Purna Warta – Para pemilik suara Eropa pergi ke pangkuan sayap Kanan ekstrim. Di Italia, partai politik pimpinan Giorgia Meloni menang dalam pemilihan terbaru dan sayap Kanan ekstrim telah mengambil alih pemerintahan Fasis pimpinan Benito Mussolini.
CNN melaporkan, menyebut nama Mussolini telah membangkitkan memori berdarah Perang Dunia II. Meskipun Meloni mengkhawatirkan karena arogansi pernyataannya tentang imigran, namun ibu 45 tahun asal Roma tersebut siap memimpin satu pemerintahan koalisi, bukan bersiap untuk memakai satu perangkat militer diktator yang mengontrol rezim Fasis.
Baca Juga : Taktik Kuno Dalam Melawan Ketakutan Baru
Giorgia Meloni menargetkan pembahasan imigrasi yang sering didialogkan para politikus Nativis dan Populis, lalu menjadikannya nomer satu rancangan pemerintahannya. Donald Trump menjadi pemimpin Gedung Putih saat menjanjikan pembangunan tembok perbatasan Amerika-Meksiko, sementara Meloni berkali-jali mengusulkan satu blokade maritim untuk menghentikan para imigran ke Eropa melalui laut Meditrania.
Di Swedia, partai yang memiliki akar Neo-Nazi juga memanipulasi isu imigran dan berhasil meraih lebih dari 20% suara dalam Pemilu di awal bulan ini. Jumlah suara yang mampu mempengaruhi pembentukan pemerintahan Swedia baru.
Di sistem Parlemen Italia, partai Saudara Italia, yang sukses meraih lebih dari seperempat suara, akan menjadi sekutu sayap Kanan untuk menguasai pemerintahan. Lalu seberapa besar hal ini meresahkan?
Pernyataan arogan Meloni berkaitan dengan imigran sangatlah mengkhawatirkan dan sistem Parlemen Italia, yang terdiri dari banyak partai, akan menjadi penghalangnya.
Ketua perusahaan Viking Strategies, Trygve Olson meyakini bahwa Meloni bisa menduduki kursi Perdana Menteri.
Baca Juga : Tersangka Utama Ledakan Nord Stream
“Fakta bahwa sayap Kanan ekstrim telah berkuasa tidaklah berartikan bahwa sistem Demokratik Eropa telah kalah. Yang jelas kemenangan mereka sangatlah mengkhawatirkan dan ini menunjukkan bahwa sejumlah besar dari masyarakat Eropa merasa pesimis karena tidak adanya perhatian partai-partai lama terhadap tuntutan-tuntutan mereka sehingga mereka memberikan suara kepada sayap Kanan ekstrim. Namun demikian, hingga saat ini ada partai lama yang mampu mengontrol situasi versus politikus sayap Kanan ekstrim yang sekarang berupaya membangun aliansi,” jelasnya kepada CNN.
Petinggi Eropa menyatakan bahwa jika politik Meloni melanggar hukum, mereka bisa memutus anggaran Italia. Ursula von der Leyen, Kepala Komisi Uni Eropa, akhir-akhir ini menyatakan, “Jika situasi berjalan ke arah yang sulit, sebagaimana yang telah saya katakan mengenai Polandia dan Hungaria, kami memiliki beberapa opsi.”
Pertanyaan yang ditujukan kepadanya berkaitan mengenai Italia, namun Ursula menyindir masalah Polandia dan Hungaria, tempat di mana sayap Kanan ekstrim menang dan berhasil memantapkan kuasanya.
Politik Lama, Bukan Perubahan Radikal
Sebagian analis meyakini bahwa meskipun AS mungkin menganggap sukses sayap Kanan sebagai satu perubahan mendadak, namun kenyataannya bukanlah begitu. Bau sayap Kanan ekstrim di Italia sudah biasa. Jadi kesimpulannya menurut para pengamat, di Italia tidak akan terjadi satu perubahan radikal dalam politik. Ini adalah satu kontinuitas perjalanan yang sudah dimulai sejak lama.
Begitu pula dalam Pemilu baru-baru ini, kuantitas partisipan dibanding dengan Pemilu tahun-tahun lalu menunjukkan penurunan sehingga menciptakan satu kesempatan untuk partai pimpinan Meloni. Dan ini merupakan kekalahan bagi sayap Kiri Italia.
Baca Juga : Iran Siap Berunding, Amerika Siap Pemilu
Berhubungan dengan Konservatif Amerika
Parlemen Uni Eropa menyatakan bahwa Hungaria bukan lagi satu pemerintahan Demokrasi sempurna. Hungaria dipimpin oleh Viktor Orban, sekutu kesayangan Konservatif Amerika. Di musim panas kemarin, Perdana Menteri Orban berpidato di pertemuan politik Konservatif di Texas, AS. Di sepanjang orasinya, Orban sangatlah mirip dengan Donald Trump.
“Hungaria adalah satu-satunya bintang Eropa,” sindirnya. Dia juga mengkritik Liberal dan media-media kabar mereka beserta partai Demokrat AS.
Andrzej Duda berhasil menduduki kursi Presiden Hungaria pada Pemilu 2020. Adalah rahasia umum jika Duda merupakan salah satu pemain kesayangan Donald Trump.
Perkembangan Sayap Kanan Ekstrim di Prancis, Tapi Tanpa Kemenangan
Ada banyak bukti yang mempertontonkan politikus sayap Kanan ekstrim telah bermunculan di Eropa dalam beberapa tahun terakhir. Mereka juga banyak disukai. Marine Le Pen harus menanggung kekalahan dalam pertarungannya dengan Emmanuel Macron di awal tahun ini. Akan tetapi, di tahap kedua Pemilu, dia berhasil meraih lebih dari 41% suara, jumlah yang sangat jauh meningkat dengan yang diraihnya pada Pemilu 2017. Fakta ini membuktikan penolakan imigran di Prancis terus berkembang.
Juga di tahun 2017 kemarin, untuk pertama kalinya partai AfD meraih kursi di Parlemen Jerman. AfD sejak saat itu berada dalam pengawasan pemerintah resmi karena upayanya melemahkan UUD Demokratik Jerman. Meskipun kehilangan beberapa kursi, namun mereka sukses memantapkan kedudukannya.
Gunnar Beck, salah satu anggota Parlemen UE yang mewakili Alternative for Germany, kepada CNN menjelaskan, “Sepertinya situasi untuk kehidupan baru Populis tersedia di Eropa.”
Baca Juga : Netanyahu: Kolonel John Henry Patterson adalah Bapak Baptis Israel
Beck secara terang-terangan menjelaskan targetnya untuk membatasi para imigran. Dia meyakini hal ini karena keraguannya akan nilai-nilai dan cara hidup kuno dengan berbagai alasan.
Kebijakan-kebijakan sayap Kanan ekstrim di Eropa hampir sama satu dengan lainnya. Mereka menolak Liberal Demokratik dan lebih memilih Populis. Mereka juga menekankan mayoritas Kristen dan urgenitas Nasionalisme Kristen serta peran keluarga.
Para pendukung Donald Trump berbahagia dengan kemenangan sayap Kanan Meloni. Steve Bennon langsung mengirim pesan suara mendukung kemenangan sayap Kanan ekstrim.