China Bangun Basis Militer di Emirat, Apakah Abu Dhabi Ragukan AS?

China Bangun Basis Militer di Emirat, Apakah Abu Dhabi Ragukan AS?

Purna Warta – Wall Street Journal mengklaim pembangunan pangkalan militer China di Uni Emirat Arab. Dentum bahaya di AS mulai terdengar.

AS-UEA memiliki kerjasama militer yang sangat kuat, yang mencakup pembelian senjata mutakhir, program latihan, program strategik dan latihan bersama. Berdasarkan laporan Kemenlu AS, Washington telah menjual senjata senilai 28.1 miliar dolar ke Abu Dhabi sejak tahun 2014 hingga saat ini.

AS menyebut Emirat sebagai sekutu utamanya di luar NATO. Pada tahun 1994, kedua belah pihak menyepakati kerjasama pertahanan, di mana isinya sampai sekarang belum pernah terekspos.

Baca Juga : Tawaran Israel ke Mesir: Rubah Perjanjian Camp David

Al-Jazeera langsung mengupas warta basis militer China di Emirat dengan menuliskan, “Laporan Washington Post mengungkapkan bahwa Amerika Serikat berupaya menggagalkan rencana China membangun pangkalan militer di Emirat beberapa jam sebelum jadwal kunjungan Menhan Lloyd Austin ke beberapa negara Arab.”

Wall Street Journal akhir-akhir ini juga mengklaim bahwa citra satelit Pelabuhan al-Khalifa menunjukkan pembangunan yang mencurigakan di bagian dalam terminal kontainer yang dimanajemeni oleh satu perusahaan perkapalan China bernama Cosco.

Badan intel Amerika di musim semi tahun ini juga membawakan beberapa bukti akan pembangunan satu basis militer rahasia China di UEA. Bukti-bukti tersebut mencakup penggalian lubang besar untuk pondasi bangunan beberapa tingkat. Demikian Wall Street Journal melaporkan.

Berkaitan dengan warta ini, al-Jazeera menuliskan bahwa salah satu petinggi Kementerian Pertahanan Amerika, hari Kamis (18/11), dalam salah satu wawancaranya menjelaskan, “Memusatkan diri pada masalah yang disuntikkan oleh China bukan berartikan bahwa kami meninggalkan Timur Tengah.”

Baca Juga : Hamas Masuk Buku Teroris, Apa Bias Hukumnya?

Petinggi di Kemenhan AS tersebut juga menambahkan, “Di tengah keraguan akan eksistensi Pentagon di Timteng, Washington masih mempertahankan puluhan ribu prajuritnya di Kawasan di basis-basis militernya.”

Surat kabar Qatar tersebut, al-Jazeera mengingatkan, “China memiliki beberapa pangkalan militer di luar negeri, salah satunya basis militer AL di Djibouti dengan target pembangunan untuk mempermudah manuver di sekitar Samudera Hindia dan Afrika.”

“Dalam beberapa tahun terakhir, China telah memperkuat relasi ekonominya dengan Emirat dan Abu Dhabi berhasil berevolusi menjadi salah satu negara dagang terbesar di Kawasan. UEA juga mengembangkan kerjasamanya dengan perusahaan teknologi China, Huawei. Satu perusahaan yang dilarang beroperasi di Amerika karena kekhawatiran akan hubungannya dengan partai Komunis dan militer Beijing. Huawei juga dicurigai melakukan aksi spionase di Amerika Serikat,” tambah al-Jazeera.

Baca Juga : Kesalahan-Kesalahan Erdogan

Menjaga Keamanan Setelah AS Mundur

William Lawrence, mantan petinggi Kemenlu AS, dalam acara bincang-bincangnya dengan al-Jazeera dalam hal ini menjelaskan bahwa isu terbaru tentang pembangunan basis militer China di Emirat bisa dikatakan benar.

“Emirat ingin mengembangkan hubungan keamanannya, di mana hal ini bisa disebut sebagai hal baik. Namun karena mereka takut akan kemarahan Amerika, Emirat tidak jadi melakukan,” jelasnya kepada al-Jazeera.

Irina Tsukerman, pakar ranah keamanan nasional, terkait hal ini mengakui bahwa dirinya tidak terkejut sama sekali melihat berita tentang pembangunan basis militer China di Emirat.

“China ingin menancapkan hegemoni militer dan perdagangan setara di Teluk Persia. China eksploitasi titik kosong yang ditinggalkan Amerika karena penarikan mundurnya dari Kawasan,” jelasnya.

“Pemerintah Donald Trump telah membuka jalan ini sejak menuntut penarikan mundur pasukan Pentagon dari Kawasan. Dan pendekatan pemerintah baru AS, yang ingin kembali ke resolusi nuklir bersama Iran, telah meningkatkan perselisihan diplomatis dalam negeri Amerika dan para sekutu Kawasannya,” tambahnya dalam wawancara dengan al-Jazeera.

Target China dalam hal ini, menurut pengamatan Irina, adalah menandingi AS dengan meningkatkan jumlah tentaranya.

Baca Juga : Unjuk Kekuatan Iran di Selat Hormuz

Kesatuan dan Konvergensi

Tsukerman melanjutkan, “Emirat membangun kerjasama dengan China dengan keyakinan bahwa menjalin hubungan baik dengan kedua kompetitor geopolitik akan menempatkannya dalam kedudukan yang bagus, karena dua negara tersebut akan mengupayakan pengembangan hegemoni dengan meningkatkan dorongan-dorongan keuangan, politik dan ekonomi kepada negara sekutunya.”

Jika Emirat meyakini bahwa Amerika siap menancapkan hegemoni dan menjaga Kawasan, menurut analisa Irina Tsukerman, hal ini tidak akan pernah terjadi. Akan tetapi pasca Amerika membuka jalan pengurangan kekuatannya di Kawasan, para sekutunya melihat keuntungan di balik perundingan dan kesatuan dengan pihak lain.

Baca Juga : Latihan Militer Iran: Generasi Muda dan Senjata Dalam Negeri

Nasib Jet Tempur F-35

Dalam analisisnya ini, al-Jazeera menambah satu lagi pengamatan dari seorang sumber lainnya dan menuliskan, “Kebijakan Emirat ini, yang menjamu ribuan tantara Pentagon dan berniat membeli F-35, telah menyebabkan keraguan terhadap Washington sebagai sekutu Abu Dhabi.”

Namun demikian, surat kabar Qatar tersebut menambahkan, “Hingga saat ini, tidak ada bukti yang memperlihatkan efek pembangunan basis militer China pada rencana pembelian pesawat tempur dan drone canggih Pentagon oleh Emirat.”

Kemudian Irina Tsukerman mengingatkan, “Berbeda dengan Turki yang langsung memutuskan untuk membeli S-400 Rusia, Emirat hingga detik ini belum pernah membeli senjata yang setingkat dengan senjata Amerika. Dan tidak mungkin Emirat berbagi teknologi militer urgennya dengan China.”

Baca Juga : Resmikan Ilisu Dam, Bener-Bener Turki Ajak Ribut Tetangga

Tapi William Lawrence meyakini akan efek pembangunan pangkalan militer China ini pada rencana pembelian senjata UEA dari AS.

“Setelah manuver ini, pasti ada banyak perbedaan dalam Kongres,” yakinnya.

Dari segi lain, Irina Tsukerman mengharap kabar tentang siasat China ini dapat membangunkan pemerintahan Joe Biden agar menganalisa kembali sinyal-sinyal yang disebar para sekutunya.

“Baik Emirat maupun kedaulatan lainnya, jika mereka yakin bahwa Amerika bukanlah sekutu yang bisa dipercaya dan siap mengorbankan kepentingannya demi JCPOA, maka negara-negara sekutu AS akan berlindung ke pangkuan pihak lain demi kekuatan yang lebih besar dan jaminan keamanan,” tambah Irina Tsukerman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *