Dari Rumah Hingga Tanah, Penjajahan Zionis dalam Kehidupan Sehari-hari Warga Palestina

Dari Rumah Hingga Tanah, Penjajahan Zionis dalam Kehidupan Sehari-hari Warga Palestina

Purna Warta Salah satu aspek yang sering luput dari perhatian ketika menganalisis situasi di Palestina adalah apa yang digambarkan sebagai ‘penjajahan sehari-hari’ oleh Rezim Zionis Israel.

Hal ini mengacu pada bagaimana rezim kolonial Zionis dan proyek kolonial pemukimnya hadir bahkan dalam detail terkecil dan di ruang paling pribadi dalam kehidupan warga Palestina.

Baca Juga : Mantan Analis CIA: Perang Gaza Akan Berakhir Jika AS Hentikan Bantuan Militer Israel

Analisis politik mengenai ‘privasi’, khususnya di dalam rumah warga Palestina, akan membantu menggambarkan bagaimana kolonialisme menyusup bahkan ke sudut-sudut paling pribadi, yang biasanya dianggap terpencil atau, paling tidak, kurang terpapar oleh entitas kolonial.

Fokus yang mendalam pada politik juga memungkinkan pengamatan mengenai bagaimana kehadiran pendudukan sehari-hari dan rutin mempengaruhi kehidupan dan hubungan antarpribadi masyarakat terjajah.

Misalnya, melalui perspektif mendalam ini, kita dapat menganalisis bagaimana menerima pemberitahuan pembongkaran rumah berdampak pada psikologis seseorang, atau bagaimana membangun kembali rumah setiap kali rumah tersebut dibongkar pada akhirnya dapat memengaruhi kesehatan mental mereka yang terlibat dalam proses tersebut.

Analisis seperti ini tidak boleh ditafsirkan sebagai langkah awal dari kajian kolonialisme, melainkan sebagai sarana untuk menyoroti betapa invasifnya kolonialisme, yang menembus rumah tangga.

Baca Juga : Laporan: Israel Jatuhkan Lebih Dari 22.000 Bom Amerika Di Gaza Dalam 6 Minggu Pertama Perang

Dengan kata lain, perspektif mikropolitik ruang pribadi melengkapi analisis makropolitik kolonialisme.

Rumah-rumah warga Palestina secara teratur dievakuasi, dihancurkan dan digerebek. Pelanggaran terhadap ruang pribadi ini bukanlah sesuatu yang terjadi baru-baru ini atau semata-mata dipicu oleh dugaan reaksi terhadap peristiwa 7 Oktober.

Misalnya, pada tahun 2016, data yang diterbitkan oleh media Israel sendiri menunjukkan rata-rata pembongkaran setiap minggunya terhadap 20 bangunan.

Contoh lain dari penghancuran rumah ini didokumentasikan oleh jurnalis dan penulis Palestina Ramzy Baroud, yang mencatat pada tahun 2017 bagaimana desa Badui Palestina di Al-Araqeeb dihancurkan lebih dari 116 kali.

Selain pembongkaran rumah, ada cara lain yang menunjukkan pendudukan Zionis dalam kehidupan sehari-hari, seperti pelecehan oleh negara yang bertujuan memaksa warga meninggalkan rumah atau perintah penggusuran, yang dalam konteks kolonial Palestina dapat diartikan sebagai legitimasi atas pelecehan tersebut.

Merupakan hal yang lumrah bagi keluarga-keluarga Palestina untuk diusir dari rumah mereka yang telah mereka tinggali selama beberapa dekade. Di Yerusalem Timur yang diduduki, terdapat wilayah di mana gerakan pemukim, yang didukung dan dilindungi oleh rezim militer dan struktur hukum negara kolonial, untuk menyerang dan mengintimidasi warga Palestina dan mengusir mereka dari rumah mereka.

Baca Juga : Jajak Pendapat di Palestina Tunjukkan Peningkatan Dukungan Terhadap Hamas dan Sentimen Anti-AS

Ahli geografi Sabrien Amrov menyoroti bagaimana kekerasan dan pendudukan dalam kehidupan sehari-hari terwujud dalam persepsi militer yang diterapkan pada rumah-rumah warga Palestina.

Dalam infografis yang diterbitkan pada tahun 2014 oleh tentara Israel berjudul ‘Kapan Rumah Menjadi Rumah?’, sebuah rumah khas Palestina digambarkan dari sudut pandang militer.

Kamar tidur diidentifikasi sebagai ‘ruang operasi’, sedangkan ruang tamu dianggap sebagai ‘gudang senjata’. Melalui latihan diskursif ini, tentara Israel membenarkan serangannya terhadap infrastruktur yang biasanya dianggap sebagai ruang sipil, tempat pengungsian dan perlindungan.

Proses diskursif ini menghubungkan dua aspek pendudukan kolonial Zionis: mikrokosmos yang diwakili oleh rumah dan wilayah pribadi, dan makrokosmos yang diwakili oleh wilayah Palestina secara keseluruhan.

Di kedua bidang tersebut, tujuannya adalah untuk merampas rumah dan tanah warga Palestina.

Kedua catatan kolonial tersebut menyoroti keseluruhan pendudukan, kehadirannya dalam kehidupan sehari-hari warga Palestina dan ketidakmungkinan menemukan tempat perlindungan, baik secara fisik maupun politik.

Baca Juga : Menlu Iran: Israel Tidak Dapat Lanjutkan Serangan Gencarnya Tanpa Dukungan AS

Dari sudut pandang rumah, penting untuk dicatat bagaimana rumah tidak lagi menjadi ruang keluarga sederhana yang terisolasi dari eksterior kolonial dan telah berubah menjadi apa yang dianggap sebagai ‘medan perang’.

Intrusi perang yang tak terduga ke dalam wilayah pribadi rumah tangga telah mewakili, bagi warga sipil di Palestina serta di Irak atau Afghanistan, bentuk trauma dan penghinaan yang paling dalam.

Dalam hal ini, rumah warga Palestina bukan lagi sekadar ruang pribadi yang semakin dibatasi, namun juga tempat pendudukan, kendali dan perampasan.

Dari sudut pandang teoritis, sebuah kota dalam konteks normal dapat digambarkan dengan dua jenis tembok: tembok luar yang membatasi perimeternya dan membentuk ruang publik dan tembok dalam yang memisahkan ruang pribadi atau privat.

Namun, dalam konteks kolonial seperti Palestina, pemisahan antara publik dan pribadi menghilang. Seluruh ruang dibatasi oleh pendudukan kolonial, dari area terbuka hingga ruangan individu.

Gambaran yang muncul dalam kasus Palestina, adalah sebuah kamp konsentrasi, dimana batas-batas kabur antara eksterior dan interior rumah. Dalam situasi seperti ini, tidak ada ruang pribadi untuk mencari perlindungan dari kekerasan.

Baca Juga : Kepala Nuklir: Musuh Gagal Halangi Kemajuan Nuklir Iran Melalui Sanksi

Di Palestina, keluarga tidak merasa aman bahkan di dalam kamar mereka, di ruang paling pribadi.

Kolonisasi kehidupan sehari-hari adalah konsekuensi lain dari sistem kolonial Zionis, yang juga menjadi alasan perlawanan.

Xavier Villar adalah Ph.D. dalam Studi Islam dan peneliti yang berbasis di Spanyol.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *