Purna Warta – Ekonomi merupakan sektor utama dan terpenting yang menentukan keberlangsungan sebuah negara. Setiap negara pada umumnya mengalami sejumlah fase untuk menjadi negara maju dan kuat secara ekonomi berdasarkan pemahaman modern. Mulai dari fase agrikultur atau tradisional, lalu fase industri dan terakhir deindustrialisasi.
Baca juga: Pemenang Nobel Menyampaikan Kekhawatiran Terhadap Nasib Gaza
Secara ekonomi setiap negara pada awalnya bergantung pada sektor pertanian atau agrikultur. Sektor tersebut menunjang sebagian besar atau seluruh kebutuhan ekonomi sebuah negara. Perlahan-lahan negara berkembang dan sektor agrikultur semakin berkembang lalu dimulai investasi di berbagai bidang.
Setelah itu negara memulai fase industrialisasi dan produksi dimana teknologi sudah mulai masuk dan menjadi sektor terpenting penopang ekonomi sebuah negara. Pembangunan inftastruktur, teknologi dan fasilitas lainnya dimulai secara masif di fase ini.
Fase industrialisasi mengandalkan para pekerja low skilled atau berkemampuan rendah dalam jumlah besar. Fase ini juga akan memberikan tantangan kepada masyarakat khususnya kalangan terpelajar untuk terus menciptakan inovasi di bidang produksi dan manufaktur demi memajukan negara dari bidang teknologi, pembangunan dan lainnya.
Fase ini akan sampai pada puncaknya ketika teknologi dan sistem canggih sudah mulai merata di sebuah negara dan kebutuhan terhadap jasa dan layanan teknologi canggih semakin dibutuhkan.
Ketika teknologi sudah banyak dan kebutuhan terhadap jasa semakin dibutuhkan, disitulah tiba saatnya untuk deindustrialisasi atau mengakhiri fase industri. Itu bukan berarti meninggalkan industri, melainkan kebutuhan ekonomi tak lagi banyak bergantung pada industri melainkan pada jasa.
Baca juga: Ratan Tata, Milyuner India Meninggal Dunia Pada Usia 86 Tahun
Negara bisa memasuki fase ini dengan syarat jumlah teknologi dan perusahaan moden sudah memadai begitu pula dengan jumlah pekerja high skilled atau pakar. Ketika itulah, sebuah negara akan sukses di era modern ini.
Masalahnya adalah sejumlah negara berkembang mengalami deindustrialisasi prematur, dalam artian mereka memasuki fase itu padahal masih belum siap. Akibatnya adalah, negara memasuki fase yang membutuhkan skill tinggi namun tidak memiliki sumber daya yang memadai sehingga pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan skill tinggi menjadi tidak ditangani dengan baik dan akhirnya merekrut pekerja asing.
Hal tersebut membuat para pekerja lokal menjadi tergeser akibat tiadanya kemampuan yang mencukupi. Selain itu, pekerjaan low skilled semakin berkurang dengan majunya teknologi. Hal itu semua praktis membuat banyak masyarakat yang mayoritas low skilled kehilangan atau tidak mendapat pekerjaan.
Terdapat sejumlah faktor terjadinya deindustrilisasi prematur, seperti;
Persaingan global dan tantangan dalam negeri. Persaingan dagang secara global membuat perusahaan harus bisa berinovasi supaya bisa bertahan. Dari sisi lain, tantangan yang dihadapi di dalam negeri mulai dari perizinan usaha dan gangguan oknum-oknum tertentu membuat perusahaan memindahkan pabrik ke tempat atau negara lain, ini secara otomatis menghilangkan kesempatan kerja dari tempat asalnya.
Perkembangan teknologi yang cepat. Perusahaan yang berhasil mendapatkan teknologi mutakhir akan mempertimbangkan untuk melakukan phk massal demi menghemat biaya dan beralih ke teknologi.
Kebijakan ekonomi pemerintah juga memiliki peran dalam terjadi deindustrialisasi prematur sebuah negara.
Negara berkembang yang sudah memasuki fase prematur ini akan menghadapi kesulitan yang luar biasa khususnya di era modern seperti sekarang ini. Para pekerja low skilled yang meliputi mayoritas warga akan kesulitan mencari kerja. Para pekerja high skilled tak jarang yang pindah ke negara lain mencari peluang yang lebih baik. Akhirnya perkembangan sebuah negara baik dari bidang ekonomi maupun teknologi akan terhambat atau bahkan tertinggal.
Oleh M. Rumi