Purna Warta – Seorang Analis berdarah Amerika dalam jurnalnya yang diterbitkan Bloomberg menegaskan bahwa jika strategi koordinasi antara Rusia, China dan Iran terealisasikan, hal ini bisa menurunkan hegemoni AS di dunia secara signifikan.
“Amerika Serikat tidak akan mampu mengontrol krisis Ukraina di tengah pertarungannya dengan China dan Taiwan, ataupun dengan Iran,” hemat Analis Bloomberg dikutip al-Mustaqila.
Saat ini, menurut sorot Analis berdarah AS ini, kekuatan Washington sudah sangat menurun untuk menghadapi krisis militer di banyak medan sejak periode perang dingin.
“Di awal tahun 2010, Amerika Serikat mengupayakan strategi ‘satu perang’ sebagai ganti dari standar dua perang di dekade 90-an dan dekade pertama abad 21,” jelasnya.
Perang antara AS versus lawan-lawannya, menurut Analis Bloomberg, tidak bisa terelakkan di medan manapun. Di setiap satu dari medan-medan itu, hanya ada satu kemungkinan berbeda.
“Pertarungan keras AS versus China dan Rusia telah mendesak Washington yang lebih cerdas dalam menghadapi Iran. Sedangkan pemerintah Joe Biden di saat yang sama juga harus fokus berhati-hati mengamati pergerakan China di tengah perang dengan Rusia,” jelasnya.
Berita mengenai koordinasi Iran, China dan Rusia ini tersebar di saat Washington sedang dirudung masalah dengan sekutu abadinya, Istana Riyadh. Dan salah satu alasannya adalah kedekatan Saudi ke Rusia.
Pekan kemarin, OPEC+ mendeklarasikan keputusannya untuk mengurangi kapasitas produksi emas hitam. Karena keputusan ini, Presiden AS Joe Biden dalam wawancaranya dengan CNN menegaskan bahwa keputusan ini akan memiliki dampak atas hubungan AS-Saudi.
Kemenlu Saudi dalam menanggapi pernyataan Washington ini menolak setiap pernyataan tentang keberpihakan Saudi dalam konflik internasional pasca pengambilan keputusan OPEC+ terkait pengurangan produksi.
“Hal ini tidak memiliki dasar fakta,” tegasnya.