Purna Warta – Surat kabar kondang dunia Arab melansir sebuah catatan analisa peran Adminsitrasi Joe Biden dalam penggulingan pemerintahan Pakistan dan menulis bahwa Pemimpin Gedung Putih sementara berhasil membalas dendam terhadap Imran Khan, namun demikian, mereka harus membayar mahal.
Api politik di Pakistan semakin membara sejak pertemuan Imran Khan, PM Pakistan, dengan Vladimir Putin, Presiden Rusia. Sabtu, 9 April sampai pada puncaknya ketika Parlemen Islamabad mengoreksi kembali kontinuitas Imran Khan di kursi Perdana Menteri Pakistan.
Baca Juga : Skenario Alternatif Kabinet Israel Pasca Lepas Suara Mayoritas di Parlemen
Suara tidak mendukung kepada Imran Khan telah membuat Ketua Parlemen mengundurkan diri. Terakhir, Minggu, 10 April, para Wakil Parlemen Pakistan melengser Imran Khan dari jabatan Perdana Menteri setelah mengadakan pemungutan suara, 174 suara negatif telah melucuti jabatan Imran Khan.
Abdel Bari Atwan, analis sekaligus Editor Rai al-Youm, mengupas perkembangan situasi Islamabad dengan sindiran dalam judulnya, sementara ini Biden telah membalas dendam dan menggulingkan Imran Khan, namun mungkin harus membayar mahal. Berikut dalil serta faktornya menurut pengamatan Rai al-Youm:
Penggulingan Imran Khan dengan Metode Demokrasi ala Amerika
“Joe Biden, Presiden AS, berhasil menggulingkan Imran Khan dari kursi Perdana Menteri dengan metode Demokrasi Amrik melalui pemungutan suara di Parlemen dan membuat pecah barisan partai. Sebagian Wakil, yaitu 12 Wakil, telah dibeli bahkan mendukung kubu oposisi pimpinan Shehbaz Sharif, yang merupakan saudara penjahat besar, Nawaz Sharif yang dihukum karena pencucian uang dan korupsi yang dibebaskan dengan dalih kondisi tubuh,” tulis Rai al-Youm.
Baca Juga : Was-Was dan Takut Menyelimuti Palestina Pendudukan: Tangan Kosong Israel
Alasan Balas Dendam AS ke Imran Khan
“Dosa paling besar yang dilakukan Imran Khan menurut kaca mata Amerika, di mana Biden tidak pernah menelponnya sejak memimpin Gedung Putih, adalah perang anti korupsi, dukungan ke Taliban melawan pendudukan Washington di Afganistan, peningkatan kerja sama politik dan ekonomi dengan China lalu absen mengecam Rusia. Yang paling urgen dari semua hal ini adalah perlawanan Imran Khan menghadapi tekanan keras AS untuk normalisasi dengan Israel, mendukung Muqawamah dukungan Iran dan menolak tuntutan pengiriman pasukan ke perang Yaman di bawah bendera koalisi Saudi-Emirat, ditambah lagi kecaman serta pembuktiannya akan rasisme rezim Zionis serta kejahatan mereka di masa kemahasiswaannya di universitas Oxford,” jelas Abdel Bari Atwan.
Seperti diketahui bahwa Imran Khan berhasil menuju kursi Perdana Menteri dengan syiar pembentukan Pakistan baru dalam Pemilu 2018 lalu dengan suara mayoritas. Setelah itu, Imran Khan membangun pemerintahan koalisi. Keputusan pertamanya adalah melepas pesawat pribadi kepresidenan dan menolak tinggal di Istana kepresidenan. Mengeluarkan 500 karyawan, pemasak serta pegawai demi menekan biaya. Imran Khan menegaskan untuk tinggal di rumah sederhananya, dengan harapan tidak ada biaya tambahan dari anggaran pengeluaran pemerintah.
Menurut keyakinan sang analis kondang Arab ini, keperdana-menterian dengan ciri-ciri seperti ini, yang mendukung fakir miskin dan perang feodalisme jahat (yang telah menghancurkan Irak dan menimbun miliaran dolar di bank), tentu menghalangi tujuan Amerika Serikat, si pendukung koruptor di Pakistan. AS hanya mendukung dua keluarga, Bhutto dan Sharif, yang semenjak Paksitan merdeka, kekuasaan hanya berputar di halaman mereka.
Baca Juga : Akankah Konflik Ukraina Dapat Menghambat Pasokan Senjata Rusia ke Afrika?
Kontra Militer Versus Imran Khan
Imran Khan tidak memungkiri bahwa di awal menjabat dia didukung oleh militer dan instansi keamanan pemerintah. Dan dia bertanya, kenapa harus malu dengan dukungan ini? Militer tersebut adalah militer Pakistan, bukan Amerika ataupun China dan termasuk sumber kekuatan utama negara sebagaimana negara-negara dunia ketiga.
Akan tetapi, sejak ada pertentangan dengan beberapa Jenderal dan tidak membiarkan pembangunan pangkalan Pentagon yang akan menjadikan Islamabad negara pendudukan Washington dan merubahnya menjadi boneka, terungkaplah “Talak” di antara Imran Khan dengan militer. Namun demikian, ini adalah nilai bangga buat Imran Khan. Demikian Rai al-Youm melaporkan, 10/4.
Politik Efektif Imran Khan versus Corona yang Tidak Digubris Oposisi
Abdel Bari Atwan menyatakan bahwa para oposisi hanya fokus pada peningkatan inflasi 10% (padahal di Turki mencapai 62%), penurunan angka pertumbuhan sedikit di atas nol dalam 3 tahun terakhir dan penurunan nilai mata uang Rupee. Penurunan nilai mata uang nasional sekitar 12%. Akan tetapi dalam urusan ini tidak ada penjelasan faktor pandemi Corona yang telah menyelimuti dunia dan mempengaruhi ekonomi global negara internasional. Mereka telah melupakan, atau mungkin mereka pura-pura lupa bahwa Imran Khan telah sukses menjalankan siasat ‘nir karantina mutlak’, sukses mengentas masyarakat dari kelaparan, sukses dalam bidang kesehatan yang sangat berpengaruh hingga menekan angka kematian hanya di 30 ribu karena wabah dan penyakit menular, sedangkan populasi Pakistan mencapai 220 juta.
Baca Juga : Quincy Institute Bongkar Hujan Uang Saudi untuk Lobi di AS
Balas Dendam Washington atas Imran Khan Sejak Periode Trump
Atwan juga menambahkan, “Perang AS melawan Imran Khan telah dimulai sejak akhir-akhir periode Presiden Donald Trump. Hal tersebut dikarenakan penolakan Imran Khan untuk mengirim pasukan Pakistan untuk memerangi Taliban di Afghanistan dan menyelamatkan pendudukan AS di sana. Oleh karena itu, langkah pertama balas dendam adalah peringatan dengan menghentikan bantuan tahunan senilai 3 miliar dolar. Langkah kedua adalah menggerakkan kelompok-kelompok separatis Pakistan dan mendukung antifitas militerisme mereka. Kami di sini berbicara mengenai dua kelompok besar, yaitu Balochi dan Taliban Pashtun Pakistan, dan lebih dari itu, mengaktifkan ISIS di Pakistan.”
Gagal Propaganda Gedung Putih di Islamabad
“Propaganda Amerika untuk menghancurkan Pakistan dan menciptakan instabilitas berdarah di sana tidak berhasil. Seandainya terjadi, tidak akan berlangsung lama dan akan kalah dengan cepat. Karena sebagian banyak rakyat Pakistan akan melawan mereka di bawah komando Imran Khan, mereka akan melakukan perlawanan. Imran Khan memiliki kharismatik dan sangatlah dicintai, kecuali ada teror terorganisir, sebagaimana yang menimpa Zulfikar Ali Bhutto yang dihukum mati pasca kudeta militer pimpinan Muhammad Zia-ul-Haq yang tewas dalam ledakan dan kecelakaan pesawat tahun 1988,” tulis Rai al-Youm.
Baca Juga : Bobol Pesan Rahasia Ramallah ke Tel Aviv, Ini Pengkhianatan Baru Mahmoud Abbas
Keputusan Memihak Rakyat PM Imran Khan terkait Perang Ukraina
Di akhir, Abdel Bari Atwan menuliskan, “Presiden Joe Biden sedang melangkahkan kaki dan tangannya seperti hiena atau dubuk terluka, bukan seperti harimau yang memukul semua pihak dunia. Imran Khan memilih untuk membangun kediaman benar (persatuan China dan Rusia) demi kepentingan bangsa dan negara. Dia tidak ingin terjun berselisih dalam perang Ukraina. Di awal perang, Imran Khan mendeklarasikan keputusannya dengan mengunjungi Moskow dan berdiri tegap menghadapi tekanan serta ancaman untuk mengecam sekutunya, Rusia.”