Damaskus, Purna Warta – 5 operasi militer menyerang basis angkatan bersenjata Amerika Serikat di Suriah dan hal tersebut menjadi ancaman dari pihak muqawamah di timur Furat. Tombol klik anyar telah ditekan untuk melawan Washington agar Gedung Putih merubah peta politiknya di Damaskus.
Dikutip dari al-Akhbar, Suriah beserta sekutunya menyadari kekuatan Amerika dan kelemahan-kelemahannya dalam perang versus Damaskus sejak awal. Karena hal inilah, pemerintah bersama dukungan warganya mengambil manuver Muqawamah atau perlawanan dan ternyata mereka berhasil menundukkan agresi Amerika dengan serangan berat bertubi-tubi sampai mengusir pasukan Pentagon dari Damaskus.
Baca Juga : Hati-hati Ansarullah, Perangkat Spionase Israel Juga Menargetkan Anda
“Dalam beberapa bulan yang lalu, pemerintah Suriah terpanggil untuk memulai gerak tekanan melawan pendudukan Amerika Serikat di bawah gerakan kerakyatan. Satu gerak kerakyatan yang membendung masuknya pasukan Amerika ke tanah Suriah dengan lemparan batu. Ini adalah satu bentuk kontra dan anti kolonialisme Amerika dari bangsa Suriah. Gerakan ini membuahkan hasil yang sangat urgen hingga mendorong ke satu gerakan militer dan terbukalah kesempatan untuk mengoperasikan 5 serangan bersenjata,” tulis al-Akhbar mengamati faktor 5 manuver Suriah.
Ada empat operasi, menurut laporan surat kabar Lebanon tersebut, yang menyerbu ladang minyak al-Omar dan target serangan kelima menyasar ladang gas Koniko di provinsi Deir ez-Zor, timur Suriah.
5 operasi militer, yang telah mengikat kaki-tangan militer Amerika, membuktikan perkembangan drastis kekuatan Muqawamah dan transisi warna resistensi, yang sangat diprediksikan akan meningkat dalam beberapa hari ke depan hingga sampai titik di mana pasukan patroli Pentagon menjadi sasaran langsung senjata sebagaimana di Irak.
Suriah dan sekutunya tidak langsung mengambil tanggungjawab serangan, menurut laporan al-Akhbar. Tapi media kondang Lebanon tersebut mengamati bahwa diam ini adalah satu kaki kuda-kuda untuk mencegah segala jenis reaksi Amerika. Kedua adalah membuktikan bahwa serangan dilakukan oleh gerakan-gerakan kerakyatan, meskipun operasi dimulai dari titik kontrol pemerintah pusat Damaskus.
Baca Juga : Masih Tentang Spionase, Ternyata NSO Israel Akad Kerja dengan Saudi
Dengan demikian, maka pemerintah Suriah memiliki satu alasan kuat dan rasional akan operasi. Alasan tersebut adalah gerakan ini termasuk fakta gerakan anti kolonialisme dan pendudukan Amerika, menolak supresi ekonomi versus bangsa Suriah dan sebagai satu balasan akan pencurian-perampokan sumber kekayaan alam Damaskus.
“Mungkin ada satu kesamaan gambaran dalam operasi melawan Amerika di Irak dan Suriah. Dari sisi inilah, maka agresi dilakukan di bawah koordinasi gerakan-gerakan perlawanan atau resistensi rakyat untuk menciptakan satu perhitungan baru. Satu perhitungan yang cukup untuk mengguncang eksistensi Amerika di regional Timteng,” tulis al-Akhbar menganalisa lebih dalam.
“Saat ini, Amerika merasakan tekanan dan operasi yang semakin menajam di Suriah. Karena Gedung Putih telah meningkatkan waspada militernya dalam beberapa hari terakhir demi meredam bahaya seperti ini,” tambah al-Akhbar.
Dilaporkan bahwa Amerika terus mengirim perlengkapan dan pasukan bersenjata ke basisnya di Suriah dan menurut pengakuan sumber di lapangan, “Karena takut akan operasi roket yang mungkin diluncurkan di setiap kesempatan, situasi dan kondisi pangkalan militer Pentagon jadi sangat buruk.”
Baca Juga : Spionase Jurnalis dan Aktivis dengan Perangkat Israel, Begini Reaksi Uni Eropa
“Manuver tersebut telah menekan psikologis pasukan Amerika. Militer ini baru menghadapi serangan begitu berat untuk pertama kalinya semenjak pendudukan tahun 2015,” tambah al-Akhbar mengutip penjelasan sumber di lapangan.
“Manuver memaksa pasukan bersenjata Gedung Putih memasuki celah-celah desa sekitar untuk patroli dan bersih-bersih. (Karena) mereka terus merasa khawatir, para penyerang mungkin ada di desa-desa tersebut,” jelas sumber di lapangan kepada al-Akhbar.
Sumber al-Akhbar di lapangan yakin bahwa Amerika Serikat belum membalas serangan karena tahu dan menyadari bahwa setiap operasi militer ke pasukan Suriah serta sekutunya, akan langsung mendapatkan jawaban. Dan situasi akan terseret ke satu situasi medan militer yang sangat kompleks.
Dalam wawancara dengan surat kabar al-Akhbar, salah satu agen menjelaskan, “Yang terjadi adalah menciptakan satu pondasi militer dan politik atas kasus Suriah untuk realisasi kesepakatan pertama Rusia dan Amerika.”
Baca Juga : Di Tengah Isu Perang Minyak, Bin Zayed Temui Bin Salman di Riyadh
“Sukses koordinasi kedua belah pihak dalam masalah perbatasan telah membangun satu pemahaman medan. Dan serangan terakhir ke basis-basis militer Amerika, masuk dalam satu pemahaman tersebut,” jelasnya menambahkan kepada al-Akhbar.
“Tujuan dari manuver militer ke pangkalan Amerika adalah menambah tekanan ke Washington agar Amerika mengurangi supresi ekonomi dan menerima hak bangsa Suriah dalam menancapkan kedaulatannya,” tambahnya.
Sumber-sumber al-Akhbar memprediksikan bahwa di tahap selanjutnya, Washington akan mulai mengurangi boikot dan sanksi versus Suriah. Dengan begitu, mereka mendorong Damaskus menerima dan mengabulkan aktifitas para oposisi di kancah politik pemerintah.
Selanjutnya, al-Akhbar mengamati bahwa militan bersenjata Kurdi, yang bernama Pasukan Demokratik Suriah, menyadari bahwa mereka akan mengemban dampak negatif dengan keluarnya pasukan bersenjata Amerika dari tanah Suriah. Bahkan sekelas Farhad Shami, Direktur Informasi Pasukan Demokratik Suriah, menegaskan, “Kemungkinan ISIS-lah di balik serangan ke pangkalan koalisi internasional (pimpinan Amerika).”
Baca Juga : Undangan Protes di Hari Arafah, Warga Rusak Lukisan Raja dan MBS
Dari sisi ini, selain mendustasi dan menolak adanya gerakan kerakyatan anti-Amerika lalu menisbatkan serangan ke ISIS, Pasukan Demokratik Suriah juga menerima undangan perundingan Rusia dengan tergesa-gesa.
Terkait serangan ke medan gas Koniko, Farhad Shami menjelaskan, “Untuk menemukan pihak-pihak tersangka dalam operasi ini, kami akan membersihkan wilayah al-Azbah.”
Sementara al-Akhbar menulis, “Secara lahir, Pasukan Demokratik Suriah berupaya untuk mempertahankan dukungan Barat dan Amerika dengan menuduh ISIS di balik serangan. Dengan maksud mempertahankan Amerika di Suriah dalam waktu selama mungkin dengan alasan mencegah gerakan baru ISIS.”
Di akhir surat kabar Lebanon tersebut menjelaskan akan adanya beberapa bukti bahwa Amerika tidak menuliskan kasus Suriah dalam agenda utama. “Amerika berusaha menjalankan satu strategi di Suriah yang menolak agresifitas militer dan menekan kerugian serendah mungkin.”