Purna Warta – Selama tahun kemarin, Ankara berupaya meraih keridhoan Israel dengan membuang syiar atau yel-yel dukungan terhadap Palestina dan menuju kerja sama politik dengan Tel Aviv.
Turki termasuk salah satu negara Islam yang mengklaim jadikan yel-yel dukungan atas Palestina sebagai salah satu dasar politik Timur Tengahnya. Kebijakan Turki terhadap Palestina harus dikupas dalam dua segi: Pertama dari segi ideologi dan kedua dalam lingkup politik praktis.
Baca Juga : Mata-Mata Barat Mencari Apa Dengan Mencuri Tanah Iran?
Segi ideologi Ankara hingga saat ini terkait Palestina dan dukungan mereka atas nilai-nilai al-Quds masih belum terasa perubahannya. Namun demikian, bahasa Ankara dalam menanggapi Israel masihlah lembut. Hingga akhirnya, kelembutan ideologi mengenai rezim Zionis ini mengalir dan memengaruhi praktis, lalu akhir-akhir ini, terasa putaran yang sangat tajam.
Pulang-pergi petinggi Israel ke Turki merupakan penampakan utama akan relasi Turki-Zionis. Kunjungan ini dibuka oleh Isaac Herzog dan kunjungan petinggi ini sudah dimulai sejak tahun 2008 hingga bulan-bulan terakhir.
“Hubungan antara Israel dan Turki mengalami pasang surut. Tapi kami tahu bagaimana untuk membangun hubungan ini sehingga mengejewantah dalam praktek dan ranah martabat. Relasi Israel dan Turki sangatlah urgen. Mungkin kami tidak sepakat dalam banyak hal, tapi kami akan berupaya untuk merekonstruksi kerja sama,” jelas Herzog di depan pers di bandara sebelum terbang berkunjung.
Tiga bulan kemudian, Yair Lapid, PM Israel yang kala itu masih menduduki kursi Menteri Luar Negeri, membuka pintu politik, keamanan dan perdagangan. Konferensi pers Yair Lapid bersama Menlu Turki Mevlut Cavusoglu berganti menjadi tribun anti-Iran hingga terdengar suara anti-Tehran Zionis dari Ankara.
Hal inilah yang membuat dunia analis dan pengamat Kawasan meyakini bahwa rezim Zionis dalam upaya mengadu Ankara-Tehran, yang dengan begitu, mereka berupaya menarik Turki masuk dalam lingkaran komplek koalisi Israel.
Baca Juga : Aturan Mining Cryptocurrency di Iran
Peningkatan Kerja Sama Politik Ankara-Tel Aviv
Pada tahun 2018, Tel Aviv dan Ankara mendeportasi masing-masing Dutanya. Setelah itu, Israel-Turki saling sahut menyahut menanggapi konflik Israel-Palestina. Tapi sekarang, kedua belah pihak kembali menghidupkan urusan kedutaan.
Sejak Turki mengusir Duta Israel karena serangan mereka ke Jalur Gaza dan keputusan Donald Trump memindahkan Kedubes AS dari Tel Aviv ke al-Quds Pendudukan, tepatnya sejak Mei 2018, Turki dan Israel tidak memiliki Duta di masing-masing negara. Namun bulan lalu, media Ibrani melaporkan upaya dua kedaulatan meningkatkan delegasi diplomat ke tingkat Duta.
Setelah Yair Lapid berkunjung dan membahas banyak urusan dengan petinggi Ankara, Turki langsung memperlihatkan hasratnya untuk mengembangkan relasi politik. Mevlut Cavusoglu, pasca pertemuannya dengan sekutunya Yair Lapid, menegaskan dimulainya upaya mengdongkrak delegasi diplomatik ke tingkat Duta. Sehingga laporan mengenai operasi senyap-senyap Mossad mengandung sisi lain dalam hubungannya dengan relasi Turki-Israel, seakan menunjukkan kerja sama kedua kedaulatan dalam keamanan yang ikut mengental.
Perdagangan, Istilah Israel Masuk Turki
Pada tahun 2019, Israel menurunkan aktivitas ekonominya karena pertarungannya dengan Palestina. 5 Juni Israel melaporkan pembukaan kamar ekonomi dan perdagangan dengan Turki dan upaya kedua negara untuk membuka pintu diplomatik yang sempat suram dalam satu dekade.
Surat kabar Timteng, Rai al-Youm dalam analisanya mengenai urusan ini memprediksikan, “Sepertinya setelah Erdogan membuka kran hubungannya dengn rezim Zionis, Israel langsung melangkah lebar dalam upaya menumbuhkan dan menguatkan relasinya dengan Turki dan perdagangan adalah password-nya.”
Menurut pengamatan Reuters, “Meskipun hubungan diplomatiknya suram, namun kedua belah pihak mempertahankan kerja sama perdagangannya. Dan Ankara hingga kini masih menjadi sekutu urgen ekonomi Israel. Kapasitas perdagangan dua kedaulatan pada tahun 2021 meningkat 30% sampai mencapai angka 7.7 miliar dolar.”
Di tengah perang Rusia-Ukraina, kerja sama Turki-Israel semakin marak, khususnya di bidang ekonomi. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan baru-baru ini dalam sebuah acara menegaskan bahwa Ankara ingin membicarakan eksploitasi gas alami dan pengirimannya hingga Eropa dengan Israel.
Mendukung Barat merupakan politik dua negara Turki-Israel hingga hal inilah yang menjadi salah satu pondasi kesamaan pandangan mereka. Menko Israel menyatakan bahwa lebih dari satu dekade, Tel Aviv ingin mengadakan konferensi pers bersama dengan sekutu Turki. Hal ini akan membantu meningkatkan aktivitas lebih dari 1500 perusahaan Israel yang sekarang aktiv ekspor-impor ke Turki.
Baca Juga : Kepala Nuklir Iran: Semua Negara Berhak Atas Teknologi Nuklir Damai
Analisa Pihak Palestina atas Kebijakan Turki
Meskipun Turki berusaha memperlihatkan diri sebagai pendukung Palestina di media, namun mereka sebenarnya telah menjauh dari syiarnya sendiri.
Kebijakan anti-Israel Turki kembali ke beberapa tahun sebelumnya, tepatnya ketika mereka mengecam langkah Israel dalam membangun ratusan pemukiman di Palestina Pendudukan.
Turki mengaku sebagai pendukung maknawi negara-negara Islam, tapi mereka tutup mata atas kejahatan Israel. Sekarang di tengah pertarungan Persatuan Medan Muqawamah Palestina, Presiden Erdogan hanya mengatakan di depan kamera media, “Tidak bisa diam menghadapi rezim pembunuh anak-anak.”
Setelah kunjungan Presiden Israel ke Turki, gerakan Muqawamah Islami Palestina (Hamas) menyayangkan kunjungan petinggi Zionis ke negara-negara Arab dan yang mengklaim Islam. Hamas menuntut semua negara penjamu ini untuk menutup pintu ke rezim Zionis agar tidak menembus Kawasan dan menjual kepentingan bangsa mereka.
Efek Peningkatan Hubungan Ankara-Tel Aviv
Kebijakan Turki terkait Israel, bahkan dengan Saudi maupun Yunani tidak direlakan oleh oposisi.
Salah satu partai oposisi bulan lalu menegaskan bahwa dia tidak akan meneruskan kebijakan Turki yang sekarang yang membakar api pertarungan dengan para tetangga.
Sambil melaporkan kritikan keras dalam negeri ini, surat kabar Middle East Eye menuliskan, “Turki dan rezim sementara Zionis setelah meminta maaf terkait insiden kapal tahun 2020, sejak saat itu menutup semua kasus dan hal inilah yang menimbulkan sensifitas dan kritikan dalam negeri Turki.”
Baca Juga : 3 Tentara Suriah Tewas dalam Serangan Udara Turki di Aleppo
Selain itu, banyak pula peringatan terkait aktivitas pedagang Israel di Ankara bahkan membuat khawatir rakyat. Yang perlu diperhatikan di sini adalah analis Israel yang mengakui keburukan aktivitas bisnisman ini. Mereka menjelaskan bahwa dukungan investor Yahudi dan Zionis atas Israel merupakan faktor utama jatuhnya mata uang Lira Turki. Banyak pihak yang mengingatkan keretakan ekonomi Turki dan mereka telah memperingatkan dampak-dampak buruknya.