Purna Warta – Dalam analisanya terhadap perkembangan dalam negeri Iran, al-Mayadeen melaporkan, apakah Saudi berani mengadakan pemilu?
Al-Mayadeen, media warta asal Lebanon dalam acara televisinya mengupas kerusuhan di Iran yang disebutnya sebagai propaganda AS versus Iran. Namun demikian, al-Mayadeen menegaskan bahwa negeri Para Mullah telah siap menghadapi fitnah negeri Paman Sam.
Media warta Beirut ini dalam acaranya melaporkan bahwa perang gabungan sedang dalam rencana dan yang terjadi di Tehran tahun ini berbeda dengan peristiwa di tahun 2009.
Baca Juga : Oposisi Diikat Dulu, Baru Bahrain Selenggarakan Pemilu
Propaganda AS Terus Berubah
Dalam acaranya ini, al-Mayadeen mengundang Ali Reza Abbasi, Wakil wilayah Karaj di Dewan Permusyawaratan Islam Iran. Melihat banyaknya kabar mengenai daerah Karaj, al-Mayadeen menanyakan tentang situasi daerah ini dan Ali Reza menjawab, “Sejak revolusi, kami telah terbiasa dengan propaganda AS meskipun terus berubah-rubah di setiap kesempatan. Basis Barat dan Timur sejak zaman revolusi selalu berusaha menggulingkan sistem pemerintahan Islam Iran, hingga kini AS mengupayakan apa saja dan hari ini kami menyaksikan perang perangkat lunak, yang mana bukan hanya versus Karaj, tetapi melawan semua sisi negara. Tetapi, kami juga sudah banyak makan garam.”
Propaganda Segitiga
Dalam menjawab pertanyaan presenter al-Mayadeen, yang menanyakan tentang hiperbola media berita Barat dalam melaporkan demo rusuh di Iran, Abbasi menjawab, “Media melaporkan seakan warga turun ke jalanan selama 50 hari berturut-turut dan militer terus membunuhi mereka, padahal faktanya bukan begitu… Yang kami lihat di Karaj maupun di wilayah lainnya bukanlah hal baru pastinya. Media jaringan Barat sedang menipu dan mempengaruhi opini umum tentang kerusuhan Iran. Propaganda ini merupakan propaganda segitiga Arab, Ibrani dan Barat yang dipimpin oleh Washington dan London, yang didukung oleh uang beberapa negara Teluk Persia. Kenapa? Karena Iran terus berkembang sebagai negara teladan untuk semua negara dan bangsa. Karena itu, mereka berupaya menghalangi kemajuan dengan menciptakan kerusuhan.”
Al-Mayadeen melaporkan, “Hingga saat ini banyak peselancar dunia maya di Iran yang mengecam Saudi dan mereka mengatakan bahwa lebih dari 100 warga di Saudi yang menghadapi hukum potong kepala dengan pedang dan tidak ada suara sama sekali terkait hal ini. Dosa mereka juga adalah karena mendukung bangsa Bahrain. Sangat menggelikan sekarang Saudi menjadi pendukung hak asasi perempuan.”
Baca Juga : Analisis Al-Mayadeen atas Pernyataan Imam Khamenei
Banyak Masalah yang Bisa Diatasi Dengan Kehidupan Baik
Presenter al-Mayadeen membahas tentang perang gabungan dari beberapa sisi dan Abbasi menjelaskan reaksi kekuatan Iran dalam menghadapi propaganda ini dengan menyatakan, “Dalam sistem pemerintahan Islam Iran, kami telah membagi-bagi tugas. Dewan Pengadilan, Dewan Eksekutif dan Legislatif memiliki tugas masing-masing. Instansi-instansi keamanan dan intelijensi juga telah melaksanakan tugasnya dengan detail. Kebijakan sistem pemerintahan dalam hal ini adalah selalu menegaskan pemahaman dan situasi positif.”
“Usulan kami terkait dengan ekonomi dan urusan kehidupan. Rakyat telah menanggung tekanan besar dan upaya kami adalah mengurangi supresi ini dengan cara mendukung produksi dan meningkatkan lapangan kerja. Jika tingkat kepuasan rakyat meningkat di ranah penghidupan, maka banyak masalah yang akan terkurangi dengan kesejahteraan. Sekarang sebagian negara mengincar keamanan satu bangsa dengan memukul aliran ekonomi dan kehidupan. Para demonstran ini adalah anak bangsa Iran, namun yang membawa senjata, itu masalah lain. Warga Karaj puas petinggi pemerintah memanajemen kerusuhan dan menahan beberapa orang,” jelasnya.
Insiden Kemarin dengan Tahun 2009 Berbeda
Mungkin, kata presenter al-Mayadeen, banyak warga Iran yang tidak mengetahui program kerusuhan yang sebegitu dirancangnya, namun mereka menyadari permusuhan Inggris, AS dan Israel.
Abbasi menyatakan, “Yang terjadi dua bulan lalu berbeda dengan yang kemarin. Yang terjadi ditahun 2009 juga berbeda dengan yang terjadi tahun ini. Tahun itu, sebagian warga bingung dan situasi semakin jelas sedikit demi sedikit. Kala itu, Imam Ali Khomenei menyebut itu sebagai fitnah, karena situasi sangatlah buram, namun tahun ini, situasi sangatlah jelas sedari awal. Melalui kematian seorang perempuan, media berombak dan menunggangi kematian ini untuk memanipulasi opini umum. Target mereka bukanlah untuk mengucapkan bela sungkawa sesama perempuan atau etnis Iran ataupun kerudung. Tujuan mereka adalah menghapus sistem pemerintahan Islam Iran. Sebagian tertipu karena perang media, namun sebagian besar warga sadar dengan jutaan membanjiri jalanan yang menunjukkan bahwa mereka tahu dengan program musuh. Para pejabat tidak harus bersalaman dengan para penjahat karena mereka telah menargetkan keamanan dalam negeri.”
Baca Juga : AS ke Lebanon: Haram Terima Bantuan Bahan Bakar dari Iran
Jika Saudi Berani, Adakan Pemilu
Tentang dukungan Saudi atas kerusuhan Iran atas nama membela hak asasi perempuan via media Iran Internasional, Abbasi menjelaskan, “Kepada petinggi Saudi saya katakan bahwa kalian tidak berhak berbicara mengenai hak asasi perempuan. Sangat menggelikan Saudi berbicara mengenai hak asasi perempuan. Kalian lihatlah bahwa kami telah membangun sistem pemerintahan Islam dan menyelenggarakan lebih dari 43 Pemilu. Apakah Saudi sudah mengadakan pemilihan umum ataupun referendum sekali saja? Apakah Saudi berani mengadakan Pemilu? Apakah perempuan Saudi sudah mendapatkan hak paling rendahnya? Kami melihat bahwa Barat menganggap kami telah melanggar hak asasi perempuan, namun di saat yang sama, Arab Saudi dianggap sebagai sekutunya. Ini merupakan dua standar yang sangat gamblang.”