Moskow, Purna Warta – Rusia secara umum memainkan peran yang sangat penting di wilayah Kaukasus, dan peran ini dapat dipengaruhi pula oleh upaya Turki untuk membawa perubahan geopolitik di wilayah tersebut.
Analisa politik Iran, Mehdi Poursafa mengatakan: Dalam perkembangan Kaukasus pada situasi apa pun dan dalam periode waktu kapan pun, peran Rusia tidak pernah dan tidak dapat diabaikan. Wilayah Kaukasus tidak diragukan lagi merupakan salah satu area utama keamanan nasional Rusia.
Sejak konflik Nagorno-Karabakh dimulai bahkan sebelum keruntuhan resmi Uni Soviet, baik Republik Azerbaijan maupun Armenia telah berusaha untuk mendapatkan dukungan Rusia dalam konflik tersebut. Sebaliknya, prioritas Rusia sering kali berusaha untuk mencegah pengaruh Barat dan Amerika di kawasan itu, terutama di Laut Kaspia dan Kaukasus. Hampir pada dekade pertama abad ke-21, Amerika Serikat melakukan upaya besar untuk ikut campur di wilayah Kaspia dengan dalih mengamankan wilayah ini.
Sementara itu, langkah-langkah baru oleh Ankara dan Baku untuk mengganggu tatanan geopolitik di kawasan itu, sampai batas tertentu, dapat mengubah keadaan sehingga dapat merugikan Rusia; Namun, tampaknya Rusia saat ini sedang dalam tahap menilai dan mempertimbangkan situasi.
Apa tujuan akhir Rusia dalam kaitannya dengan Turki?
Rusia telah melakukan upaya besar selama bertahun-tahun untuk menjaga Turki sejauh mungkin dari front Barat. Penjualan sistem pertahanan rudal S-400 ke Turki adalah bagian dari strategi ini. Sebuah sistem yang telah berulang kali berhasil mengancam Amerika Serikat yang telah menerapkan sanksi terhadap Turki dan menyebabkan pengusiran total Ankara dari program penting pembangunan pesawat tempur F-35; Sebuah program yang diharapkan Turki akan membantu membangun kembali angkatan udaranya. Sementara itu, Rusia terus menunjukkan minat untuk menjual peralatan militer baru ke Turki.
Namun, Rusia tidak bisa melupakan fakta bahwa Turki masih menjadi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Dengan adanya keretakan serius antara Turki dan Rusia karena masalah yang terjadi Suriah dan Libya, sangat tidak mungkin bahwa Turki akan mengambil langkah menuju pemutusan total hubungan dengan NATO.
Faktanya adalah bahwa Turki berutang posisinya saat ini, baik dalam ekonomi maupun dalam tatanan keamanan global pada kehadirannya di NATO. Jika kondisi keamanan berubah di dunia Internasional, mungkin Turki tidak akan pernah bisa mengambil keuntungan dari beberapa Kerja sama ekonomi sekarang ini, seperti arus besar investasi asing selama 20 tahun terakhir.
Turki juga memiliki jaringan komunikasi keamanan dan intelijen yang luas dengan anggota NATO, khususnya Amerika Serikat, yang digunakan Washington sebagai platform untuk mengumpulkan data penting di wilayah tersebut. Turki, misalnya, terus menyebarkan bagian dari sistem radar AS di wilayah tersebut untuk melawan segala jenis peluncuran rudal balistik di wilayah tersebut.
Pangkalan Udara Ingersoll, di sisi lain, adalah pusat strategis dan pangkalan udara AS yang paling penting di kawasan itu. Meskipun ada desas-desus di masa lalu tentang keinginan Turki untuk mengevakuasi pangkalan itu, Ingersoll masih aktif sebagai pangkalan AS dan tidak menunjukkan tanda-tanda berakhirnya aktivitas Amerika Serikat di sana. Bahkan tampaknya senjata nuklir AS masih berada di pangkalan beton Ingersoll ini.
Semua bukti ini cukup untuk membuat kita percaya bahwa ketergantungan Turki pada Amerika Serikat dan NATO sangat kuat, dan hal ini sangat mudah untuk menyelesaikan perbedaan politik mereka. Begitu juga ketergantungan ekonomi Turki pada Barat telah membuat rencana kemandirian ekonomi Turki menjadi sangat tidak berarti.
Turki telah melakukan upaya besar untuk mencapai kemandirian, minimal dalam hal-hal seperti energi dengan kerja sama Rusia, tetapi kenyataannya adalah bahwa dalam situasi saat ini klaim seperti itu tidak diterima oleh mereka. Perekonomian Turki sangat bergantung pada investasi asing dan uang panas untuk mengimbangi defisit yang disebabkan oleh meningkatnya impor, yang tanpanya mata uang lira akan jatuh lebih besar daripada saat ini.
Bahkan Rusia tidak dapat menutupi kelemahan ini. Namun, pertanyaan utamanya adalah dengan segala ketergantungan Turki ini, apakah Rusia dapat mengizinkan Ankara untuk ikut campur dalam masalah Kaukasus?
Tantangan Rusia di wilayah Kaukasus
Pengaruh Turki di Kaukasus dan wilayah Kaspia bisa menjadi contoh sempurna dalam penentangan terhadap kekuatan Moskow di wilayah tersebut. Sejak runtuhnya Uni Soviet, Rusia telah membuat langkah besar dalam mendapatkan kepercayaan dari negara-negara di kawasan itu, dan sementara itu Rusia sampai batas tertentu telah mencapai keberhasilan dalam upaya menanamkan kepercayaan tersebut.
Rusia, misalnya, telah mencapai banyak hal dari keberhasilan sebelum peristiwa di Ukraina pada tahun 2014. Armenia dan Ukraina telah menyerah pada tuntutan Moskow untuk tidak menerima perjanjian Uni Eropa dan malah bergabung dengan Uni Ekonomi Eurasia, yang telah dibuat, dipromosikan, dan didominasi oleh Rusia sendiri. Hubungan dengan Republik Azerbaijan sangat kuat tanpa adanya banyak usaha dari pihak Rusia, pemerintahan Georgia berusaha untuk menormalkan hubungan dengan Moskow meskipun Rusia mengakui kemerdekaan Abkhazia dan Ossetia Selatan.
Peristiwa di Ukraina pada tahun 2014 agak mengubah arah ini. Misalnya, Republik Azerbaijan bergerak menuju perluasan hubungan militer dengan Turki dan, seperti yang diharapkan, dapat memperoleh dukungan militer Turki dalam pertempuran Nagorno-Karabakh baru-baru ini. Georgia juga telah bergerak lebih serius untuk memperkuat hubungannya dengan Barat. Sekarang kehadiran Turki yang lebih serius di kawasan itu bisa menjadi babak lain dalam melemahkan kehadiran Rusia di kawasan itu.
Tentu saja, Rusia selalu menghadapi perimbangan lapangan yang rumit di Kaukasus, tetapi kali ini menjadi sedikit lebih sulit bagi mereka untuk membuat keputusan.
Ancaman Turki di Kaukasus
Ancaman terpenting yang dihadapi Rusia dalam situasi saat ini adalah perluasan pengaruh Turki sebagai anggota NATO di koridor Kawasan selatan. Bahkan, jika rencana Turki untuk mencaplok penuh Republik Azerbaijan melalui Armenia dilakukan, dapat diperkirakan bahwa Rusia akan memiliki masalah dengan Iran melalui perbatasan darat Armenia. Hal ini akan membatasi hubungan Iran dengan Rusia ke Laut Kaspia serta Asia Tengah, dan akan menghambat interaksi Iran-Rusia.
Selain itu, Armenia, sebagai negara yang secara historis mengandalkan dukungan Rusia di kawasan itu, akan berada dalam masalah. Kombinasi perkembangan ini akan menutup tangan Rusia di kawasan. Selain itu, perilaku Turki dalam berbagai kasus akan jauh lebih tidak bisa diperkirakan.
Setelah kekalahan dan kegagalannya dalam kasus Libya dan Suriah, Turki memiliki keinginan kuat untuk setidaknya meraih prestasi minimal di kawasan Kaukasus. Pencapaian ini, yaitu hubungan darat dengan Republik Azerbaijan, dapat mengimplementasikan rencana Erdogan untuk menjalin hubungan darat dengan koridor komunikasi dengan China tanpa melewati Iran, yang merupakan suatu nilai plus berupa keuntungan ekonomi. Tak ayal, jika rencana ini terwujud, perilaku Turki akan semakin agresif. Rusia telah melihat kemungkinan ini dan pihaknya akan mempertimbangkan banyak perubahan perilaku ini terhadap Turki.
Turki dan Republik Azerbaijan tidak diragukan lagi akan menggunakan masalah ini sebagai kartu truf dalam hubungan mereka dengan Barat dan Amerika Serikat, dan dapat membuka kaki mereka ke Kaukasus dengan lebih serius.
Semua ini secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi kepentingan Rusia di wilayah sensitif ini; Efeknya tidak diragukan lagi tidak hanya tidak positif, tetapi konsekuensinya dapat berlangsung selama bertahun-tahun.
Tentu saja, Rusia sejauh ini telah mencoba untuk mencegah ketegangan menyebar di wilayah tersebut, tetapi cepat atau lambat mereka juga akan bergerak ke arah membatasi pergerakan Turki di wilayah tersebut. Sementara itu, Iran dapat memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan Rusia. Kunjungan Menteri Luar Negeri Iran ke Moskow dapat dianggap sebagai langkah ke arah yang sama.
Mengacu pada pembicaraan antara kedua belah pihak, Amir Abdullahian mengatakan di Moskow: “Harapan kami dari pejabat Rusia adalah untuk bisa lebih peka terhadap kemungkinan perubahan perbatasan di wilayah tersebut dan terhadap kehadiran teroris serta gerakan rezim Zionis yang akan mengganggu perdamaian dan Stabilitas serta keamanan di kawasan sensitif tersebut.
Tidak diragukan lagi, Rusia juga secara serius akan memantau perkembangan di kawasan itu, dan kecurigaan tentang gerakan Turki di Kaukasus telah lama dipantau oleh Kremlin.