Baghdad, Purna Warta – Al-Hashd al-Shaabi, front Muqawamah Irak, mengabarkan keberhasilan operasi mereka dalam menggugurkan manuver teroris ISIS untuk meledakkan tower-tower listrik provinsi Nainawa.
Minggu (4/7), al-Hashd al-Shaabi dalam salah satu pernyataannya menjelaskan 25 pasukan telah berhasil menggagalkan upaya unsur-unsur ISIS untuk meledakkan tower-tower listrik provinsi Nainawa.
Dikutip dari al-Ayyam, pasukan al-Hashd al-Shaabi mengoperasikan strategi keamanan dan menemukan 3 paket bahan ledak buatan yang ditujukan untuk meledakkan salah satu tower listrik di Nainawa.
Krisis listrik, di musim panas ini, telah mencekik bangsa Irak. Mayoritas pakar mengindikasikan Amerika Serikat dan kelompok teroris ISIS sebagai aktor utama.
Baca Juga : Ini Alasannya Mengapa Kematian James C. Willis Dirahasiakan Pemerintah AS
AS Sebagai Pemenang Krisis Listrik Irak
‘Ada al-Khidran, salah satu anggota Parlemen al-Fath Irak, menegaskan, “Amerika adalah pihak pemenang dalam perang listrik Irak.”
Kepada al-Maalomah, al-Khidran menjelaskan, “Amerika sejak tahun 2003 hingga hari ini tidak pernah menyetujui program pengembangan sistem listrik, bahkan menghentikan aktifitas perusahaan-perusahaan Jerman dan negara lainnya. Semua hal ini menunjukkan bahwa Washington mengupayakan tekanan kontinuitas krisis listrik 40 juta warga Irak.”
“Menghancurkan sistem listrik dengan merobohkan tower bukanlah hal kebetulan. Akan tetapi itu adalah satu strategi yang telah dimanajemen oleh pihak Amerika demi mencuri kepentingan-kepentingan dari dampak krisis listrik,” tambahnya.
Diplomat Irak tersebut mengindikansikan adanya program serta manuver dalam perang listrik. Namun demikian, dirinya yakin bahwa strategi tersebut tidak akan pernah terealisasikan.
Baca Juga : Putra Netanyahu: Pemerintahan Baru Israel Berbahaya!
“Pasukan al-Hashd al-Shaabi harus terjun berperan lebih besar lagi dalam menjaga sistem listrik,” asanya.
Berkaitan dengan hal ini, salah satu anggota Komisi Minyak dan Energi Irak, Mohammed Abu al-Hil menegaskan, “Masalah listrik di Irak adalah masalah politik yang diatur oleh Amerika Serikat. Washington ingin melemahkan Irak dan mencegah kemajuan bangsa.”
Kepada Baghdad al-Youm, Abu al-Hil menjelaskan, “Amerika berperan dalam krisis kelam energi di Irak. Contoh terakhirnya adalah tekanan mereka ke perusahaan Jerman, Siemens agar segera keluar dari Irak.”
Masih terkait dengan masalah ini, pemerintah Irak hari Sabtu (3/7), menjelaskan beberapa korban dalam serangan ke jaringan listrik di berbagai daerah.
“Paling tidak ada 7 orang meninggal dan 11 lagi terluka. Serangan tersebut telah merusak sekitar 61 titik jaringan listrik nasional,” jelasnya.
Selain itu, kabar buruk juga tersebar dalam dunia maya tentang pengunduran diri Menteri Kelistrikan Irak, Majid Mahdi Hantoush, karena minimnya tenaga listrik kebutuhan Irak di musim panas.
“Perdana Menteri Mustafa al-Kadhimi telah menyetujui pengunduran diri ini dan secara resmi, PM akan mengumumkannya,” tambah pemerintahan Irak.
Baca Juga : Siapakah Sosok Pemimpin Hamas di Tepi Barat?
Bersamaan dengan pengunduran diri Menteri Kelistrikan ini, satu perusahaan listrik di selatan Irak, Selasa (29/6), mengabarkan penghentian operasi semua pembangkit di bagian selatan Irak tanpa adanya konfirmasi terlebih dahulu.
Pusat tenaga listrik Maysan menyatakan bahwa listrik di 4 provinsi: Dhi Qar, Bashra, Maysan dan al-Samawah putus.
Tower-tower listrik di daerah-daerah minim pasukan keamanan seperti Diyala, Kirkuk dan Salahuddin, paling rawan aksi perusakan ISIS. Sisa-sisa Daesh di daerah ini telah membangun operasi terkoordinasi untuk menjaga semangat-spirit dengan menekan dan mengancam hingga menambah ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah.