Purna Warta – Seorang pakar politik Kawasan dalam wawancaranya mengupas perkembangan situasi terbaru negeri Para Mullah dan mengungkap terbongkarnya barang kiriman Saudi ke dalam Iran dan di lain pihak, AS mengirim pesan ke Tehran.
Acara khusus stasiun televisi al-Mayadeen mengadakan wawancara dengan seorang pakar untuk menelisik situasi terakhir Iran. Di sana dilaporkan bahwa barang kiriman Saudi untuk mendukung kerusuhan jatuh ke tangan intel Iran.
Amir Mousavi, Kepala Pusat Analisis Strategis dan Hubungan Internasional di Tehran, dalam acara ini menjelaskan dukungan semua kelompok teroris terhadap kerusuhan di Iran, “Dan mereka akan terus melakukannya.”
“Semua yang terjadi di Iran sebenarnya satu gerak balas dendam ISIS dan pendukung ISIS terhadap Iran karena perlawanan Tehran versus proyek-proyek Daesh di Kawasan,” tegasnya.
Baca Juga : Suriah akan Terus Perangi Terorisme
Perubahan Manuver Joe Biden Versus Iran
“Sekarang ada beberapa pesan berasal dari Amerika Serikat kepada Tehran yang sudah sampai. Mereka berusaha mengatakan bahwa pernyataan Presiden Joe Biden tidaklah mendetail, jadi mereka berupaya untuk memperbaikinya. Mereka mengatakan bahwa pernyataan itu tidaklah detail dan pernyataan ini bukanlah keputusan resmi Washington terhadap Tehran,” tambahnya.
Seperti diketahui bahwa baru-baru ini Presiden AS Joe Biden mengklaim di hadapan para hadirin di kota Oceanside, California bahwa Iran akan segera bebas.
“Kalian jangan khawatir, kami akan membebaskan Iran. Segera mungkin, mereka akan membebaskan diri,” tegasnya di depan pendukungnya.
“Ini membuktikan kekalahan strategis yang telah mereka perhitungkan. Mereka sedang mundur dari strateginya sendiri. Mereka sedang merealisasikan di Iran strategi yang telah diperhitungkan di Suriah dan proyek ini adalah menumpahkan darah warga Iran di dalam negeri. Pesan ini telah sampai,” yakin Amir Mousavi.
Salah satu hal pendorong akan kejadian di dalam negeri Para Mullah adalah upaya AS untuk mendesak posisi Iran dalam perundingan nuklir di Wina. Iran mendadak menjelma sebagai pihak paling menonjol kuat dalam perundingan ini hingga AS berupaya mengguncangnya.
Presenter acara khusus al-Mayadeen menanyakan, “Kenapa Iran tidak merubah atau terguncang?.”
Mousavi dalam menjawabnya meyakinkan, “Baik, pertama adalah keyakinan warga Iran merupakan belas kasih Allah swt. Kedua: Iran mendapatkan dukungan dari rakyat. Kalian tentu telah menonton jutaan warga membanjiri jalanan mendukung pemerintahan dan revolusi. Jika Iran tidak guncang, ini berartikan bahwa Iran bersandar pada keputusan rasionalis, logis dan berasaskan resolusi Dewan Keamanan PBB. Iran memang sejak awal teguh dalam resolusi. Amerika-lah yang keluar dari kesepakatan… Iran dalam situasi baik dan Amerika-lah yang tergesa-gesa. Namun mereka terus berupaya merubah situasi yang berjalan.”
Baca Juga : Ketika Bin Salman Ancam Iran dengan Perang Dalam Negeri
Pesan Nuklir Juga Sudah Dibalas
“Jika mereka benar ingin menciptakan perdamaian di Kawasan, mereka harus menerima syarat-syarat Iran. Adalah pihak Amerika yang menghentikan perundingan dengan harapan terjadinya satu peristiwa baru. Pesan-pesan nuklir yang telah sampai pekan lalu, juga sudah dijawab oleh Bagheri 4 hari lalu,” jelas Mousavi.
Presenter al-Mayadeen menanyakan isi pesan tersebut dan Mousavi menjawab, “Mungkin pesan berkisar tentang jaminan AS. Mereka berupaya merubah akar sistem pemerintahan Iran, tapi ada pesan baru ke Tehran yang bermakna bahwa proyek mereka gagal di Iran. Seandainya tidak gagal, mereka akan meneruskannya.”
Tentang kembalinya Benjamin Netanyahu ke kancah politik dan Republik AS, Mousavi menjelaskan, “Iran telah memiliki pengalaman dengan Republik. Di periode Donald Trump, sanksi diaktifkan paling banyak dan Iran telah menghancurkan pangkalan AS dengan rudal dan mereka tidak mampu membalas. Sementara Iran juga telah bertahun-tahun mengenyam pengalaman versus Benjamin Netanyahu. Apa kemampuan mereka yang bisa diaplikasikan sekarang?.”
Barang Kiriman Saudi Jatuh ke Tangan Intel Iran
Mengenai Arab Saudi, Mousavi menjelaskan, “Kalian tahu bahwa Arab Saudi juga mengirim pesan. Saya kira jika Riyadh menghentikan perundingannya dengan Tehran, mereka akan menyesal… Jelas bahwa Arab Saudi tidak memutus hubungan telponnya dengan Iran via pelantara Irak. Akan tetapi tidak ada satupun langkah dari mereka. Menurut saya, Saudi akan sangat menyesal jika memutus hubungan dengan Iran. Kalian sendiri mengetahui bahwa sudah ada tukar menukar pesan. Saudi menyatakan bahwa mereka tidak memiliki hubungan dengan Iran International dan Tehran juga mengirim pesan bahwa jika terjadi sesuatu, Iran juga tidak ada hubungan dengan mereka.”
“Saudi telah mengirim banyak uang dan perlengkapan intelijensi ke dalam Iran dan kemungkinan mereka bermaksud untuk mengirimnya ke Sistan, Baluchestan dan Kurdistan Iran. Akan tetapi semua uang ini dan perlengkapan seperti penyadap jatuh ke tangan pasukan keamanan Iran. Mereka menyangka bahwa seseorang akan mengambilnya dari pihak oposisi, namun semua mereka ditangkap intel Iran,” tambahnya.
Baca Juga : Rekonsiliasi Hamas-Assad: Sebuah Kesatuan Arena
Dukungan Masoud Barzani ke Kerusuhan Iran
Di bagian lain penjelasannya, Mousavi mengkritik keras eks Pemimpin Kurdi Irak Masoud Barzani, di mana menurutnya, kerusuhan di Iran dipercik dari peristiwa kematian salah seorang perempuan etnis Kurdi.
Program kerusuhan di Iran telah dibangun sebelumnya dan kematian Mahsa Amini hanyalah alasan untuk memercik apinya.
“Jadi, sebelumnya kami telah menyaksikan pergerakan mereka. Bahkan mereka juga pergi ke rumah Mahsa Amini dan mereka berupaya menyebar pernyataan tak benar dari ayahanda Mahsa Amini,” jelasnya.
“Di awal kerusuhan, pernyataan-pernyataan Masoud Barzani ditujukan untuk mendukung proyek yang telah terencanakan di dalam Iran… (Kemudian) ada serangan ke Erbil. Itu dikarenakan Erbil merupakan pusat perangkat spionase, yang mana program mereka telah menyasar Iran, Lebanon dan negara-negara lainnya… Ketika Raisi menjabat sebagai Ketua Mahkamah Agung, datang mengunjungi Irak dan dia menyerahkan semua bukti laporan aksi terorisme ke pemerintah Baghdad. Lalu data itu sampai ke tangan Hoshyar Zebari, jelas dia menolak tuduhan itu. Namun demikian itu adalah rancangan aksi terorisme mereka terhadap Iran, Irak dan Lebanon. Dan sangat disayangkan sekali, tidak ada satupun tindakan mengenai hal ini,” jelasnya.
Menurut Mousavi, beberapa hari lalu dirinya mendengar Masoud Barzani menyatakan bahwa dirinya tidak menyesal dengan referendum pemisahan dari Irak.
“Mereka sedang mengupayakan pembangunan Kurdi Agung… Petinggi Erbil ingin membangun Kurdi Agung. Dikarenakan inilah, Mossad mendukung Kurdi di Iran dan Suriah,” jelasnya.
“Mereka (Kurdi) tidak memiliki pendirian, mereka selalu didikte. Kemungkinan lainnya adalah mereka senang dengan hal ini, makanya mereka mendukung,” tambahnya mengenai Kurdi.
Baca Juga : Jalan Buntu Pertemuan Kelompok Anti-Iran di PBB
Tentang Perang Ukraina
Menurut pengamatan Mousavi, poros Barat sedang berusaha menyeret Iran ke perang Ukraina.
“Sekarang Barat berupaya menyeret Iran ke perang Ukraina. Alasannya adalah Barat kalah dalam perang Ukraina melawan Rusia. Saya pikir bahwa poros Barat kaget dengan pernyataan kuat Amir Abdollahian, ketika dia menyatakan bahwa Iran telah mengirim drone ke Rusia sebelum perang Ukraina. Akan tetapi jika drone ini digunakan dalam perang Ukraina, Iran tidak akan tinggal diam,” jelasnya.
“Saya ingin menegaskan bahwa ribut-ribut sebagian negara Barat tentang Iran mengirim drone dan rudal ke Rusia untuk membantu perang Ukraina, bagian rudalnya tidaklah benar sama sekali. Namun drone, ya benar. Kami telah mengirim beberapa jumlah terbatas drone ke Rusia berbulan-bulan sebelum perang Ukraina. Namun itu tidak untuk digunakan dalam perang Ukraina. Kami telah menyepakati satu kesepakatan dengan Menteri Luar Negeri Ukraina bahwa jika mereka memiliki bukti Rusia menggunakan drone Iran dalam perang Ukraina, mereka harus menyerahkannya kepada Iran. Kesepakatan ini telah disetujui dua minggu lalu di satu negara Eropa. Delegasi pertahanan dan politik kami pergi ke negara Eropa tersebut, dan sangat disayangkan sekali dalam 90 menit delegasi Ukraina tidak hadir. Itu dikarenakan beberapa negara seperti AS dan sebagian negara Benua Biru, khususnya Jerman kepada Kiev mengatakan bahwa kami sedang mengupayakan pengaktifan sanksi ke Iran dengan manipulasi drone dan Anda (Ukraina) mau meminum kopi dengan mereka. Namun setelah itu, kami mengadakan hubungan telpon dengan Menlu Ukraina dan kami menyepakati bahwa jika ada bukti, mereka harus menyerahkan kepada kami. Jika pihak Ukraina masih berpijak dengan janjinya ini, maka dalam beberapa hari ke depan kami akan membahas hal ini. Kami akan mengupas data serta indikasi bukti mereka. Jika terbuktikan Rusia menggunakan drone Iran dalam perang Ukraina, kami tidak akan tinggal diam,” jelas Menlu Iran Amir Badollahian sebelumnya.