Washington D.C., Purna Warta – Frank McKenzie, Komando CENTCOM AS, terbang ke Irak dalam sebuah kunjungan rahasia. Satu hari setelahnya, ia mengunjungi Suriah dan di depan jurnalis mengungkapkan rasa bahagianya mendengar rencana pemindahan sebagian keluarga dari kamp al-Hawl, timur laut Suriah, ke negara asal.
Pasca kesumringahan Jenderal McKenzie, dunia warta diramaikan dengan pemberitaan kebijakan pemerintah Irak yang memutuskan untuk memulangkan lebih dari 100 keluarga dari kamp pengungsi al-Hawl.
Akan tetapi, kebijakan tersebut dibanjiri protes dan kritik dari rakyat, bahkan oleh politikus Baghdad sendiri. Sedangkan para wakil rakyat lainnya menyatakan bahwa realisasi kebijakan tersebut berada di bawah keputusan Parlemen.
Baca Juga : [VIDEO] – Kalah dari Gaza, Israel Akan Minta Dana Darurat 1 Milyar Dolar dari Amerika
Pesan-Pesan Peringatan Para Wakil Irak
Mohammad Karim, Wakil dari koalisi al-Fath di Parlemen Irak, pada Rabu (2/6), menegaskan dampak dari pemulangan keluarga teroris dari kamp al-Hawl, Suriah, ke Irak dan memperingatkan ancaman kembalinya terorisme ke Baghdad.
Dalam wawancaranya dengan al-Maalomah, Mohammad Karim menyatakan, “Kamp al-Hawl telah menampung beberapa pemimpin teroris dan keluarga mereka. Jadi kembalinya mereka ke Irak akan menjadi sebuah ancaman keamanan. Warga Irak melihat pemindahan teroris dari kamp al-Hawl ke tempat penampungan al-Jadah, selatan Mosul, sebagai bom waktu yang dapat meledak sewaktu-waktu.”
“Amerika memanfaatkan keluarga teroris di kamp al-Hawl sebagai senjata untuk merusak Irak, yang notabene adalah pihak anti politik Washington. Oleh karenanya, keputusan pemulangan harus diperhatikan benar-benar”, lanjutnya.
Badr al-Zayadi, salah seorang anggota Parlemen Irak yang berasal dari Komisi Keamanan dan Pertahanan, memperingatkan pemerintah Irak akan keputusan pemulangan keluarga ISIS ke Mosul.
“Keputusan seperti ini akan berdampak negatif ke semua lini Irak,” tegasnya. Ia menambahkan bahwa keputusan pemerintah ini menunjukkan tekanan Amerika kepada Iraq.
Abbas Sorut, anggota Komisi Keamanan dan Pertahanan Parlemen Irak, juga mengatakan, “Kamp pengungsi al-Hawl adalah satu masalah keamanan yang kompleks. Karena ideologi ekstrem keluarga di kamp, mereka masuk dalam daftar ancaman bagi Irak. Setiap keputusan yang dibuat untuk memulangkan mereka ke Irak, pasti memuat 3 bahaya sekaligus; ancaman pada keamanan warga setempat, kekhawatiran penyebaran ideologi ekstrim dan situasi panas dalam negeri Irak.”
“Pendapat warga eks pendudukan ISIS sangatlah jelas, seperti halnya Nainawa. Mereka pasti menolak pemulangan keluarga di kamp al-Hawl kapanpun dan dimanapun. Hal itu disebabkan karena pembantaian yang pernah dilakukan. Keputusan pemulangan keluarga-keluarga tersebut mengandung pesan negatif, ancaman dan masalah dan tentunya akan menghadapi penolakan rakyat,” jelasnya.
Shirwan al-Dubardani, Kepala Komisi Provinsi-Provinsi di Parlemen Irak, juga menegaskan bahwa pemerintah telah mengeluarkan keputusan ini tanpa musyawarah atau mengikutsertakan para Wakil provinsi Nainawa dan Komisi Keamanan.
“Kebijakan ini tidak akan berhasil,” tegasnya.
“Mengumpulkan lebih dari 30 ribu warga dari berbagai tempat di Irak, yang terjangkit paham ISIS di kamp al-Jadah, adalah bom waktu yang mengancam semua lini kedaulatan,” tambahnya lebih lanjut.
Baca Juga : Kekalahan Memalukan Netanyahu: Bennett dan Lapid Sukses Bentuk Kabinet
Ancaman Generasi Baru ISIS di Nainawa
Salah seorang analis militer Irak, Safaa al-A’sam, menyatakan, “Teroris di al-Hawl akan dipindah ke Irak. Dalam beberapa tahun terakhir mereka telah dicuci otak, sama seperti yang terjadi di penjara-penjara Bucca dan Abu Ghraib AS atas elemen-elemen ISIS sekarang. Hal ini akan melahirkan generasi yang lebih liar dan aktif dari kelompok teroris bernama al-Tauhid dan al-Jihad.”
“Rencana pemulangan teroris ini akan mendatangkan generasi baru dengan satu perbedaan bahwa adanya perempuan dan anak-anak akan merepotkan militer menghadapi mereka,” tambahnya.
Baca Juga : Kuburan Massal Anak-Anak Pribumi Ditemukan di Kanada, Trudeau Janjikan ‘Tindakan
Upaya AS menjauhkan Al-Hashd Al-Shaabi dari Perbatasan Suriah
Amir Abdul Munim, pakar keamanan Irak, menjelaskan upaya-upaya Amerika dan beberapa politikus untuk menjauhkan al-Hashd al-Shaabi dari perbatasan Irak-Suriah. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan menciptakan jurang di perbatasan sehingga hagemoni teroris di kamp al-Hawl terjaga.
“Ada satu rancangan yang berada di bawah pengawasan Amerika langsung. Para budak bayarannya di dalam Irak juga mengupayakan realisasinya dengan menargetkan pembangunan fondasi yang cukup untuk menghidupkan kembali teroris kamp al-Hawl di dalam kedaulatan Irak,” jelasnya.
Analis berdarah Irak tersebut menambahkan, “Amerika adalah aktor pemindahan pemimpin teroris ke Irak. Dan ada banyak bukti mengenai upaya AS dan antek-anteknya di dalam Irak untuk menjauhkan al-Hashd al-Shaabi dari perbatasan Irak-Suriah dan menciptakan konflik di perbatasan. Dengan begitu, maka teroris akan masuk Irak bebas dan lancar, bukan dari kamp al-Jadah di Nainawa.”
Pakar keamanan tersebut juga tidak menutup kemungkinan meningkatnya aksi-aksi terorisme menjelang Pemilu dengan mengincar pusat-pusat pemilihan umum dan pembersihan Kandidat, bahkan dia meyakini bahwa teroris akan menguasai beberapa tempat strategis di Irak.
Baca Juga : [VIDEO] – Siapa Naftali Bennett? Otak-Atik Biografi Kandidat Terkuat PM Baru Israel!
Lika-Liku Kamp Al-Hawl
Kamp pengungsi al-Hawl terletak di 15 kilometer perbatasan Irak-Suriah. Al-Hawl adalah kamp terbesar elemen ISIS Baghdad dan Damaskus, yang berada di bawah kontrol militan Demokratik Suriah aliansi Amerika.
Pertarungan perebutan daerah kontrol terakhir teroris versus Kurdi aliansi Amerika membuat ribuan unsur ISIS melarikan diri. Anggota ISIS yang tertangkap ditahan dan keluarga mereka dibawa ke al-Hawl.
Banyak laporan yang memperlihatkan loyalitas mereka terhadap ideologi ISIS. Loyalitas inilah yang membuat rumit pemulangan mereka ke negara masing-masing. Karena paham ekstrim mereka merupakan ancaman untuk negeri mereka.
Oleh karena inilah, para pakar dan analis melihat potensi besar kelahiran baru ISIS di kamp pengungsian ini. Al-Hawl menampung hampir 70 ribu pengungsi, mayoritas mereka, anak-anak dan perempuan bahkan dilaporkan bahwa separuh dari mereka adalah warga Irak.
Manajemen kamp al-Hawl, sebagaimana dilaporkan, menjelaskan bahwa hampir 40 ribu perempuan dan anak-anak ISIS dari 53 negara bermukim di penampungan ini. Negara-negara Eropa menolak pemulangan mereka karena potensi ancaman keamanan.