Purna Warta – Setelah muncul perasaan keji dalam penggunaan istilah ‘penyiksaan’ tersangka terorisme di penjara Abu Ghraib, Bagram dan Guantanamo, para petinggi negara dan media Barat mencari istilah inspiratif lain dengan mengaplikasikan kata ‘Teknik Modern Interogasi’.
Memilih kata atau istilah yang bagus atau Euphemism (eufemisme) dari pada kata yang menggerakkan emosi buruk di telinga si pendengar merupakan salah satu taktik media dan petinggi negara poros Barat untuk menutupi aksi atau peristiwa busuk yang mereka lakukan.
Baca Juga : Eks Konsultan Trump: Setelah 41 Tahun Telaah, Saya Sadar Iran Menang
Seperti contoh dalam hal ini yang biasa terjadi sehari-hari dalam dialog sosial adalah penggunaan kata meninggal dunia atau berpulang, lebih banyak dipilih dari pada kata mati. Bahkan sebaiknya menghindari kosa kata yang memang memiliki konotasi buruk di telinga si pendengar.
Tapi yang jelas pemakaian kata bagus untuk menutupi hal busuk merupakan salah satu penghindaran bahkan disebut pembohongan dan itu akan menjadi salah satu pondasi terulangnya tindakan tersebut.
Sebagai contoh, setelah penggunaan kata penyiksaan terhadap tersangka teroris di tahanan Bagram, Guantanamo dan Abu Ghraib memanaskan suasana, petinggi negara dan media Barat menggantinya dengan pemilihan kata “Enhanced Interrogation Technique’. Dan ini sangat membahayakan, karena bisa dianggap sebagai pengesah.
Baca Juga : Iran Siap Produksi dan Tukar Ilmu Drone dengan Negara Sahabat
Hal lain yang bisa dijadikan contoh dalam hal ini adalah lika-liku dalam perang Rusia dan Ukraina. Di bawah ini adalah istilah yang bisa disebut sebagai upaya media Barat mensucikan bercak dosa dalam perang Ukraina.
Sebagaimana yang terlihat di jadwal di atas, media memakai kosa kata di bagian kanan untuk mensifati aktor utama satu peristiwa, yang dalam hal ini Negeri Beruang Merah (atau negara lainnya sebagai lawan AS). Akan tetapi jika insiden itu diaktorkan oleh Paman Sam sendiri, mereka akan mengaplikasikan istilah-istilah bagian kiri.
Untuk menyebut para pendukung pemerintahan Amerika, mereka menggunakan kata Entrepreneur, namun untuk menyebut kritikus yang dekat dengan pemerintah Rusia, dipakailah istilah Oligarki atau oligarch. Aksi Rusia merupakan satu aksi Otoriter, sedangkan aksi AS, aksi Law and Order atau bisa disebut sistematik dan bernaungkan hukum. Rusia mengaplikasikan taktik Crush Dissent atau penindasan lawan, tetapi Amerika disebut sebagai pengontrol kerusuhan atau Riot Control.
Baca Juga : Buku Pemilu Lebanon, Perhitungan Memihak Muqawamah Hizbullah
Media menyebut tahanan politik yang kerja paksa di Rusia dengan istilah Gulag, akan tetapi jika hal ini terjadi di kedaulatan Amerika, mereka mengistilahkannya dengan buruh penjara atau Prison Labour. Rusia menginvasi atau Invasion, tetapi Amerika intervensi (Intervention).
Korban perang Rusia disebut kejahatan perang atau War Crime, sedangkan korban AS disebut Collateral Damage atau bahasa bakunya, kerusakan tambahan. Rusia mengirim senjata (Weapons) ke medan perang, sementara Amerika mengirim bantuan mematikan atau istilah kerennya, Lethal Aid. Di akhir Negeri Beruang Merah akan menyerah yaitu kosa kata gak enaknya, Surrender, sementara Negeri Paman Sam evakuasi atau Evacuate.
Beberapa istilah lainnya yang banyak ditonton dalam perihal seperti ini adalah istilah-istilah sensor atau Censorship yang lebih dipilih jurnalis Barat dari pada kata kontrol informasi (Information Control). Mereka lebih memilih untuk mengistilahkan Rule–based Order atau tatanan berdasarkan hukum dari pada hegemoni. Mereka lebih enak menggunakan kata Democracy Promotion dari pada harus memakai kata intervensi asing atau Foreign Intervention.
Baca Juga : Target Kunjungan Bin Salman ke Mesir
Tentu bukan hanya ini istilah-istilah yang diaplikasikan oleh mereka dalam jurnal atau wartanya. Objek-objek istilah ini sangatlah biasa terlihat di jejak laporan media poros Barat hingga bisa dijadikan satu analisis Bahasa tersendiri.