Banyak Kasus Islamofobia di Jerman Tidak Dilaporkan; Ternyata Ini Penyebabnya

Banyak Kasus Islamofobia di Jerman Tidak Dilaporkan; Ternyata Ini Penyebabnya

Purna Warta  Jumlah serangan Islamofobia yang tidak dilaporkan di Jerman menjadi jauh lebih tinggi karena meningkatnya ketidakpercayaan terhadap pihak berwenang, sebagaimana diugkapkan seorang pemimpin komunitas Muslim di ibu kota Berlin.

Ada 124 serangan terhadap Muslim dan masjid di seluruh Jerman hanya dalam 90 hari pertama tahun 2023, rata-rata yang mengkhawatirkan lebih dari satu hari, menurut angka yang diungkapkan selama sesi tanya jawab parlemen bulan lalu, sebagaimana diberitakan Kantor Berita Anadolu. Jumlah tersebut termasuk kasus intimidasi, serta perusakan dan perusakan properti lainnya.

Baca Juga : Sejarah 21 Juni, Tanggal Soekarno Tutup Usia dan Jokowi Lahir ke Dunia

Ada dua serangan pembakaran di masjid di kota Hannover dan Dresden pada bulan Mei, memicu seruan baru untuk tindakan yang lebih ketat untuk melindungi komunitas Muslim. “Jumlah serangan terhadap masjid telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir… dan kami berasumsi bahwa jumlah kasus yang tidak dilaporkan jauh lebih tinggi,” kata Burhan Kesici, ketua Dewan Islam untuk Republik Federal Jerman, kepada Anadolu.

“Banyak Muslim tidak melaporkan insiden Islamofobia karena tindakan tersebut tidak didefinisikan dengan jelas atau karena mereka tidak mempercayai (otoritas). Jadi, kami menganggap jumlah unreported cases jauh lebih tinggi,” tambah Kesici.

Masalah lain yang ditunjukkan Kesici adalah bahwa terkadang serangan terhadap masjid tidak termasuk dalam kategori serangan Islamofobia. “Mereka terdaftar dalam kategori lain, misalnya hanya serangan pembakaran, jadi kita perlu melihat lebih dekat statistik ini,” katanya.

Setelah Prancis, Jerman memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat. Negara berpenduduk lebih dari 84 juta orang ini adalah rumah bagi hampir 5 juta Muslim, menurut angka resmi.

Data tahun 2022 menunjukkan polisi Jerman mencatat setidaknya 610 kejahatan kebencian Islamofobia, termasuk serangan terhadap 62 masjid, antara Januari dan Desember, dengan sedikitnya 39 orang terluka dalam kekerasan anti-Muslim.

Baca Juga : Aparat Keamanan Iran Gagalkan Serangan Bom Dekat Ibukota

Pada 2021, setidaknya ada 662 kejahatan Islamofobia, termasuk serangan terhadap 46 masjid, dan sedikitnya 17 orang terluka. Angka Kementerian Dalam Negeri untuk tahun 2020 menunjukkan lebih dari 900 kejahatan kebencian Islamofobia tercatat di seluruh Jerman tahun itu, dengan hampir 80 masjid diserang dan sedikitnya 48 orang terluka.

Serangan itu sebagian besar dilakukan oleh kelompok ekstremis neo-Nazi dan sayap kanan, menurut polisi. Meningkatnya ancaman Islamofobia di Jerman juga terkait dengan lonjakan dukungan untuk kekuatan politik sayap kanan.

Sebuah jajak pendapat baru minggu lalu menempatkan partai sayap kanan Alternatif untuk Deutschland (AfD) di tempat kedua, di depan Sosial Demokrat Kanselir Olaf Scholz untuk pertama kalinya sejak pemilu 2021.

Dalam lingkungan seperti itu, komentar penuh kebencian dari politisi semakin memicu permusuhan anti-Muslim di Jerman, tegas Kesici. “Saya pikir pihak berwenang tidak cukup berbuat (melawan Islamofobia). Mereka harus memberikan pesan yang menggarisbawahi bahwa umat Islam adalah milik negara ini dan memperkaya masyarakat kita. Mereka harus mengambil tindakan lebih keras terhadap permusuhan anti-Muslim,” katanya.

Pada sebuah konferensi Desember lalu, Menteri Dalam Negeri Jerman Nancy Faeser menjanjikan hal itu, bersumpah akan mengambil tindakan tegas untuk memerangi Islamofobia.

Berbicara di Konferensi Islam Jerman, sebuah forum dialog antara otoritas dan perwakilan komunitas Muslim, dia mengakui bahwa banyak orang menghadapi rasisme setiap hari di Jerman.

Baca Juga : Jerman: Perluasan Permukiman Israel Melanggar Hukum Internasional

“Muslim mengalami rasisme ganda. Mereka sering menghadapi permusuhan dan penolakan sebagai penganut agama Islam, tetapi juga sebagai orang dengan latar belakang imigrasi,” katanya.

Kesici mengatakan komunitas Muslim mengharapkan politisi untuk melawan sentimen Islamofobia sejak awal. “Jika seseorang mulai menyebarkan kebencian anti-Muslim, seseorang harus turun tangan dan melawannya. Tapi, sayangnya, yang kita lihat di politik, dan juga di masyarakat, yang sering ditampilkan sebagai ‘kritik terhadap Islam’ sebenarnya adalah permusuhan anti-Muslim,” katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *