Purna Warta – Sumber di Kairo mengungkap rahasia di balik kunjungan Mahmoud el-Sisi, salah satu petinggi intelijensi Mesir dan putra Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi ke Palestina Pendudukan bersama tim.
Al-Araby al-Jadeed, 18/1, dalam laporannya menuliskan bahwa berdasarkan informasi yang ada, putra Presiden Mesir yang sekaligus menjadi petinggi intelijensi Kairo terbang ke Israel bersama dengan sebuah delegasi. Dalam pertemuannya dengan petinggi keamanan Tel Aviv, mereka membahas beberapa kasus, khususnya urusan kepentingan bilateral antara dua negara.
Baca Juga : Israel Perang di Yaman Pake Topeng Emirat
Orang Nomer Satu Urusan Relasi Mesir-Israel
Salah seorang sumber kepada al-Araby al-Jadeed menjelaskan, “Putra Presiden, yaitu Mahmoud el-Sisi, memiliki pengaruh besar dalam servis intelijen pemerintahan Kairo. Dalam kunjungan ini, dia tidak sendiri. Dia bersama satu tim utusan yang terdiri dari beberapa petinggi urusan Israel-Mesir. Terbang dengan pesawat khusus badan intel menuju Palestina Pendudukan.”
Menurut sumber tersebut, “Setelah Presiden el-Sisi menunjuk Kolonel Ayman sebagai ketua komisi urusan Libya, Mahmoud el-Sisi menjadi orang nomer satu urusan hubungan Mesir-Israel.”
Kunjungan Terencana Mahmoud El-Sisi
Menurut sumber al-Araby al-Jadeed, kunjungan ini bukanlah kunjungan pertama kali yang dilakukan Mahmoud el-Sisi di atas kursi petinggi senior urusan kerja sama Mesir-Israel. Kunjungan ini dilaksanakan di bawah titah dan tugas kerja. Dalam kunjungan sebelumnya, dia juga diiringi oleh Kolonel Abbas Kamel, Ketua Badan Intelijen Mesir. Dan kunjungan Minggu kemarin, merupakan satu kunjungan terencana, bukan kunjungan tiba-tiba.
Sumber tersebut menjelaskan bahwa dirinya melihat banyaknya hubungan telpon antar petinggi intel Mesir dengan sekutu mereka di Palestina Pendudukan.
Baca Juga : Manuver Yaman: Satu Peluru 4 Titik Sasaran Sekaligus
“Mereka mengupayakan meraih satu kesepakatan tentang realisasi perubahan beberapa kasus berhubungan dengan resolusi Camp David sebelum konferensi komisi bersama militer dua negara,” kutip al-Araby al-Jadeed dari sumber tersebut tanpa menyebut nama.
Mesir, menurut pengakuan sang sumber, memiliki beberapa program untuk membangun satu wilayah produksi di daerah Utara sahara Sinai, yang berdekatan dengan perbatasan Gaza.
“Pertemuan terakhir el-Sisi bersama dengan petinggi Israel, selain bentuk langkah penyempurna reformasi resolusi Camp David, juga membahas rencana Mesir dalam proyek rekonstruksi Gaza di bawah pengawasan perusahaan Kairo jaringan badan intel. Ini adalah tawaran inovasi Presiden el-Sisi pasca perang Israel versus Gaza pada bulan Mei lalu,” hematnya.
Salah satu urusan yang dipaparkan dalam pertemuan delegasi Mesir dengan rezim Zionis adalah persiapan penyelenggaraan konferensi 4 pihak tingkat tinggi badan intelijensi; Mesir, Yordania, Israel dan Palestina. Perundingan menargetkan pengaktifan serta realisasi konferensi resmi pihak-pihak Palestina dan Israel.
Baca Juga : Rudal Yaman Hancurkan Reputasi Emirat
Al-Araby al-Jadeed menambahkan, “Kunjungan Mahmoud el-Sisi ke Palestina Pendudukan dilaksanakan pasca pertemuan Presiden Mesir, Abdel Fattah el-Sisi, dengan Mahmoud Abbas, Ketua Otoritas Palestina, di kota Sharm el-Sheikh di sela konferensi terakhir pemuda dunia, juga dilaksanakan pasca dialog Mesir-Yordania dalam beberapa hari terakhir dengan target koordinasi serta sinkronisasi upaya untuk kelangsungan konferensi 4 pihak.”
Reformasi Resolusi Camp David
Mesir dan rezim Zionis pada bulan November tahun lalu membahas tentang perubahan atau perbaikan beberapa pasal resolusi Camp David yang ditandatangani pada tahun 1979 dengan target penguatan keamanan sesuai dengan perkembangan situasi yang ada.
Menurut beberapa sumber, mayoritas perbaikan pasal berhubungan dengan pasal keamanan, kontrol mayoritas daerah serta pengentalan eksistensi di wilayah-wilayah ini, yaitu wilayah perbatasan Gaza dan sahara Sinai. Kedua belah pihak bermaksud untuk meningkatkan kuantitas pasukan keamanan, terkhusus di daerah Mesir, yaitu Rafah. Dialog dua belah pihak dilaksanakan di bawah pengawasan Amerika Serikat dan mereka berniat untuk mengangkat semua pencegah realisasi perubahan.
Sumber tersebut menjelaskan, “Kairo mendesak reformasi yang ingin ditorehkan dalam resolusi Camp David tersebut. Terkhusus perubahan berkaitan dengan wilayah yang sedikit banyak lebih stabil sehingga diprediksikan akan terjalinnya kesepakatan jangka panjang genjatan senjata yang mungkin 10 tahun lebih.”
Baca Juga : Jenderal Kondang Zionis: Masalah Dalam Israel Lebih Berbahaya
Mesir merupakan negara Arab pertama yang menandatangani kesepakatan perdamaian pasca perang Arab-Israel pada tahun 1979 di Camp David, AS. Mesir langsung meresmikan rezim Zionis.
Sebelumnya dilaporkan bahwa reformasi dan perbaikan dalam resolusi Camp David menargetkan persiapan peningkatan peran Mesir di wilayah utara sahara Sinai dan wilayah perbatasan Gaza, yang mencakup peningkatan jumlah keluar-masuk warga via perbatasan Rafah, membangun infrastruktur yang sesuai dengan tahapan-tahapan baru, salah satunya pembangunan gedung persinggahan sementara untuk warga Palestina yang ingin menggunakan jasa perbatasan dan ada pula tuntutan tentang transportasi aman serta pengawasan. Hal-hal ini masuk dalam tujuan reformasi pasal.
Antara Kairo dan Tel Aviv, menurut sumber berita, ada kesepahaman tentang Jalur Gaza. Mesir ingin lebih kental dalam persoalan ini, karena ini merupakan salah satu urusan pusat gravitasi rezim Zionis, Mesir dan Amerika.
Baca Juga : Al-Monitor: Israel Terkejut dengan Serangan Yaman ke Emirat