Purna Warta – Siasat pemerasan dijalankan Israel dengan menandatangani kesepakatan dengan salah satu perusahaan Amerika untuk eksploitasi gas dan minyak di daerah konflik versus Lebanon.
Beirut sedang berupaya memulihkan krisis ekonominya. Baru saja pusat poros Muqawamah membeli minyak dari Iran hingga mengusik pertanyaan apakah Hizbullah juga menyorot penyulingan sumber daya emas hitam Lebanon?
Israel tidak tinggal diam melihat upaya bertubi-tubi Lebanon dalam memulihkan kesehatan sumber cuan. Rezim Zionis baru saja menandatangani kesepakatan kerja dengan perusahaan AS untuk eksploitasi gas di kawasan sengketa dengan Lebanon. Para analis yakin bahwa ini adalah siasat supresi Tel Aviv untuk mencegah Beirut.
Al Jazeera melaporkan, 22/9, “Di tengah diamnya Israel, Halliburton, perusahaan AS khusus eksploitasi sumber energi, menyatakan, Tel Aviv telah memenangkan kontroversi penyulingan di perairan Mediterania yang menjadi sumber perselisihan versus Beirut.”
Sementara Kementerian Energi Zionis enggan mengeluarkan pernyataan terkait penjelasan perusahaan Halliburton tentang kesepakatan eksploitasi di laut Mediterania, yang bersebelahan dengan garis pantai Haifa.
Helliburton dalam kelanjutan pengumumannya di site menambahkan bahwa untuk penyulingan energi Zionis ini, mereka akan bekerjsama dengan perusahaan asal Yunani, Energean. Akan tetapi Helliburton tidak menyebutkan speksifikasi wilayah yang dimaksud.
Perundingan dan Perselisihan
Di bawah kesepakatan ini, maka dua perusahaan energi AS-Yunani bisa menggali 3 sampai 5 sumur untuk mengeluarkan gas di wilayah 160 km barat laut Haifa.
Semua aktifitas yang dibutuhkan akan ditanggung oleh Helliburton dan Energean, termasuk manajemen hingga kebutuhan peralatan. Sumber daya alam di kawasan dekat Haifa tersebut mengandung gas 60-80 miliyar meter persegi dan ditemukan pada tahun 2012.
Perundingan di PBB antara Tel Aviv dan Beirut yang ditengahi oleh AS membahas tentang kawasan 2290 km. pemerintah Lebanon menegaskan bahwa luas daerah tersebut seharusnya lebih dari yang disebutkan. Akan tetapi, sekarang yang dibahas hanyalah berkisar 860 km.
Setelah periode ke-5 perundingan, April 2021, AS sebagai perantara menyatakan bahwa Beirut telah menambah tuntutan.
Hizbullah
Tekanan AS-Israel ini dijalankan di saat Lebanon tengah berupaya memulihkan krisis ekonomi dalam negerinya, yang telah diperparah dengan pandemi Covid-19.
Antoine Shalhat, analis urusan Israel, menyatakan, “Lebanon mengarungi pengalaman pertama dalam sejarahnya. Instansi-instansi dalam negeri berada di ujung tanduk. Dan ini merupakan kesempatan emas bagi Tel Aviv agar mencuri start memperluas wilayah di perairan Mediterania dan wilayah energi dengan target tekanan dan pemerasan atas Lebanon serta memaksa pemerintah untuk mengurung Hizbullah.”
Dalam wawancaranya dengan Al Jazeera, Shalhat menjelaskan, “Badan-badan keamanan Tel Aviv dan institute keamanan rezim Zionis sangat mengkhawatirkan kemajuan kekuatan Hizbullah di Lebanon. Dan mengenai hal itu, mereka telah mewanti-wanti. Perkembangan tersebut sama dengan perkembangan Iran, dari sisi inilah, Israel harus mengebor sumber daya gas dan segera memetakan perbatasan laut demi menekan lebih besar Lebanon dan memblokade Hizbullah.”
Antoine yakin bahwa memberikan izin kepada perusahaan Amerika merupakan satu bentuk kesatuan taktik AS-Israel di Mediterania. Hal ini membuktikan bahwa Kabinet Tel Aviv kepemimpinan Naftali Bennett berupaya sinkronisasi keamanan dan politik dengan pemerintahan Joe Biden di semua ranah, termasuk masalah energi dan gas.
Penemuan Sumber Energi dan Konflik
Di dekade sebelumnya, penemuan sumber gas alami di wilayah timur laut Mediterania telah membuahkan gerakan-gerakan dan blok-blok aliansi. Hal ini telah memetakan garis permusuhan baru di Kawasan. Semua negara mengimpikan sumber yang lebih besar dan wilayah caplokan yang lebih lebar demi cuan gas dan minyak.
Salah satu analis Israel mengatakan, “Menyerahkan pengeboran gas di wilayah dekat Haifa kepada perusahaan Amerika merupakan siasat Israel untuk menjadi kekuatan Timteng kaya energi, terjun bertanding di medan internasional dan langkah ambisius untuk eksploitasi emas hitam dan gas. Meskipun hal itu dilakukan di saat dunia mengarah ke energi bersih.”
Di bawah dukungan AS di tahun 2019, terbentuklah aliansi Forum Gas Mediterania Timur yang tersusun dari negara-negara: Mesir, Siprus, Yunani, Israel, Italia, Yordania dan Otoritas Palestina.
Satu aliansi yang menunjukkan impian negara-negara regional untuk mengirim gas ke Benua Biru melalui pipa-pipa bawah tanah.
Memeras dan Memblok
Karena Lebanon tidak dalam keanggotaan aliansi tersebut, menurut analis Israel, Beirut khawatir akan aksi pemerasan dan blockade Tel Aviv.
Lebanon memilih jalan konfrontasi dengan Israel tentang pemetaan perbatasan laut dan medan gas-energi, dengan impian, SDA tersebut bisa menutupi krisis dalam negeri.
“Jika krisis tambah besar dan kekuatan Hizbullah tambah besar, maka Israel akan menekan lebih Beirut dengan penyulingan kekayaan alam di wilayah ini,” akhir analis Israel dengan upaya menabrakkan pemerintah Lebanon dengan Hizbullah.