Bukan Lagi Pertarungan Reformis-Konservatif, Tapi Revolusioner Vs Barat

Bukan Lagi Pertarungan Reformis-Konservatif, Tapi Revolusioner Vs Barat

Tehran, Purna Warta Al-Mayadeen menyorot pertarungan Pemilu Iran. Mengundang para analis untuk mengupas sisi-sisi pemilihan umum 1400 kalender Persia. Dalam salah satu analisa, disebutkan bahwa pertarungan tak lagi antara Reformis dan Konservatif, namun sekarang antara kubu Revolusioner dan pengikut Barat.

Pakar strategi Iran, Ali Akbar Raefipour, menjawab persoalan tentang kompetisi kondang antara Reformis dan Konservatif.

“Rakyat telah mengarungi periode ini. Kompetisi Pemilu kali ini terjadi antara kubu Revolusioner dan Barat,” hematnya.

Baca Juga : Tiga Kandidat Ini Mundur dari Pemilu Presiden Iran

Untuk mendukung hal ini, Raefipour menarik satu permisalan pihak Ali Larijani. Dalam pandangan Raefipour, Ali Larijani memiliki akar Konservatif, namun sejalan dengan pemerintahan Rouhani yang kebarat-baratan, sehingga menjadikannya kompetitor untuk kubu Konservatif.

Pembawa acara al-Mayadeen menyebut titik penting dalam klaim dan analisa Raefipour yang menyebut, bukan Konservatif dan bukan Reformis. Lalu apa maksud kubu Revolusioner?

“Semenjak kami revolusi, ada asas serta prinsip dalam politik luar negeri atau yang biasa kita sebut dalam ranah mengenal musuh (Recognize the Enemy) tentang Israel karena kezaliman, menentang sistem apartheid Afrika Selatan hingga kami putus hubungan. Padahal kedua negara tidak memerangi Syiah, tapi kami memiliki relasi dengan Amerika dan Eropa. Seperti contoh lagi, kami berperang dengan Irak selama 8 tahun, dan dengan digulingkannya Saddam, Irak-Iran memiliki hubungan baik. Karena kami memiliki asas tentang permusuhan,” jelasnya.

“Martir Soleimani adalah simbol manajemen revolusi. Kami menghadapi masalah setiap bertemu dengan manajemen Liberal… Di periode 4 tahun pertama Ahmadinejad, kami telah meraih keberhasilan dari segi dalam dan internasional, khususnya dalam medan resistensi (Muqawamah)… Oleh karena itulah, di mata masyarakat permasalahan sudah jelas. Ketika di satu tempat ada manajemen generasi revolusioner, seperti produksi rudal, pasti ada kemajuan. Dan ketika Liberal yang mengatur, kami menghadapi masalah… Dengan demikian, rakyat mengambil kesimpulan bahwa jika kami menginginkan perkembangan, kami harus mengarah ke manajemen Revolusioner,” tegas Raefipour menganalisa.

Baca Juga : Kekhawatiran Surat Kabar The Guardian Inggris akan Kemenangan Ibrahim Raeisi dalam Pemilihan Umum di Iran

Dalam upaya melengkapi penjelasan Raefipour mengenai kubu Revolusioner ini, para tamu khusus di acara Pemilu Iran al-Mayadeen di studio Tehran mengatakan bahwa tenaga Revolusioner memiliki asas dan prinsip yang diantaranya adalah efektifitas, akseptabilitas, berwilayah dan berkeadilan… Kami melihat sekarang bahwa hastag di media sosial “Sosial Lapangan” diambil dari akar “Pemuda Lapangan” yang menunjuk pada Martir Jenderal Qasem Soleimani. Hastag ini sudah trending dan harus kami jelaskan bahwa bangsa Iran tidak harus Konservatif, juga tidak harus Reformis. Masyarakat Iran adalah masyarakat beragama dan mencintai negaranya, meskipun dalam hal ini muncul beberapa pihak… Dalam pandangan Imam Khomeini, merekalah rakyat… Rakyat tidak bisa terbagikan dalam pembagian politik. Mereka menyukai Ebrahim Raeisi yang memerangi kejahatan finansial dan ini adalah titik kembali ke prinsip revolusi.

Mengenai suara rakyat yang lebih condong ke Raeisi, Ali Akbar Raefipour menjelaskan, “Raeisi terkenal karena gebrakannya memerangi kejahatan finansial di Mahkamah Agung… Dalam diskusi Pemilu, dibahas masalah transparansi dan Raeisi dalam acara diskusi tersebut menyatakan bahwa kami tidak akan lagi memiliki banyak hak-hak, yang diistilahkan oleh kita dengan hak-hak bintang.”

Pembawa acara bertanya mengenai banyaknya dukungan, seperti dukungan Hauzah Ilmiyah Qom dan lainnya, Ali Akbar Raefipour menjelaskan, “Bukan hanya dunia keilmuwan Syiah, Hauzah Ilmiyah Ahlu Sunnah juga mendukung Raeisi. Begitu buruknya kubu Barat bekerja sampai-sampai Ahlu Sunnah yakin untuk mendukung Raeisi. Efektifitas Raeisi di Mahkamah Agung mampu meyakinkan warga untuk mendukungnya.”

Baca Juga : Ringkasan Debat Capres Iran Putaran Ke-3

Mengenai indikasi apakah kubu Reformis akan mengoperasikan strategi sama dengan tahun lalu dalam kemenangan Rouhani ataukah tidak? Pakar strategi Iran tersebut menegaskan, “Rouhani memiliki suara 3% dan dukungan Hashemi Rafsanjani mampu menggerakkan jaringan Reformis, Selebriti, jaringan Barat dan sosial Liberal. Masyarakat biasa juga menjadi audien dan mengikat permasalahan ekonomi rakyat dengan perundingan dengan Barat hingga dalam beberapa hari, suara mencapai 50%.”

“Satu-satunya jalan Reformis adalah menyingkirkan Mohsen Mehralizadeh dan menetapkan Abdolnaser Hemmati. Meskipun kubu ini mengoperasikan taktik sebelumnya, akan tetapi kubu Selebriti dan Ahlu Sunnah tidak lagi mendukung, karena mereka tidak ingin menyerahkan martabatnya ke tangan Liberal,” tambahnya.

“Masalah Corona adalah salah satu persoalan yang sangat berefek. Masalah kedua adalah sebagian dari masyarakat Iran memutuskan Pemilu di 90 menit akhir (oleh karena itu tidak bisa hanya melihat berdasarkan survei)… Banyak prediksi yang menyatakan bahwa kuantitas pengikutserta Pemilu hampir mencapai 50%. Meskipun persen ini baik di mata dunia, namun di mata rakyat Iran ini adalah jumlah kecil karena mereka demokratis dan mereka ingin pemilihan yang ramai. Tapi situasi ini juga pernah terjadi di periode kedua Hashemi, yang hanya diikuti 50% penduduk, itupun karena inflasi 50%. Tapi harus diingat bahwa pemerintahan Rouhani adalah kontinuitas pemerintahan Hashemi,” jelasnya menjawab pertanyaan tentang indikasi penurunan kuantitas peserta Pemilu.

Baca Juga : Ringkasan Debat Capres Iran Putaran Ke-2

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *