Purna Warta – Kesepakatan yang dijalin oleh pemerintahan Sanaa dengan Kabilah-Kabilah Ma’rib terus bersambung tanpa putus, hanya menanti Kabilah Ubaidah dan dengan jabat tangan Kabilah Ubaidah ini, maka secara keseluruhan Ma’rib berada dalam alih dan kontrol Ansarullah.
Dikutip dari al-Akhbar, Sanaa menjamu puluhan sosok Kabilah Ma’rib dalam beberapa hari terakhir. Hal ini membuktikan ide sukses Abdul Malik al-Houthi, Pemimpin Ansarullah, untuk menghindarkan kota dari perang.
Pasca kontrol pasukan Militer dan Komite Kerakyatan Yaman atas wilayah selatan, barat daya, barat dan barat laut Ma’rib, para tetua Kabilah Jad’an, Murad, al-Ashraf dan beberapa petinggi Kabilah Ubaidah langsung mengunjungi Sanaa mencari perdamaian tanpa perang. Demikian al-Akhbar melaporkan.
Baca Juga : Resmikan Ilisu Dam, Bener-Bener Turki Ajak Ribut Tetangga
Keluar-masuk para petinggi Kabilah provinsi Ma’rib ini dilakukan setelah pemerintah Penyelamatan Nasional Yaman mengutus Komite Petinggi Kabilah-Kabilah Ma’rib bersama sekutu Ansarullah untuk menjalin kesepakatan dengan Kabilah-Kabilah sekutu Saudi, salah satunya Kabilah Ubaidah. Hal ini dilakukan pasca jatuhnya medan selatan Ma’rib secara keseluruhan dan blockade kota Ma’rib dari tiga arah oleh pasukan Sanaa.
Kesepakatan dengan Kabilah-Kabilah semakin banyak setiap harinya hingga nantinya akan mencakup Kabilah Ubaidah. Pertemuan dengan Kabilah Ubaidah dilakukan secara rahasia di lembah Ubaidah. Mereka takut Kabilah tersebut akan dibalas oleh koalisi Saudi.
Dengan semakin membesarnya keberpihakan Kabilah-Kabilah di Ma’rib ini, maka partai al-Islah (antek pemerintahan Abdrabbuh Mansur Hadi) semakin tersingkirkan di kota Ma’rib. Partai al-Islah akhirnya bereaksi dan menangkap beberapa warga dengan tuduhan kerjasama dengan Ansarullah.
Manurut laporan al-Akhbar, partai al-Islah mengoperasikan keamanan darurat di sekitar kota Ma’rib dan bersiap untuk perang dalam kota. Hal ini dilakukan pasca aksi beberapa pihak di Ma’rib yang menuliskan syiar-syiar Ansarullah di tembok-tembok kota. Hal yang menakutkan pihak partai al-Islah.
Baca Juga : Kesalahan-Kesalahan Erdogan
Menurut sumber di Ma’rib, partai al-Islah menyebarkan kampanye negatif menakut-nakuti warga Ma’rib agar tidak bergabung dengan pasukan Sanaa, bahkan masjid-masjid menjadi tribun kampanye mengancam ini.
80% Warga Ma’rib Telah Bergabung dengan Ansarullah
Dalam laporannya ini, al-Akhbar menuliskan bahwa hingga saat ini, sudah ada 80% warga Ma’rib yang bergabung dengan pemerintah Sanaa, yang hingga sekarang telah mengontrol 12 kota dari 14 kota provinsi Ma’rib. Hanya sisa 20% yang masih bergabung dengan partai al-Islah.
Survei tak resmi menyebutkan bahwa 85% Kabilah Ma’rib telah bergabung dengan pemerintah Sanaa. Mereka banyak berada di garis depan dan bertugas sebagai penjaga keamanan di kota-kota yang telah dibebaskan. Hanya tinggal 15% dari beberapa Kabilah yang bertemu di lembah Ubaidah yang masih bersama partai al-Islah.
Al-Akhbar melaporkan bahwa para petinggi Kabilah lebih memilih berdamai dari pada berperang melawan Ansarullah karena mereka juga memiliki kepentingan di dalam Ma’rib dan sekitarnya. Perundingan Sanaa dengan para Kabilah masih terus bersambung untuk tidak masuk dalam barisan koalisi dari Selasa hingga sekarang.
Baca Juga : Apakah Maryam Mengancam Prancis?
Al-Akhbar mengungkap beberapa bukti yang menunjukkan putus asa pasukan partai al-Islah untuk bertahan di Ma’rib.
Sumber di Ma’rib menjelaskan bahwa perdagangan di dalam kota sudah berkurang dan penjualan rumah serta toko-toko milik petinggi al-Islah juga semakin meningkat, karena mereka takut asetnya direbut Ansarullah.
Petinggi al-Islah juga telah memindah pusat keuangannya dari Ma’rib ke Hadramaut dan al-Mahra. Hal ini mengakibatkan pedagang di sejumlah money changer menukar uang cetakan pemeritahan Abdrabbuh Mansur Hadi, karena pemerintah Sanaa tidak menerima uang pemerintah Abdrabbuh Mansur Hadi.
Lanjut ❤