Cara Amerika Khianati Sekutu Kurdinya di Suriah

suriah

Purna Warta – Salah satu surat kabar asal Lebanon mengupas pengkhianatan AS terhadap sekutu Kurdinya di Suriah dan melaporkan bahwa Washington hingga detik terakhir kemarin masih mengklaim upayanya untuk mencegat gerak maju militer Turki di Damaskus, namun sekarang mengucapkan hal lain.

Deklarasi bersama di akhir konferensi internasional Astana di ibukota Kazakhstan tidak fokus pada hal lain kecuali penolakan atas eksistensi AS di Suriah yang dijadikan tumpuan oleh Rusia untuk menyambungkan relasi yang telah hilang Turki-Suriah. Selain itu, konferensi Astana juga menegaskan dukungan atas proyek ‘menemukan jalan cepat’ demi membangun infrastruktur untuk memulangkan imigran sebagai salah satu manuver strategis Rusia-Suriah dalam upaya mengambil kartu kemanusiaan di atas meja perundingan politik.

Konferensi ini diramaikan oleh Wakil-Wakil dari Iran, Federasi Rusia dan Turki sebagai penjamin struktur Astana di 22-23 November di Kazakhstan.

Al-Akhbar, salah satu surat kabar asal Lebanon tentang hal ini melaporkan, “Dalam deklarasi ini, mereka mengecam pendudukan Israel, sanksi sepihak AS dan negara-negara Eropa atas Suriah, begitu pula kaum separasi Suriah dukungan AS. (Akan tetapi) mereka tidak membahas serangan yang menyengit Turki di Suriah.”

Selain diramaikan oleh para delegasi dari negara Turki, Iran, Suriah dan Rusia, konferensi ini juga dihadiri oleh perwakilan dari PBB pimpinan Geir Pedersen, delegasi dari oposisi Suriah pimpinan Ahmad Tu’mah beserta beberapa delegasi pengawas dari negeri Lebanon, Irak dan Yordania.

Beda dengan isi deklarasi akhir yang tidak mengupas intervensi militer Turki, Ketua tim delegasi Suriah Ayman Susan mengecam eksistensi Ankara di Damaskus.

Di akhir konferensi, di depan jurnalis dirinya menegaskan, “Kebijakan yang diambil oleh pendudukan AS dan Turki dan yang paling utamanya dukungan ke kelompok sisa-sisa teroris dan pemutusan air warga al-Hasakah merupakan kebijakan yang melanggar hak kemanusiaan dan hukum internasional. Jadi kami meminta sosial dunia untuk mengecam kebijakan-kebijakan ini.”

Pernyataan ini, menurut pengamat al-Akhbar, membuktikan langgengnya perselisihan Suriah versus Turki dan goncangnya upaya Rusia untuk menormalisasi relasi Damaskus-Ankara meskipun konferensi berjalan lama di periode lalu. Beda dengan pernyataan Suriah, Turki terus menegaskan maksudnya untuk mendekati Damaskus, bahkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kembali menjelaskan di akhir pertemuan Parlemen tentang kemungkinan pertemuannya dengan Presiden Suriah Bashar Assad.

“Ada perubahan situasi politik di tengah fleksibilatas AS, yang sedikit banyak menunjukkan pengabulan Pentagon terhadap operasi militer Turki di Suriah ini, khususnya di daerah yang ingin dimasuki Erdogan, yang notabene wilayah hegemoni Rusia. Ini bermaknakan bahwa Washington ingin menghancurkan upaya Rusia untuk mempertemukan Turki-Suriah,” tulis al-Akhbar.

Terkait hal ini, salah seorang sumber dari Kurdi kepada al-Akhbar menjelaskan, “Ada perubahan pernyataan dari para politikus Washington, yang mana mereka sebelumnya menjamin pencegatan segala bentuk gerak militer darat (Turki). Mereka menjelaskan bahwa petinggi pasukan Demokratik Suriah mendapatkan peringatan dari AS tentang upaya Turki untuk mengirim pasukan daratnya ke arah Ain al-Arab kemudian Manbij yang diikuti serangan udara.”

“Sepertinya Rusia melangkah semakin berhati-hati. Dengan pernyataan memahami keamanan Turki (dari satu sisi) dan penolakannya atas operasi militer (dari sisi lain), sepertinya Rusia menyerahkan bola ke lapangan Kurdi, yang akhirnya harus mengaplikasikan isi resolusi lalu menyerahkan kontrol daerah Ain al-Arab dan Manbij ke militer Suriah, yang telah mengirim pasukan besar dan perlengkapan militer ke arah Ain Isa,” tambahnya.

Dari segi lainnya, surat kabar Lebanon ini mengutip pernyataan sumber oposisi Damaskus dan melaporkan, “Kelompok bersenjata menerima perintah dari Turki untuk bersiap operasi militer bersamaan dengan datangnya pasukan bersenjata Ankara di kota perbatasan Azaz.”

Perintah ini juga dikirim ke Haiyat Tahrir al-Syam (Jabhat al-Nushra) pimpinan mantan sosok al-Qaeda, Abu Mohammad al-Julani untuk menyiapkan pasukannya bergabung dalam operasi darat. Khususnya setelah Abu Mohammad al-Julani berhasil memantapkan langkahnya di sekitaran Aleppo dan Turki berhasil mendiktekan beberapa hal yang bisa menghentikan pertikaian dalam kelompok teroris dukungan Ankara, termasuk Tahrir al-Syam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *