Purna Warta – Para pakar dan analis meyakini bahwa jika Saudi belum juga membuktikan keputusannya untuk merealisasikan kesepakatan gencatan senjata, maka mereka harus menantikan balasan lebih buruk dan pahit dari serangan ke kilang minyak raksasa Aramco.
Saat utusan PBB mengabarkan resolusi gencatan senjata antara Sanaa dan koalisi pimpinan Saudi untuk jangka 2 bulan, ada pertanyaan apakah gencatan senjata ini akan berhasil, akan diperpanjang dan kemudian membuka peluang perdamaian di Yaman dan Kawasan?
Baca Juga : Sisi Politik dan Ekonomi Kunjungan Presiden Suriah ke Iran
Pelanggaran Koalisi Saudi
Media terus melaporkan pelanggaran Saudi di lapangan realisasi perjanjian gencatan senjata. Kamar operasi hubungan dan koordinasi kontrol pelanggaran koalisi Saudi, 7/5, menyatakan bahwa dalam sehari kemarin, mereka telah memantau 96 pelanggaran gencatan senjata Saudi.
Pelanggaran ini mencakup upaya memasuki wilayah Hais, operasi pesawat spionase di wilayah udara Hais, 21 serangan artileri dan 64 serangan dengan berbagai jenis senjata.
Apakah Sanaa akan Pasrah Memperpanjang Gencatan Senjata?
Al-Khabar al-Yemeni, dalam salah satu catatannya membahas tema ini dan menuliskan, “Setelah 37 hari kesepakatan gencatan senjata berlalu, ada pertanyaan, apakah resolusi ini akan bertahan hingga umur yang telah ditentukan? Apa yang akan disiapkan Sanaa untuk merespon pelanggaran pasal resolusi oleh koalisi Saudi, yang mencakup kontinuitas blokade bandara Sanaa, menyita kapal BBM, manuver pesawat spionase, jet tempur dan lainnya?
Baca Juga : Marathon Penentu Timur dan Barat di Ukraina
Target Sanaa dan Riyadh Menyepakati Gencatan Senjata Ala PBB
Para pakar meyakini bahwa koalisi Saudi butuh pada gencatan senjata demi mengatur kembali barisan mereka dalam politik dan militer. Buktinya adalah pelengseran Abdrabbuh Mansur Hadi dan pembentukan Dewan Pimpinan yang diketuai oleh Rashad al-Alimi tak lama pasca persetujuan gencatan senjata. Ini merupakan satu langkah strategis untuk menyatukan barisan pihak-pihak setia kepada koalisi Saudi menghadapi pasukan Sanaa.
“Setelah Sanaa memulai operasi patah blokade yang membuat lawan menanggung kerugian besar, gencatan senjata merupakan satu kebutuhan urgen Riyadh untuk menjaga emas hitam dan kilang minyak penting lainnya. Dan hal ini juga berada dalam kebutuhan mendesak dua aktor, Amerika Serikat dan Saudi, karena perang Ukraina,” jelas analis al-Khabar al-Yemeni.
Di lain pihak, Sanaa juga butuh pada gencatan senjata demi membuktikan dukungannya atas perdamaian.
Di tengah semarak pelanggaran berat dari koalisi Saudi, Sanaa melalui Menhannya menegaskan, “Meskipun dilanggar koalisi Saudi, Realisasi gencatan senjata telah membakar kesempatan para blantik perang. Hal tersebut akan memihak bangsa Yaman.”
Baca Juga : Petinggi Zionis Tidak Bisa Memendam Takut Melihat Operasi Martir El’ad
Sanaa terus menekankan bahwa fakta manuver politik baru koalisi Saudi membuktikan secara transparan sikap anti mereka akan perdamaian.
“Namun demikian, kesabaran Sanaa mungkin akan tidak berumur panjang lagi. Di mana menurut pernyataan Muhammad Abdul-Salam, Ketua Delegasi Perundingan Yaman, kontinuitas pelanggaran akan mengakhiri kesepakatan gencatan senjata,” tulis al-Khabar al-Yemeni.
Jadi, bisa saja gencatan berakhir sebelum waktu yang ditetapkan. Meskipun ada juga indikasi Sanaa akan bertahan sampai akhir bulan Mei hingga pihak paling berperasangka baikpun tidak akan berkahayal untuk memprediksikan perpanjangannya, khususnya setelah timbul beberapa tanda persiapan Riyadh untuk meningkatkan kapasitas adu senjata di beberapa medan tempur.
Menurut analis al-Khabar al-Yemeni, baik peningkatan adu senjata ini terjadi ataupun tidak, “Tidak ada indikasi bahwa Sanaa akan setuju memperpanjang gencatan senjata. Kecuali koalisi Saudi memperbaiki situasi di akhir-akhir waktu tersisa. Jika tidak ada langkah kemajuan, situasi pasca gencatan senjata tidak akan seperti sebelumnya. Karena sebagaimana ditekankan Yahya Saree, Jubir militer Sanaa, bahwa detik-detik nasib penentu terus berlalu. Lawan harus menunjukkan keseriusannya akan realisasi gencatan senjata lalu mengakhiri pendudukan dan blokade, mengeluarkan pasukan asing atau mereka akan tetap pada kebiasaannya, menanggalkan kesepakatan dan menunjukkan wajah makar serta tipuannya.”
Baca Juga : China Lebih Pilih Jalan Melawan Versus Sanksi
Jadi, menurut analisa al-Khabar al-Yemeni, Sanaa masih berharap koalisi Saudi memilih opsi pertama dan mengungkap niat baiknya. Karena jika niat buruk dan makar mereka masih dilaksanakan, maka mereka tidak akan bernasib lain selain kerugian.
Balasan Pahit, Lebih Pahit dari Kebakaran Aramco
“Dengan dasar inilah, diprediksikan operasi balasan Sanaa yang tetap berpusat pada upaya membongkar pengepungan dan serangan ke Aramco sebagaimana di bulan Maret, yang mungkin menurut para analis, akan lebih parah dari kebakaran sederhana kemarin,” tulis al-Khabar al-Yemeni.