rusia mukim Ukraina dan terus bergerak dengan perlengkapan senjata di wilayah otonomi Ukraina, jual-beli anggota badan manusia di pasar gelap, transaksi obat-obatan terlarang dan menyerang minoritas serta etnis lain.
Baca Juga : Jerusalem Post: Kunjungan Presiden Suriah ke Emirat, Fase Baru Damaskus
Mereka (neonazi) ini adalah orang-orang yang melumuri pelurunya dengan minyak babi lalu berkelakar untuk mencegah pasukan muslim Rusia masuk ke surga.
Selain melawan kelompok ekstrim dan nazi-isme ini, Rusia juga berupaya mencegah gerak NATO ke wilayah perbatasannya.
Selain mempersenjatai negara-negara anggotanya dengan senjata perusak, NATO juga sudah berubah menjadi basis intel dan spionase raksasa yang menargetkan pembatasan politik serta ideologi Rusia.
Dari sisi ini, harus dikatakan bahwa pelemahan struktur politik dan pelucutan senjata militer Ukraina menjadi tujuan urgen Moskow di Kiev dalam beberapa hari terakhir sehingga menutup kemungkinan terulangnya peristiwa yang terjadi sejak 2008 hingga sekarang dalam bentuk misteriusnya. Selain itu, penguasaan dan gerak aktif di wilayah Luhansk dan Donetsk telah mengangkat tangan Rusia dalam perundingan bersama Ukraina untuk meresmikan separasi kepulauan Krimea.
Baca Juga : Inovasi Dewan Kerja Sama Teluk Persia untuk Yaman: Mencari Solusi atau…
Ukraina adalah Ujung Tombak Tekanan Eropa ke Rusia
Karena Benua Biru butuh gas Rusia, maka Eropa berupaya meningkatkan kapasitas kerugian perang dan memperpanjang durasi propaganda media yang menggambarkan aksi pendudukan arogan Negeri Beruang Merah lalu mengentalkan lumuran darah tangan Moskow demi menunggangi emosional, menghancurkan aliansi dan mengasingkan Rusia.
Dalam upaya inilah, Eropa terus menawarkan janji kosong kepada Ukraina, kemudian mempertahankan Kiev dalam gantungan keanggotaan Uni Eropa dengan syarat-syaratnya. Janji untuk menjamu imigran Ukraina di tengah krisis juga harus diperhatikan. Apalagi pakar politik menegaskan target Rusia yang tidak ingin menduduki Ukraina. Kota-kota Ukriana dalam posisi antara pendudukan dan pembebasan. Akan tetapi Eropa berupaya manipulasi dan menjadikan Ukraina sebagai tameng logistik untuk menyelesaikan perseteruan versus Rusia tentang banyak hal, khususnya gas.
Namun poros Barat untuk meraih target ini butuh pada dua senjata: Pertama; sanksi semua sisi dan kedua; perang psikologis. Media-media utama dalam struktur perang psikologis menggunakan dua metode:
Satu: Mereka memutus perang Ukraina dengan sejarahnya dan faktor-faktor politik.
Dua: Mereka berupaya meyakinkan perang Ukraina-Rusia yang akan menarik ke perang dunia.
Baca Juga : Darurat, AS-Prancis Bersama Eksploitasi Gas Alam Yaman di Wilayah Selatan
Padahal seperti diketahui semua bahwa perang Rusia versus Ukraina ini bisa disebut dengan perang kota. Berdasarkan kalkulasi, militer Rusia tidak mahir dalam perang kota. Petinggi Rusia melaporkan bahwa mereka tidak mengincar sipil Kiev. Jadi, tujuan Moskow sejak awal perang adalah melucuti senjata militer serta merubah struktur politik. Untuk target inilah perang masih berlanjut, bukan karena perlawanan pemerintah Ukraina.