Yerusalem, Purna Warta – Sumber politik di Tel Aviv mengungkap pesan rahasia Otoritas Palestina ke rezim Zionis dan pengkhianatan baru Mahmoud Abbas ke hak-hak keluarga shahid dan tahanan Palestina.
Nahum Barnea, analis politik surat kabar Yedioth Ahronoth, mengutip pernyataan petinggi Israel dan AS lalu mengungkapkan bahwa akhir-akhir ini Otoritas Palestina di Ramallah mengirim pesan rahasia kepada rezim Zionis. Di sana tertulis, “Kami siap merundingkan perubahan politik Otoritas Palestina tentang pembayaran bantuan keuangan ke keluarga shahid dan tahanan Palestina.”
Baca Juga : Dihujani Sanksi, Bagaimana Rusia Mampu Selamatkan Rubel?
“Mahmous Abbas (Abu Mazen) kepala Otoritas Palestina bahkan telah memilih petinggi-petinggi yang akan dikirim. Sementara Amerika mengetahui pesan Ramallah ini dan menentukan satu wakil untuk perundingan,” jelasnya.
Berdasarkan bocoran warta yang didapat dari intel, Barnea meyakinkan bahwa pemerintahan pimpinan Naftali Bennett hingga detik ini belum menyempatkan untuk membalas pesan Otoritas Palestina ini.
Analis Zionis tersebut menjelaskan tuduhan paling pedas pihak Israel kepada Otoritas Palestina tentang penyebutan teroris dan menambahkan, “Otoritas Palestina membantu keluarga-keluarga Palestina yang telah meninggal ataupun ditahan dengan dermawan. Namun Israel masih menegaskan bahwa langkah Otoritas Palestina ini merupakan bentuk dukungan kepada teroris dan secara praktis telah mengungkap wajah asli Otoritas Palestina.”
Sebagai analis ternama di media-media warta Israel, Barnea dalam tulisan laporannya menjelaskan, “Semua pihak tahu bahwa Abbas, Ketua Otoritas Palestina, terjerumus dalam lubung masalah antara kerja sama dengan Israel dan perang versus teroris serta tekanan-tekanan dalam negeri, sementara diplomat Amerika berupaya meresmikan Otoritas Palestina di partai Demokrat, Kongres AS dan di mata Israel. Mereka menyadari bahwa akan ada poin lebih yang sangat sulit diterima oleh masyarakat Zionis.”
Baca Juga : Nol… Saudi Tidak Dapat Apa-apa dari Perang 8 Tahun Yaman
Ketika PM Israel menjelaskan alasan penolakannya menemui Mahmoud Abbas, menurut analisa Nahum Barnea, masalah pembayaran hak-hak keluarga shahid dan tahanan oleh Otoritas Palestina telah dipaparkan.
Beberapa hari lalu, surat kabar Israel Hayom melaporkan perkembangan situasi terbaru pembukaan Gedung Konsulat AS di al-Quds serta perselisihan antara Washington dan Ramallah lalu menuliskan, “Pemerintah Joe Biden, Presiden AS, mengaitkan pembukaan Gedung Konsulat ini dengan realisasi reformasi-reformasi dalam sistem poilitik Palestina dan pemutusan pembayaran hak-hak keluarga shahid dan tahanan Palestina.
Beberapa tahun ini, Parlemen Israel, Knesset menekankan pengesahan hukum yang akan memotong tangan bantuan Otoritas Palestina ke para keluarga shahid, tahanan dan korban luka-luka Palestina.
Sementara sekarang ini, di saat Palestina tertekan ekonomi, Otoritas Palestina bersiap menghadiahkan poin kepada Israel. Di mana PM Israel masih tetap pada pandangannya tentang pembentukan negara Palestina dan menyatakan, “Selama saya menjabat perdana menteri, resolusi Oslo tidak akan pernah berjalan.”
Baca Juga : Perseteruan Parlemen dan Presiden Makin Mendalam, Apa Yang Tunisia Lakukan?
Januari tahun lalu, dalam wawancara dengan Israel Hayom, PM Bennett menjelaskan, “Saya dari sayap kanan dan pendirianku belum berubah. Saya masih tetap menolak pembentukan negara Palestina dan saya akan terus membela negara dan tidak akan memberikan kesempatan perundingan politik dalam hal ini. Saya tidak akan pernah menemui petinggi-petinggi Otoritas Palestina.”
Resolusi Oslo yang disindir Naftali Bennett, ditandatangani pada tahun 1993 antara Israel dan Palestina. Di sana tertulis pengesahan hak Palestina dalam pembentukan pemerintahan merdeka dari pihak rezim Zionis. “Selama saya perdana menteri, tidak ada perjanjian Oslo”, tekan PM Naftali Bennett.