Purna Warta – Periode baru perang perbatasan antara Azerbaijan dan Armenia baru saja dimulai. Meskipun perang ini serasa biasa pasca adu jotos di berberapa titik perbatasan pasca perang 44 hari di musim gugur tahun 2020, namun dengan analisa detail, perang ini menuntut satu gerak strategis Iran agar memutuskan satu perhitungan politik nan efektif demi kepentingan negara serta keamanan.
Baca Juga : Standar Ganda AS atas Kematian Mahsa Amini
Perlu diketahui bahwa pasca perang Nagorno-Karabakh, Israel terus berupaya menyuntikkan hegemoni di Kaukasus bagian selatan dengan tujuan supresi ke Iran. Di bawah strategi inilah, menurut pengakuan beberapa media dalam negeri Iran, rezim Zionis berhasil memanipulasi hegemoninya dalam melakukan beberapa aksi teror keamanan, mulai dari spionase, kerusuhan hingga teror beberapa pejabat negeri, di mana teror Fakhrzadeh termasuk dalam perkara ini.
Karena geografi strategis inilah, kita semua menyaksikan satu penjelasan Dubes Iran di Armenia terkait perkembangan situasi Kaukasus dan tahap baru perang Baku dan Yerevan.
“Iran menolak segala bentuk pelanggaran perbatasan negara-negara tetangga. Terkhusus, Iran akan menghadapi segala macam skenario yang membahayakan jalur perbatasan bersejarah Iran dan Armenia,” tegas Dubes Iran di Yerevan, Armenia.
Menjawab pertanyaan tentang kebijakan Iran dalam menanggapi kasus pertikaian Azerbaijan dan Armenia, Dubes Iran menekankan bahwa keputusan Tehran mengenai perang Azerbaijan versus Armenia dan Kaukasus bahkan hubungan Tehran dengan dua negara ini telah dijelaskan di berbagai kesempatan dan tidak berubah.
Baca Juga : Mahsa Amini dan Zainab Essam; Dua Kematian dalam Satu Permainan Politik Media Barat
“Sebagaimana yang kalian lihat dalam warta pertemuan Imam Khomenei dan Kepala negara Rusia dan Turki, Iran menolak segala macam pelanggaran perbatasan negara-negara tetangga, terkhusus kontra dengan segala bentuk skenario yang mengancam perbatasan Iran dan Armenia sebagai jalan bersejarah dua negara tetangga dan kami akan menghadapi segala kemungkinan,” jelasnya.
Bahkan keputusan ini ditegaskan dalam hubungan telpon Presiden Raisi dengan Perdana Menteri Armenia serta hubungan telpon Kemenlu Iran dan Azerbaijan.
Pada pagi hari Rabu, dalam hubungan telpon Menlu Iran dan Menlu Azerbaijan Ceyhun Bayramov, pemerintah Iran menegaskan bantuan untuk menyelesaikan konflik secara damai dengan jalan politik terkait perkembangan terakhir di wilayah Kaukasus selatan.
Amir Abdollahian, Menlu Iran menyatakan, “Republik Islam Iran selalu menekankan penjagaan semua kedaulatan negara-negara, termasuk Azerbaijan dan Armenia. Selain itu, kami juga menganggap perbatasan Iran dan Armenia sebagai jalan penghubung bersejarah yang harus dijaga garisnya.”
Baca Juga : Kenapa Turki Berpaling ke Suriah?
Menlu Iran juga mengajak semua pihak untuk menahan diri, melihat Kawasan yang tidak siap menanggung perang.
Terkait kebijakan Iran ini, Sayid Abbas Mousavi, Dubes Iran di Azerbaijan juga menegaskan di dalam tweetnya. Menurut Dubes Mousavi, kebijakan Iran sudah dijelaskan 30 tahun yang lalu dan tidak akan berubah.
“Menuntut pernyataan lebih dari ini dengan niat apapun tidaklah profesional dan membahayakan,” tweet Dubes Iran di Azerbaijan.
Di sela perkembangan situasi ini, Sabtu pekan ini media kabar melaporkan kunjungan Nancy Pelosi ke Armenia. Ketua Parlemen AS ini termasuk pejabat paling tinggi negara yang baru mengunjungi Armenia sejak kemerdekaannya pada tahun 1991 hingga sekarang. Tanpa diragukan lagi, kunjungan Anggota Dewan AS juga bisa membakar perang ini. Hal yang hampir sama yang dianalisa oleh para politikus dalam kunjungannya ke Taiwan.
Baca Juga : Kematian Mahsa Amini dan Keengganan Barat Dalam Menerima Kebenaran
Penjelasan serta praktis strategi yang rasional dan sesuai dengan lapangan harus dikeluarkan oleh pemerintah Iran demi mengawasi perkelahian di Kawasan Kaukasus. Merujuk pada dasar geopolitik, diharapkan Iran mampu mengambil keputusan yang efektif demi menciptakan perdamaian, stabilitas dan keamanan langgeng di kawasan Kaukasus selatan.