Purna Warta – Beberapa petinggi Irak kepada al-Araby al-Jadeed (the New Arab) menjelaskan bahwa pemerintah Irak tidak memiliki bukti atau jalan untuk membuktikan klaim Kemenhan AS mengenai pengurangan jumlah tentara di Baghdad.
Christopher Miller, Administrator Kemenhan AS, dalam pernyataannya mengklaim bahwa nominal pasukan Pentagon di Irak telah berkurang sampai 2500 tentara.
Bahkan PM Mustafa al-Kadhimi, dalam salah satu pernyataannya di hari ulang tahun militer ke-100 Irak, mengatakan, Selasa (5/1), bahwa pasukan AS di Baghdad hanya tinggal ratusan.
Beberapa petinggi tersebut kepada al-Araby al-Jadeed mengakui, “Pemerintah Irak, Parlemen dan operasi gabungan militer Baghdad tidak memiliki jalan untuk mengetahui pasti adanya pengurangan atau tidaknya militer AS di Irak.”
“Ain al-Assad di al-Anbar dan Harir di utara Erbil adalah dua pangkalan utama Amerika di Irak yang bisa menampung hingga 7000 pasukan. Namun pemerintah Irak hanya bersandar pada laporan Amerika dan laporan tersebut juga tidak memuat foto, video ataupun hal lainnya sebagai bukti cukup,” jelas mereka kepada al-Araby al-Jadeed.
Mengenai cara untuk mengetahui adanya pengurangan atau tidaknya nominal pasukan, salah satu petinggi di kantor Perdana Menteri Irak menyatakan, “Kami tidak memiliki jalan pasti untuk menghasilkan keyakinan, kecuali kami diizinkan masuk ke pangkalan dan menghitung mereka, tapi hal ini mustahil.”
“Pemerintah hanya mengadakan pencocokan dengan yang diumumkan oleh Amerika. Itupun dikarenakan perjanjian yang terjalin dalam kunjungan PM al-Kadhimi ke Washington, terkhusus pasca pertemuan kedua dalam dialog strategis dua negara. Kami sepakati pengurangan jumlah pasukan AS secara bertahap dalam pertemuan ini,” tambahnya.
Jadi, menurut petinggi kantor Perdana Menteri ini, sangatlah wajar jika al-Hashd al-Shaabi meragukan dan mencurigai laporan Washington, “Karena mereka tidak akan menerima begitu saja keputusan Perdana Menteri.”
Salah satu anggota Parlemen Irak sekaligus anggota senior Kataib Ahl al-Haq, Odai Awad kepada al-Araby al-Jadeed, media asal Qatar ini menjelaskan, “Pemerintah Irak sangat lambat menangani pasukan Amerika dan tidak memuaskan tuntutan rakyat. Ada kecurigaan mengenai nominal penurunan militer AS dari Irak, khususnya pemerintah yang hanya mempercayai laporan AS, tidak menghitung langsung dan tidak ada jalinan perjanjian kedua pihak mengenai hal ini.”
“Pasukan AS di sini tidak diterima sama sekali. Mereka mengontrol penuh langit Irak. Mereka mengatur Irak sesuai arah peta yang mereka miliki, bahkan terkadang menghalangi kepentingan keamanan,” tambahnya.
Sementara Tahsin al-Khafaji, Jubir Komando Operasi Gabungan Irak, dalam wawancaranya dengan al-Araby al-Jadeed menyatakan, “Pasukan asing sekarang sedang berdiam di Irak. Mereka bukan militeris, jadi tidak butuh pada bukti media, foto, video dan hal lainnya tentang (jumlah) keluarnya mereka. Ini adalah aktifitas kontraksi biasa untuk tentara-tentara dengan pangkat berbeda-beda karena jasa yang mereka lakukan untuk Irak.”
“Memang ada satu ketentuan waktu mengenai keluarnya pasukan dan penasihat koalisi internasional anti-ISIS yang mereka patuhi. Sebelumnya, militer Irak telah mengambil kontrol markas-markas yang telah ditinggal oleh militer Amerika. Hanya sejumlah kecil non-militer yang tersisa, tapi mereka penasihat yang memberikan masukan tentang serangan udara dan pengembangan militer,” tambahnya.
“Militer Irak akan mengambil kontrol penuh kedaulatan Baghdad setelah ISIS habis. Ini bukan hal yang diumumkan oleh pemerintah Irak, tapi Pentagon sendiri yang berbicara,” jelasnya kepada al-Araby al-Jadeed.
Sarmad al-Bayati, pakar keamanan Irak, dalam hal ini menjelaskan, “Pemerintah Irak percaya akan laporan Duta dan Kedubes AS, yang pernah menegaskan tentang jumlah 5500 pasukan hingga pertengahan tahun lalu. Dan setelah kesekian kalinya, mereka mengumumkan penarikan pasukan hingga 2500.”
“Amerika tidak pernah melaporkan (aktifitas) keseharian pasukan mereka di pangkalan-pangkalannya di Irak dan pemerintah Baghdad juga tidak pernah tahu apa yang terjadi di dalam sana.”
Yang jelas, menurut al-Bayati, tidak adanya laporan harian ini adalah hak sah AS. “Tapi Komando operasi gabungan harus mengetahui apa yang terjadi di pangkalan militer sana. Jelas pasukan AS berkurang dan sebagian kendaraan bergerak ke arah utara Suriah.”
Jadi berapa nih???
Baca juga: Ansarullah Yaman: Pemboman Irak Adalah Pekerjaan AS dan Kelompok yang Didukung Saudi