Purna Warta – Dari Abu Musab al-Zarqawi hingga Ayman al-Zawahiri, sebuah pertanyaan muncul dalam benak setiap orang terkait apa alasannya AS membunuh ketua kelompok teroris ketimbang seharusnya menangkap mereka.
Salah satu surat kabar Qatar menjelaskan tindakan arogan AS terkait teroris dan mempertanyakan, kenapa pemerintah Gedung Putih setiap kali butuh, mereka menghapus pemimpin teroris di bawah struktur kepentingannya?
Dini hari Selasa, 2/8, Joe Biden, Presiden AS dalam satu konferensi pers mengabarkan kematian Ayman al-Zawahiri, ketua kelompok teroris al-Qaeda, dalam satu serangan pesawat tanpa awak pada hari Minggu di Kabul dan menerangkan, “Ayman al-Zawahiri, Ketua kelompok teroris al-Qaeda telah kami bunuh di Afganistan. Al-Zawahiri telah menyebabkan kematian banyak orang Amerika dalam banyak serangan.”
Baca Juga : Reaksi Pasukan Sana’a terhadap Pelanggaran Gencatan Senjata di Ma’rib
Pesan kabar mengenai pembunuhan al-Zawahiri terus bergulir dan tutup mata atas keraguan yang dilontarkan oleh banyak pihak, pertanyaan terus bergelombang, di mana salah satu analisa urgen dalam hal ini adalah laporan media asal Qatar, Rai al-Youm.
Rai al-Youm, 3/8, mempertanyakan, kenapa para Pemimpin pemerintah Amerika Serikat lebih suka membunuh orang yang berada dalam pencarian? Apakah mereka tidak bisa menangkapnya? Apakah kebijakan ini memiliki arti lebih dari sejarah, politik, psikologis dan ideologi?
Di awal sang analis mengutip jawaban eks Wakil Menlu Mesir Abdullah al-Ash’al tentang persoalan ini dan menuliskan, “Al-Asha’al meyakini bahwa kebijakan Amerika ini bisa diterjemahkan dalam dua sisi. Pertama, kebijakan ini merupakan cerminan dari psikologi AS yang terejawantah dalam Superman. Meskipun harus dikatakan bahwa Israel juga mengikuti jalan ini. Harus diperhatikan bahwa Amerika besar dengan membunuh pemilik tanah. Warga AS, khususnya kulit putih, juga memiliki jiwa pembantai generasi.”
“Satu tafsir juga bisa dilihat dari kebijakan Washington ini dan itu berkaitan dengan psikologi politik para pemimpin pemerintahan AS, di mana mereka memiliki satu psikologi bernama “pengorbanan” yaitu mengorbankan satu orang yang telah mereka buat buruk namanya. Dengan gambaran ini maka mereka adalah para pahlawan yang dipercaya oleh warga AS.”
Baca Juga : Jet Tempur Rusia Serang Teroris Terlatih Amerika di Suriah
Eks diplomat Mesir ini juga menegaskan bahwa sosial masyarakat Amerika tidaklah bersatu, akan tetapi mereka adalah mozaik-mozaik yang mencakup banyak etnis.
“Dan fakta ini menunjukkan satu permasalahan bahwa ada satu rasa ketidakamanan, karena hal inilah mereka banyak condong mencari senjata,” tegasnya.
Eks Wakil Menlu Mesir ini menambahkan, “Ada tiga hal yang menakutkan Amerika. Pertama: Orientasi penuh ke Israel. Kedua: Pro dan kontra demokrasi dan kebutuhan pada metode diktatorisme dalam menundukkan masyarakat. Ketiga: Petualangan luar negeri.”
Al-Ash’al meyakini bahwa AS akan terjerumus dalam perang abadi dan menyatakan, “Israel juga mengikuti jalan ini. Keduanya harus dihancurkan dan Israel akan hancur jika AS hancur.”
Abdullah al-Ghathami, kritikus kondang Saudi, terkait pembunuhan al-Zawahiri menjelaskan, “Setiap kali AS membunuh salah satu ketua teroris, pasti ada satu pertanyaan yang mengganggu bahwa apakah pembunuhan ini dilakukan demi menjunjung Presiden Obama atau Trump atau Biden dan mereka semua ada dalam satu skenario. Karena mereka lebih memilih menghabisi unsur itu dan tidak menangkapnya untuk diadili, mengungkap banyak rahasianya.”
Masih terkait hal ini, Turki al-Shalhoub mengupas keputusan Bush Junior yang membunuh Abu Mus’ab al-Zarqawi, kebijakan Obama yang membunuh Osama bin Laden dan kebijakan Donald Trump yang menewaskan Abu Bakr al-Baghdadi serta terakhir, keputusan Joe Biden membunuh Ayman al-Zawahiri.
Baca Juga : Israel Targetkan Pusat Jihad Islami di Rafah
“Setiap popularitas seorang presiden AS menurun, mereka akan memutuskan untuk membunuh satu dari ketua-ketua ini. Hal ini menunjukkan bahwa mereka semua mengetahui detail titik kediaman para unsur teroris ini dan mereka baru akan melepaskannya jika ajal sudah waktunya,” sindirnya.
Di akhir tulisan ini dijelaskan bahwa hampir semua jurnalis dan pengamat politik meyakini bahwa para pemimpin AS berupaya mendapatkan popularitasnya lebih dari Pemilu paruh waktu dan iklan pribadi dengan membunuh orang-orang yang ada dalam buku pencarian ini.
“Kami tidak pernah melihat jasad salah satu dari korban pembunuhan ini. Ini membuktikan permainan CIA dan memanipulasi kesederhanaan sosial umum,” tulis Rai al-Youm.