Washington, Purna Warta – Sebuah think tank Amerika Serikat menekankan bahwa banyak pemerintahan di Timur Tengah telah meninggalkan strategi sia-sia untuk melakukan isolasi terhadap Iran, bahkan mereka mencari hubungan kerja sama dengan Iran. Pemerintah Amerika Serikat juga seharusnya meninggalkan strategi sia-sia ini, karena tidak lain strategi AS hanya akan memaksa Iran untuk melawan. Tekanan AS hanya bisa memperlambat saja, tetapi disisi lain bisa meningkatkan kemampuan ekonomi dan militer Iran, maka tinggalkan saja.
Baca Juga : Kongres AS Paksa Uni Eropa Untuk Masukkan Hizbullah ke Dalam Daftar Teroris
Dalam laporan analitis, Responsible Statecraft, yang berafiliasi dengan Quincy Institute for Responsible Statecraft, menulis: “Pendekatan yang biasa dilakukan Amerika Serikat dalam beberapa dekade terakhir adalah hanya bisa mengisolasi Iran. Tetapi isolasi ini dapat melumpuhkan keinginan Iran untuk de-eskalasi, disisi lain dapat meningkatkan semangat untuk melakukan kerja sama ekonomi dan mendorongnya ke arah kebijakan yang tidak diinginkan AS. Kebijakan AS terus memaksa Iran untuk meningkatkan ketahanannya terhadap tekanan asing, meningkatkan kemampuan ekonomi dan militernya, dan menghabiskan energinya untuk hubungan dengan pemerintah yang tidak ingin berpartisipasi dalam kampanye tekanan terhadap Iran.
Dengan mengubah strategi yang tidak efektif isolasi Iran ini dapat menciptakan peluang penting lainnya. Banyak pemerintah di Timur Tengah dengan jelas memperhatikan perubahan ini dan berusaha untuk terlibat secara diplomatik dengan Iran. Perubahan geopolitik Timur Tengah memperjelas bahwa akar utama ketegangan di kawasan itu sebenarnya kembali ke hal yang sama, yakni wabah yang mengganggu diplomasi regional, penolakan kerja sama dan isolasi. Negara-negara di kawasan itu secara bertahap menyadari bahwa jalur metode pengulangan ketegangan saat ini tidak akan stabil. Uni Emirat Arab sedang mempertimbangkan untuk mengirim duta besarnya ke Tehran. Sementara ada tekanan pada Riyadh untuk normalisasi dengan Israel, disisi lain Saudi melakukan interaksi diplomatik dengan Teheran. Perubahan sikap di antara para mitra Amerika Serikat ini seharusnya memberikan ruang yang tepat bagi para pembuat kebijakan di Washington untuk mempertimbangkan kembali sikap mereka yang menekan Iran secara maksimum, terutama dalam memikirkan keniscayaan konflik dan krisis di kawasan.
Baca Juga : AS Menuju Identifikasi Rusia Sebagai Sponsor Terorisme Negara
JCPOA adalah titik awal yang paling logis untuk mengurai ketegangan dalam hubungan internasional dan regional Iran untuk menciptakan kerangka kerja de-eskalasi di bidang regional lainnya. Semua negara anggota Dewan Kerja sama, termasuk Arab Saudi dan UEA, sekarang menunjukkan minat mereka untuk menghidupkan kembali perjanjian tersebut, meskipun ada beberapa keraguan awal.
Negara-negara Dewan Kerja sama Teluk Persia telah menyadari pentingnya menenangkan hubungan antara Washington dan Tehran dan memperhatikan potensi keuntungan politik, militer, dan ekonomi yang dapat diperoleh dari pelepasan sanksi Iran. Masalah ini harus dimasukkan dalam kebijakan Amerika Serikat terhadap Timur Tengah.
Joe Biden, dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Washington Post sebelum perjalanannya ke Timur Tengah, baru-baru ini mengakui manfaat dari Timur Tengah yang lebih aman dan saling terhubung, dan bagaimana “kawasan memainkan peran mendasar bagi perdagangan global dan rantai pasokan internasional”, serta ” sumber daya Energi regional yang sangat penting untuk mengimbangi efek perang Rusia terhadap pasokan global.” Dia juga mengakui bahwa kawasan itu bergerak lebih dekat melalui diplomasi dan kerja sama, bukannya dengan kondisi terkoyak karena konflik. Tetapi tampaknya kata-kata ini dikatakan tentang wilayah yang tidak termasuk Iran. Biden melanjutkan pendekatan isolasi dan sanksi berlapis selama beberapa dekade dan kebijakan pencegahan dan penekanan tambahan terhadap Iran. Pendekatan yang selama ini menjadi kendala utama kerja sama regional yang inklusif.
Baca Juga : DPR AS Loloskan Rencana Pelarangan Senjata
Jika JCPOA tidak dihidupkan kembali, sanksi sekunder Amerika Serikat akan tetap ada dan menjadi lebih parah. Washington akan sekali lagi melanjutkan kampanye tekanan maksimum terhadap Tehran. Situasi ini tidak hanya akan menghambat kemungkinan diplomasi regional, tetapi juga memiliki dampak yang luar biasa dan negatif terhadap perkembangan diplomatik dan ekonomi di kawasan. Dalam situasi seperti itu, tampaknya Washington ingin meningkatkan ketegangan dari berjalannya kemitraan di kawasan dan aliansi yang dirancang untuk mengisolasi Tehran. Ini berbahaya, tetapi pemerintah daerah belum memberikan banyak dukungan serius untuk itu. Wilayah ini memiliki pengalaman pahit dari eskalasi konflik militer pada 2019.
Apakah perjanjian nuklir bertahan atau tidak, Amerika Serikat perlu mempertimbangkan kembali kebijakan lama yang tidak efektif dengan mengisolasi Iran.