Purna Warta – Imam Khomeini aslinya adalah seorang ulama Islam, namun melalui Republik Islam Iran yang didirikannya, ia bukan hanya membangun rasa cinta rakyat Iran pada Islam namun juga menumbuhkan semangat nasionalisme pada bangsanya. Republik Islam Iran berdiri lebih muda 34 tahun dari Republik Indonesia, namun laju percepatannya baik dari segi pembangunan infrastruktur maupun ketangguhan ekonomi dan tekhnologinya bisa dikatakan menyaingi Indonesia, belum lagi Iran sempat mengalami krisis dahsyat akibat perang 8 tahun menghadapi arogansi Irak dibawah Saddam Husain.
Di bidang politik, di 43 tahun usianya Iran telah mengalami kematangan yang mencengangkan. Iran diakui kawan maupun lawan, memiliki pengaruh besar di Timur Tengah. Iran bahkan duduk sejajar dengan negara-negara besar Eropa maupun dengan Amerika Serikat dalam penentuan kebijakan-kebijakan internasional. Melalui langkah-langkah diplomasi yang elegan, Iran melenggang di panggung internasional sebagai salah satu kekuatan dunia yang diperhitungkan.
Kesemua keberhasilan itu, bermula dari kepiawaian Imam Khomeini beserta murid-muridnya meramu Islam sebagai kekuatan pendobrak yang menghancurkan arogansi asing yang mendiktekan kemauannya pada bangsa Iran. Dan menjadi jauh lebih dasyhat setelah dicampurkan dengan semangat nasionalisme yang tinggi. Iran sejak ribuan tahun silam telah dikenal sebagai bangsa yang besar. Diantara bangsa yang memiliki peradaban yang mempengaruhi banyak bangsa-bangsa. Meski telah berubah menjadi negara bersistem Republik Islam dan meninggalkan sistem kekaisaran, nasionalisme bangsa Iran malah semakin menjadi-jadi. Tampak ada kecenderungan yang berbeda dengan yang diyakini sebagian aktivis Islam di Indonesia. Mereka mengkampanyekan Islam dan nasionalisme berada pada kutub yang berbeda sehingga sulit untuk disatukan.
Iran membuktikan diri, semangat nasionalisme senafas dengan pesan dan prinsip Islam. Kita bisa banyak belajar dari Imam Khomeini bagaimana menanamkan semangat nasionalisme pada bangsa Iran, khususnya metode menumbuhkan semangat patriotisme yang sedikit banyak belakangan ini tampak mulai memudar dikalangan generasi muda bangsa.
Kepatuhan pada Pemimpin
Hal yang menakjubkan dari Iran dan diakui oleh dunia internasional, adalah kepatuhan rakyat pada pemimpinnya. Sejak berdirinya sampai saat ini, musuh-musuh Republik Islam Iran baik dari dalam maupun dari luar telah menjalankan banyak agenda dan melakukan berbagai bentuk propaganda untuk menimbulkan kebencian dan kejenuhan rakyat Iran pada pemimpinnya. Namun kesemua langkah yang telah ditempuh tidak ada yang berhasil. Rakyat Iran bukan hanya patuh, namun benar-benar mencintai bahkan mengidolakan pemimpinnya. Gambar dan foto Ayatullah Ali Khamanei sebagai pemimpin tertinggi di Iran saat ini bukan hanya terpasang di kantor-kantor, sekolah dan instansi-instansi pemerintahan namun juga di rumah-rumah warga. Bahkan dengan sangat mudah didapati poster besar Imam Khomeini yang disandingkan dengan Ayatullah Ali Khamanei di dinding-dinding kota, di tembok-tembok, di halte-halte bis dan diruang publik lainnya. Sebaliknya di Indonesia, telah berlalu sejumlah presiden, dan kesemuanya tidak luput dari hujatan publik.
Semangat Bela Negara yang Tinggi
Nasionalisme dan semangat bela negara telah dibuktikan rakyat Iran saat perang Irak-Iran yang berlangsung selama 8 tahun. Dengan kekuatan senjata seadanya, rakyat Iran berhasil mempertahankan wilayahnya dari ekspansi rezim Saddam Husein. Tidak sedikit warga sipil yang turut membela negara gugur di medan perang. Iran menerapkan wajib militer bagi warganya selama 2 tahun. Saat pendidikan militer, peserta didik tidak hanya diajari tangkas dan militan, tetapi juga diberi wawasan kebangsaan secara komprehensif. Hal itu memberi pengaruh besar pada mindset setiap generasinya. Bendera nasional Iran tidak hanya berkibar dan mudah ditemui pada momen-momen tertentu saja, di Iran bendera nasionalnya hampir disetiap titik keramaian selalu ditemui berkibar.
Mencintai dan Menghargai Jasa Pahlawan
Para pahlawan di Iran (khususnya yang gugur dalam perang Irak-Iran) memiliki tempat yang sangat istimewa, bagi yang masih hidup mendapat banyak peristimewaan dan kekhususan yang didapatkan. Bagi yang telah meninggal dunia, apalagi yang gugur di medan tempur, maka keluarganya yang mendapatkan keistimewaan itu. Anak-anak dari pahlawan yang gugur, dijamin pendidikannya oleh pemerintah dengan mendapat beasiswa sepenuhnya sampai jenjang pendidikan di perguruan tinggi. Mereka juga akan mudah mendapatkan akses pekerjaan dipemerintahan. Keluarga yang ditinggalkan, akan mendapat jaminan pemerintah untuk tetap mendapatkan kehidupan yang layak. Gambar-gambar pahlawan Iran sangat mudah ditemui terpajang di titik-titik keramaian. Karenanya, tidak mengherankan, setiap anak-anak di Iran di tanya mengenai cita-citanya, mereka akan menjawab, bercita-cita menjadi pahlawan. Penghargaan tinggi pada pejuang yang gugur dalam membela negara dimulai oleh Imam Khomeini dengan menggelari mereka syuhada. Membentuk lembaga khusus untuk mengurusi kebutuhan keluarga syuhada dan bagi pahlawan-pahlawan yang tidak diketahui namanya ia memerintahkan untuk menulis di pusara pahlawan tidak dikenal itu, di sini terkubur putra Imam Khomeini.
Kemandirian Ekonomi
Hal lain yang bisa dicontoh adalah cinta pada produk dalam negeri. Kesepakatan sejumlah negara besar menetapkan embargo ekonomi pada Iran sedikit banyaknya membawa keberuntungan. Iran dipaksa membuat produk dalam negeri sendiri. Hanya dalam kurun waktu 3 dasawarsa, perekonomian Iran bangkit dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Saat ini bukan hanya mampu memproduksi kendaraan sendiri, Iran bahkan telah memiliki satelit yang pengoperasiannya dilakukan secara mandiri, tanpa bantuan negara lain. Kemandirian ini telah ditanamkan Imam Khomeini sejak awal berdirinya Republik islam Iran. Ia memanggil putra-putra Iran yang berkiprah di luar negeri untuk kembali ke Iran dan membangun Iran dengan kemampuan sendiri. Diantaranya yang terpanggil adalah Mostafa Chamran, fisikawan Iran yang sebelumnya memiliki karir akademis mentereng dan posisi bergengsi sebagai ilmuwan dan profesor di AS, University of California, Berkeley dan memilih kembali ke Iran. Dia diberi jabatan sebagai Menteri Pertahanan pertama Iran.
Cinta Tanah Air
Cinta tanah air bagi rakyat Iran, bukan hanya diwujudkan dengan kesiapan untuk membela dan memperjuangkan kedaulatan tanah air dari ronrongan negara lain, namun juga bagaimana membuat prestasi yang dapat mengharumkan nama bangsa di dunia internasional. Prestasi Iran didunia internasional telah mulai diukir mulai dari tingkat remaja, bukan hanya berprestasi ditingkat penemuan-penemuan ilmiah, namun juga di cabang olahraga. Laki-laki dan perempuan Iran haus akan prestasi. Mereka saling berlomba-lomba menjadi yang terbaik dan memberikan kebanggaan pada negaranya. Sejak awal Imam Khomeini telah mendorong generasi muda Iran untuk menunjukkan peran dan baktinya pada negara. Ia menggratiskan pendidikan dan mewajibkan generasi muda Iran untuk menyelesaikan pendidikan sampai tingkat atas. Ia menyebut, mengharumkan nama bangsa adalah bentuk jihad. Dengan prinsip tersebut, rakyat Iran tidak memiliki kegamangan memilih, antara membela negara atau membela agama, sebab dalam pandangan Imam Khomeini, berjuang membela negara sama halnya membela agama, selama negara memang hadir untuk menegakkan nilai-nilai Islam dan kemanusiaan.
Meski demikian, sebaik-baiknya Iran dengan semua hal positif yang dimilikinya, Indonesia tetaplah negara dan tempat yang terbaik bagi kita sebagai warga negara Indonesia. Semua hal baik yang ada pada negara lain, bisa kita pelajari dan amalkan untuk juga menjadikan negara kita diperhitungkan posisinya. Mari tetap mencintai dan bangga sebagai bangsa Indonesia.