Purna Warta – Kesepakatan perdamaian antara dua gerakan besar Palestina, Fatah dan Hamas baru saja ditandatangani di Lebanon dimediasi oleh Muqawamah Hizbullah dan Gerakan Amal. Resolusi tersebut memiliki beberapa pasal dengan target menutup faktor pendorong konflik di masa depan.
Gerakan Fatah dan Hamas menandatangani kesepakatan perdamaian di Lebanon dan menciptakan satu langkah positif di bawah struktur bersama dalam bidang politik, sosial kemasyarakatan Palestina dan kamp-kamp pemukiman. Rekonsiliasi terlaksana pasca putusnya relasi antara dua gerakan dengan berbagai alasan yang terjadi pasca insiden di kamp Burj al-Shemali pada tanggal 10 dan 11 Desember 2021.
Baca Juga : Sumpah Setia Al-Qaeda Dukung Dewan Pimpinan Yaman Buatan Saudi
10 Desember 2021 pasca peristiwa kebakaran di Masjid Ka’ab bin Ubai di pemukiman Burj al-Shemali, Lebanon, ada beberapa pihak bersenjata, yang dilaporkan anak buah dari Fatah, menembaki iringan jenazah Hamzah Shahin, seorang pemuda Palestina yang meninggal dalam insiden ledakan. Penembakan tersebut memakan korban 4 anggota Hamas.
El-Nashra melaporkan khusus rekonsiliasi Fatah dan Hamas dengan mengajukan beberapa detail kesepakatan yang diraih dan menuliskan, “17 April 2022 dilangsungkan sebuah perundingan di markas Gerakan Amal di Beirut, di bawah pengawasan Nabih Berri, Ketua Parlemen Lebanon, bersama Jamil al-Haik, Wakil Nabih Berri sekaligus Kepala kantor politik Gerakan Amal, Hassan al-Mesri, Wakil Ketua kantor politik Gerakan Amal dan beberapa anggota kamar politik Amal lainnya. Perundingan ini juga dihadiri oleh Maher Hammoud, Kepala Persatuan Ulama Muqawamah Dunia, dan utusan Jihad Islami di Lebanon bersama pejabat urusan Palestina Muqawamah Hizbullah dan beberapa pejabat Hamas dan Fatah.”
Baca Juga : Ingkar Janji Tanpa Rasa Dosa, Hela Nafas Terakhir Genjatan Senjata
Detail Resolusi Rekonsiliasi
El-Nashra melaporkan detail pasal kesepakatan antara petinggi Fatah dan Hamas:
-Kami harus menanggalkan perselisihan dan harus fokus pada dampak insiden di Burj al-Shemali demi menjaga keamanan kamp, khususnya di bulan Ramadhan dan intifada membela Masjid al-Aqsa yang mewajibkan persatuan semua kebijakan politik Palestina.
-Kesepakatan atas hak-hak korban meninggal dan terluka. Gerakan Fatah bertanggungjawab etis atas insiden berdarah ini. Kedua pihak Hamas dan Fatah bersama harus membayar kerugian finansial ke keluarga korban meninggal dan terluka.
-Sepakat membentuk panitia atau komisi untuk menindaklanjuti kesepakatan dari ketiga serangkai, Fatah-Hamas dan Gerakan Amal.
-Membangun tembok pemisah antara kuburan dan markas Fatah Palestina di Burj al-Shemali demi mencegah konflik di masa depan.
-Peninjauan bersama di Lebanon dan cabang-cabang mereka di kamp pengungsian yang sempat berhenti karena perselisihan. Peninjauan ini harus dilaksanakan dengan hormat dan sesuai perjanjian.
Baca Juga : Bagaimana Ketua Dewan Pimpinan Putus Harapan Bangsa Yaman?
Masalah dan Tekanan
Untuk menghasilkan satu kesepakatan antara dua gerakan besar Palestina ada banyak rintangan sehingga banyak upaya yang terhenti dalam hal ini dan gagal. Akan tetapi Nabih Berri bersikras untuk menengahi yang mendapatkan dukungan penuh dari pihak sekeliber Sheikh Maher Hammoud, Ketua Persatuan Ulama Muqawamah Dunia, Hizbullah dan lainnya.
Faktor penghalang akan diraihnya kesepakatan bukan hanya karena faktor dampak insiden, tetapi juga dikarenakan reaksi dalam menanggapi insiden. Seperti Hamas yang menuding campur tangan pasukan keamanan nasional di balik peristiwa sebelum penyelidikan selesai dilakukan. Fatah langsung menolak dan mengumumkan kesiapan Front untuk mengungkap fakta dan menyerahkan tersangka. Hal ini yang menjadi faktor utama terhentinya upaya bersama, dan Fatah menolak untuk mengadakan relasi serta hubungan dengan Hamas di berbagai ranah.
Masalah lain yang dihadapi kemarin untuk mendapatkan kesepakatan damai adalah hubungan instabil kedua gerakan. Perselisihan kedua petinggi front di pusat selalu berdampak negatif meskipun sudah ada upaya pengecualian di kancah Lebanon.
Dan urusan ketiganya adalah perluasan perselisihan yang menyebabkan kelahiran barisan di banyak kamp dan Medsos. Satu fakta yang memunculkan ketakutan keamanan di dalam kamp-kamp yang mengandung satu bahaya fitnah.
Baca Juga : Sindiran Keras dan Bermakna Rusia Versus Israel
Sukses Rekonsiliasi
Di hari ini, menurut pengamatan El-Nashra, hal yang sempat putus itu kembali menyambung. Air telah mengalir di jalurnya. Resolusi ini telah menutup lembaran perbedaan dan mengembalikan hubungan hangat dua front. Perundingan ini disebut positif oleh kedua pihak dan merupakan langkah pertama untuk mencairkan hubungan beku Gerakan Fatah dan Hamas.
Delegasi Palestina dalam perundingan ini menegaskan pengecualian dan menjaga kancah Lebanon agar terus netral, tidak terlibat dalam peselisihan-perselisihan sampingan dalam Palestina. Mereka menegaskan pengaktifan aktifitas di Lebanon dan cabang mereka di kamp-kamp pengungsian.