Apa yang Diincar Putin atas Rencana Rusia Menginvasi Ukraina?

putin

Rusia mengerahkan sekitar 100.000 tentara di dekat perbatasannya dengan Ukraina, menambah ketegangan antara dua negara bertetangga tersebut, serta meningkatkan ancaman invasi.

Sementara itu, intelijen Amerika Serikat menyebut bahwa Rusia sudah menyiapkan invasi dengan 175.000 tentara, dan militer Ukraina meski mendapat pelatihan dan peralatan dari AS, diyakini tetap sulit menandinginya. Jika terjadi perang Ukraina Rusia, tak hanya dua negara itu yang bakal terlibat, tetapi juga blok Timur dan Barat.

Peluang itu terbuka ketika Presiden Joe Biden mempertimbangkan mengerahkan beberapa ribu tentara AS, kapal perang, dan pesawat tempur. Dikutip dari The New York Times, Biden mengatakan, invasi Rusia ke Ukraina akan menjadi konsekuensi terbesar di dunia yang terjadi sejak Perang Dunia II. NATO pun diwanti-wanti oleh Rusia agar tidak melanjutkan ekspansi ke arah timur, dan tidak mengakui Ukraina sebagai anggotanya.

Lalu, kenapa Rusia dan Ukraina terancam perang dan apa yang diincar Presiden Vladimir Putin dari invasi tersebut? New York Times pada Senin (24/1) menyebutkan, pada dasarnya Putin sedang berusaha menyusun ulang batas-batas Eropa pasca-Perang Dingin, membangun zona keamanan yang luas, dan menarik kembali Ukraina, dengan paksa jika perlu. Ketegangan antara Ukraina dan Rusia sudah membara sejak 2013, ketika Ukraina berupaya menggulingkan presidennya yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych, dan militer Rusia memasuki wilayah Ukraina. Imbas dari kondisi tersebut, Rusia mencaplok semenanjung Crimea yang otonom pada 2014 dan mengobarkan pemberontakan separatis di Ukraina timur.

Rusia berdalih, aneksasi Crimea adalah untuk membela kepentingan warga berbahasa Rusia di sana. Akan tetapi, pencaplokan itu tidak diakui oleh sebagian besar negara. Tak lama kemudian, separatis pro-Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk di Ukraina mendeklarasikan kemerdekaan dari Kiev, sehingga memicu pertempuran yang sengit selama berbulan-bulan. Gencatan senjata sempat disepakati pada 2015 tetapi sulit ditegakkan. Perdamaian total tak kunjung didapat di tengah perang Rusia Ukraina yang menewaskan lebih dari 13.000 tentara dan warga sipil.

Menurut Putin, Ukraina pada dasarnya adalah bagian dari Rusia baik secara budaya maupun historis. Vladimir Putin yang kini berusia 69 tahun dan berada di senja karier politiknya juga disinyalir berniat memoles citranya dengan memperbaiki apa yang dilihatnya sebagai bencana abad ke-20, yaitu pecahnya Uni Soviet.

Ukraina, negara berpenduduk 44 juta orang yang sebelumnya tergabung dengan Uni Soviet dan berbagi perbatasan sepanjang 1.900 kilometer dengan Rusia, menurut Putin dapat meningkatkan kekuatan negaranya untuk bersaing dengan AS dan China. Putin, menurut New York Times, turut disinyalir berusaha meningkatkan dukungan nasionalis di dalam negeri, di tengah pandemi yang berkecamuk dan perekonomian yang tertatih. Pada 2021, Rusia juga dilanda demo anti-Putin terbesar dalam beberapa tahun oleh oposisi. Sementara itu, Rusia beralasan bahwa penempatan ratusan ribu pasukan di perbatasan adalah antisipasi ekspansi NATO ke arah timur, dan reaksi terhadap hubungan intensif Ukraina dengan aliansi tersebut. Dikutip dari ABC7 pada Minggu (23/1), NATO meningkatkan dukungan untuk Ukraina dalam hal persenjataan, pelatihan, dan personel.

Rusia pun menuduh Ukraina meningkatkan jumlah pasukannya sebagai persiapan merebut kembali wilayah Donbass, tetapi Kiev membantah tudingan itu. Pemerintah Ukraina menegaskan, Rusia tidak dapat mencegah Kiev membangun hubungan yang lebih dekat dengan NATO. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuding Rusia berusaha mengacaukan negara itu dan menyusun kudeta. Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba memperingatkan, kudeta terencana dapat menjadi bagian strategi Rusia menjelang invasi militer.

Ketegangan antara kedua negara semakin diperburuk oleh krisis energi Ukraina yang mendalam, dan menurut Kiev didalangi oleh Moskwa dengan sengaja. Pada saat yang sama, pemerintahan Zelensky sedang diterpa banyak rintangan di berbagai bidang, termasuk gelombang ketiga Covid-19 dan ekonomi yang terpuruk. Dilaporkan ABC7, banyak orang Ukraina juga tidak senang karena pemerintah belum memenuhi janji untuk mengakhiri konflik di timur negara itu. Demo anti-pemerintah pun sempat terjadi di Kiev. Sejauh ini peluang perang Rusia Ukraina masih terbuka dan belum ada pembicaraan yang membuahkan hasil positif.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *