Riyadh, Purna Warta – 16 Juli Reuters melaporkan bahwa pernyataan Presiden Joe Biden kepada para pemimpin Arab dalam KTT pada hari Sabtu mengenai peran aktif Amerika Serikat untuk tetap tetap menjadi mitra aktif di Timur Tengah dalam mengamankan komitmen pada poros keamanan regional yang akan mencakup Israel atau negara lain, begitu juga Kerjasama untuk mengatasi kenaikan produksi minyak telah gagal.
“Amerika Serikat berinvestasi dalam membangun masa depan yang positif di kawasan ini, dalam kemitraan dengan anda semua—dan Amerika Serikat tidak akan pergi ke mana-mana,” katanya, menurut transkrip pidatonya.
Baca Juga : Saudi: Tidak Ada yang Namanya NATO Arab
Biden, yang memulai perjalanan pertamanya ke Timur Tengah sebagai presiden terpilih AS dengan kunjungan ke Israel, mempresentasikan visi dan strateginya untuk keterlibatan Amerika di Timur Tengah pada pertemuan puncak KTT Arab di Jeddah.
Namun, komunike KTT tidak jelas, dan Arab Saudi, sekutu Arab terpenting Washington bersikap dingin kepada administrasi Biden dengan harapan KTT itu dapat membantu meletakkan dasar bagi aliansi keamanan regional – termasuk Israel – untuk memerangi ancaman Iran.
Selama pertemuan dengan Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman, Biden mengangkat masalah hak asasi manusia yang sangat sensitif, dan menarik kontrakritik dari putra mahkota, yang juga dikenal sebagai MBS.
“Kami percaya ada nilai besar dalam memasukkan sebanyak mungkin kemampuan di kawasan ini, dan tentu saja Israel memiliki kemampuan pertahanan udara dan rudal yang signifikan, sebagaimana yang mereka butuhkan. Tetapi kami melakukan diskusi ini secara bilateral dengan negara-negara ini,” seorang pejabat senior pemerintahan AS itu kepada wartawan.
Baca Juga : PBB Peringatkan Pendudukan Israel dan Budaya Impunitas Sangat Merusak Hak-Hak Palestina
Sebuah rencana untuk menghubungkan sistem pertahanan udara bisa menjadi penjualan yang sulit bagi negara-negara Arab yang tidak memiliki hubungan dengan Israel dan menolak menjadi bagian dari aliansi yang dianggap melawan Iran, yang memiliki jaringan proksi regional yang kuat termasuk Irak, Lebanon dan Yaman.
Menteri luar negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, mengatakan dia tidak mengetahui adanya diskusi tentang aliansi pertahanan Teluk-Israel dan bahwa kerajaan tidak terlibat dalam pembicaraan semacam itu.
Dia mengatakan kepada wartawan setelah KTT AS-Arab, bahwa keputusan Riyadh untuk membuka wilayah udaranya untuk semua maskapai penerbangan tidak ada hubungannya dengan membangun hubungan diplomatik dengan Israel, dan bukan merupakan pendahulu untuk langkah lebih lanjut kea rah sana.
Biden telah fokus pada KTT dengan enam negara Teluk dan Mesir, Yordania dan Irak, sambil meremehkan pertemuannya dengan MBS yang menuai kritik di Amerika Serikat atas masalah hak asasi manusia yang dilakukan pangeran tersebut.
Baca Juga : Turki Serang Markas Gabungan Tentara Suriah dan Milisi Kurdi
Biden mengatakan dia akan menjadikan kekuatan regional Arab Saudi sebagai “paria” di panggung global atas pembunuhan keji tahun 2018 tehadap jurnalis terkenal Jamal Khashoggi oleh agen Saudi, tetapi akhirnya AS memutuskan kepentingan yang didahulukan dan melakukan kalibrasi ulang, khususnya dalam hubungan dengan minyak utama dunia.
Putra mahkota mengatakan kepada Biden bahwa Arab Saudi telah bertindak untuk mencegah terulangnya kesalahan seperti pembunuhan Khashoggi, dan juga bahwa Amerika Serikat telah membuat kesalahan besar, termasuk peristiwa yang terjadi di Irak, kata seorang menteri Saudi Arabia.
“Presiden mengangkat masalah ini … Dan putra mahkota menjawab bahwa ini adalah episode yang menyakitkan bagi Arab Saudi dan hal itu adalah kesalahan yang mengerikan,” kata Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir.
Terdakwa dibawa ke pengadilan dan dihukum dengan hukuman penjara, katanya.
Badan-badan intelijen AS percaya putra mahkota memerintahkan pembunuhan Khashoggi, yang dibantahnya.
Baca Juga : Pernyataan Bersama Iran-Rusia dan Turki di Tehran
Jubeir, berbicara kepada Reuters tentang percakapan hari Jumat, dan mengatakan bahwa MBS telah membuat kasus besar dan mencoba memaksakan nilai kepada negara lain dengan paksa yang akan menjadi bumerang.
“Hal itu tidak berhasil ketika AS mencoba memaksakan nilai-nilai terhadap Afghanistan dan Irak. Faktanya, itu menjadi bumerang,” Jubeir mengutip putra mahkota itu kepada Biden. “Negara memiliki nilai yang berbeda dan nilai-nilai itu harus dihormati,”tambahnya.
Pembahasan itu menyoroti ketegangan yang membebani hubungan antara Washington dan Riyadh, sekutu terdekat Arabnya, atas masalah-masalah termasuk Khashoggi, harga minyak, dan perang Yaman.
Biden membutuhkan bantuan raksasa OPEC Arab Saudi pada saat harga minyak mentah tinggi dan masalah lain yang terkait dengan konflik Rusia-Ukraina. Washington juga ingin mengekang pengaruh Iran di kawasan dan pengaruh global Cina.
Biden datang ke Arab Saudi berharap akan mencapai kesepakatan tentang produksi minyak untuk membantu menurunkan harga bensin yang telah mendorong inflasi di atas level tertinggi dari 40 tahun terakhir dan untuk menekan terjadinya inflasi yang berkelanjutan.
Dia meninggalkan wilayah itu dengan tangan kosong tetapi berharap kelompok OPEC+, yang terdiri dari Arab Saudi, Rusia, dan produsen lainnya, akan meningkatkan produksi pada pertemuan pada 3 Agustus kemudian.
“Saya menantikan untuk melihat apa yang akan terjadi dalam beberapa bulan mendatang,” kata Biden.
Baca Juga : MoU NIOC Iran dan Gazprom Rusia mencapai $40 miliar
Ketahanan Pangan
Seorang pejabat senior administrasi kedua mengatakan Biden akan mengumumkan bahwa Washington telah berkomitmen $ 1 miliar dalam bantuan keamanan pangan jangka pendek dan jangka panjang baru untuk Timur Tengah dan Afrika Utara. Negara-negara Teluk akan memberikan komitmen $3 miliar selama dua tahun ke depan dalam proyek-proyek yang sejalan dengan kemitraan AS dalam infrastruktur dan investasi global.
Negara-negara Teluk, yang telah menolak untuk berpihak pada Barat melawan Rusia atas Ukraina, sedang mencari komitmen nyata dari Amerika Serikat untuk hubungan strategis yang telah tegang karena anggapan AS telah melepaskan diri dari wilayah tersebut.
Riyadh dan Abu Dhabi telah frustrasi dengan kondisi AS pada penjualan senjata dan pengecualian mereka dari pembicaraan tidak langsung AS-Iran tentang menghidupkan kembali pakta nuklir 2015 yang mereka lihat cacat, karena tidak mengatasi kekhawatiran tentang program dan perilaku rudal Iran.
Israel telah mendorong perjalanan Biden ke Arab Saudi, dan berharap itu akan mengarah pada hubungan yang lebih hangat antara itu dan Riyadh sebagai bagian dari pemulihan hubungan Arab yang lebih luas.
Baca Juga : Reaksi Rusia terhadap Keputusan Turki Terapkan Operasi Baru di Suriah