Purna Warta – Perundingan Arab Saudi dengan Republik Islam Iran adalah salah satu bagian dari sedemikian banyak kasus yang menjadi sorotan dunia. Perundingan diselenggarakan di medan Irak.
Kesempatan ini membuka pintu Saudi untuk menganalisa dan menguraikan beberapa jerat rantai masalah kepentingannya di Timur Tengah. Dengan demikian maka perang Yaman menjadi salah satu fokus topik pembahasan kedua belah pihak dalam konferensi senyap-senyap ini. Mereka berupaya membuka tirai problema dengan Tehran demi entas dari rawa.
Baca Juga : Iran Produksi Superprosesor Dengan Kemampuan 6 Triliun Operasi Per Detik
Iran menanggapi kepentingan Saudi ini dengan menegaskan bahwa dirinya bukanlah pihak penengah ataupun juru mediator. Di semua periode perundingan, Iran tidak pernah menempatkan diri sebagai wakil dari Yaman. Tehran selalu menekankan kepada Saudi, untuk menyelesaikan perang versus Yaman harus dilakukan dengan Sanaa sendiri, bukan Iran.
Hingga saat ini telah diadakan 4 periode perundingan. Dokumen informasi perundingan diserahkan ke pihak Dewan Tinggi Keamanan Nasional, sedangkan penanggungjawab perundingan adalah para wakil dalam pertemuan.
Sebagian pakar politik menyorot tuntutan Arab Saudi dalam perundingan ini. Saudi menuntut pembangunan satu jalan keluar dari tekanan Yaman dalam perang yang disulut sendiri oleh beberapa pihak Riyadh dengan dukungan Amerika. Kata kunci dalam perang Yaman adalah Saudi tidak ingin menghentikan perang dan duduk bersama pihak Yaman di dekat meja bundar. Bahkan Saudi mengaitkan masalah penghentian perang dengan masalah kemanusiaan.
Baca Juga : Lira Turki Terus Tunduk di Hadapan Dolar, Kemarin 15% Sekarang 3%
Sementara Sanaa meyakini bahwa masalah kemanusiaan, seperti pengangkatan blokade atas bangsa Yaman, tidak boleh dikaitkan dengan tuntutan politik Saudi dan Amerika Serikat.
Dalam artian yang lebih baik bahwa Amerika dan Saudi tidak boleh meraih apapun yang mereka targetkan dalam perang melalui isu-isu kemanusiaan. Ini adalah penegasan Sanaa.
Dari satu segi, pemerintah Penyelamatan Nasional Sanaa memiliki banyak poin yang menguntungkan. Kemenangan beberapa hari lalu di Ma’rib dan penarikan mundur pasukan Saudi dari al-Hudaydah serta agresi drone-drone ke titik-titik koalisi merupakan pukulan telak yang harus diderita Riyadh lebih dari sebelumnya. Arab Saudi tergeletak dalam tekanan.
Adapun Sanaa ingin segera menghentikan perang dan membuka blokade, karena tanpa pengangkatan sanksi dan blokade, bangsa Yaman tidak akan bisa bernafas dalam kondisi sekarat ini.
Baca Juga : Serangan Udara Koalisi Agresor Saudi di Ibu Kota Yaman
Terkait perundingan Saudi-Iran ini, pihak Tehran menyatakan bahwa Saudi sendiri yang memutus perundingan, jadi mereka sendiri yang harus menyelesaikan masalah ini.
Masalah urgennya adalah karena Saudi tidak mampu meraup keuntungannya dari pihak Iran, mereka menyatakan bahwa perundingan tidak menghasilkan apapun, akan tetapi harus diakui bahwa perundingan sangatlah transparan dan famili.
Adapun pakar politik mengatakan bahwa yang terjadi dalam perundingan ini adalah membangun beberapa pondasi untuk membangkitkan hubungan kecil Iran-Saudi.