Purna Warta – Krisis energi di Eropa memaksa Spanyol berupaya menyelesaikan pertarungan diplomatik dengan Aljazair. Namun para Wakil Parlemen Aljir menuntut Madrid untuk meminta maaf.
Para anggota Parlemen Aljazair menyatakan bahwa jika Spanyol ingin menyelesaikan perselisihan dengan Aljazair dan meningkatkan ekspor gas ke Madrid, pertama mereka harus mundur terkait wilayah Sahara Barat dan meminta maaf.
Baca Juga : PR Mary Elizabeth Truss di Kursi Perdana Menteri Inggris
Di tengah upaya Prancis dan Italia membangun relasi baik dengan Aljazair, Spanyol mengalami kendala besar. Padahal Madrid memiliki hubungan lebih baik dari pihak manapun di benua Eropa dengan Aljir dalam beberapa bulan terakhir.
Relasi Spanyol-Aljazair kelam pasca Pedro Sanchez, PM Spanyol, dalam pesannya di tanggal 19 Maret 2022 kepada Raja Maroko menuliskan, “Spanyol menganggap usulan tahun 2007 Maroko sebagai dasar untuk menyelesaikan masalah Sahara Barat.”
Aljazair merupakan pendukung berat front Frelisario atau Polisario. Satu gerakan separasi yang menuntut kemerdekaan Sahara Barat yang terletak di Maroko. Dari satu sisi, mereka telah disahkan oleh banyak negara, bahkan di Uni Afrika mereka memiliki kursi perwakilan. Namun negara Maroko hanya memberikan satu kepingan kecil wilayah luas Sahara Barat untuk mereka.
Perlu diperhatikan bahwa krisis Sahara Barat ini memiliki akar permasalahan di kolonialisme Spanyol. Pasca akhir penjajahan Madrid pada tahun 1975, orang-orang Mauritania mundur dari Sahara Barat setelah perangnya dengan kelompok Polisario pada tahun 1978. Namun Maroko mencaplok dua pertiga wilayah Sahara Barat.
Baca Juga : Ratu Elizabeth dan Warisan Tercela Kolonialisme Inggris
Yang jelas, pada bulan Maret kemarin, pemerintah Spanyol merubah haluan perhitungannya dalam sejarah dan memihak Maroko. Sontak Aljazair marah dan pada 7 Juni mereka menggugurkan perjanjian persahabatan dan memutus relasi pada bulan Oktober 2022.
Namun akhir-akhir ini Menlu Spanyol Jose Manuel Albares meminta hubungan persekutuan. Kamis pekan lalu, dalam satu konferensi pers di Sevilla dengan sekutu Portugalnya, dia menyatakan, “Perlu kiranya kedua negara menyelesaikan perselisihannya dan melewati pro-kontra.”
Berdasarkan laporan surat kabar Echorouk Aljazair, harus dikatakan bahwa pasca kelamnya relasi, kuantitas ekspor gas Aljazair ke Spanyol menurun 42% pada bulan Juni. Itupun di tengah situasi negara-negara Eropa mengalami krisis energi. Terkait musim dingin, mereka telah memberikan peringatan kepada warganya. Spanyol termasuk salah satu pengekspor gas terbesar dari Aljzair sebelum kasus ini, namun sekarang sudah menurun dan kran pipa al-Magharibi sudah ditutup berbulan-bulan.
Ali Mohamed Rabij, salah satu Wakil Parlemen Aljazair dalam akun twiternya mentweet, “Pemerintah Spanyol dengan kebijakan kontranya terkait Sahara Barat, telah melakukan kesalahan strategis, telah memukul hubungan bersejarahnya dengan Aljazair, di mana hal ini mengakibatkan kerugian ekonomi. Dari sisi lain, itu membuat Italia dan Prancis mendekati Aljazair lebih dari sebelumnya.”
Baca Juga : Debu 11 September Masih Berjatuhan di Atap Rumah Warga AS
“Dengan adanya kontinuitas aktivitas pemerintahan Madrid yang sekarang, tidak bisa berharap pada pemulihan hubungan seperti biasanya. Setelah pemerintahan terkini pergi, saat itulah bisa dibicarakan hubungan di tahap selanjutnya. Dalam berbagai bidang, Spanyol memiliki kedekatan dengan Aljazair lebih dari Prancis. Akan tetapi kebijakan terakhirnya terkait Sahara Barat, telah membuat relasi kelam dan ini masalah yang sangat sensitif bagi Aljazair,” terusnya.
Kepada media Sputnik, Ahmad Sharifi, eks Wakil Ketua Parlemen Aljazair, menegaskan, “Pernyataan terakhir pemerintahan Spanyol tentang Sahara Barat telah melangkahi resolusi PBB dan telah memukul hubungannya dengan Aljazair dengan buruk.”
Dia juga menambahkan bahwa Aljir membuka tangannya untuk relasi baik, namun selama Madrid tidak merubah kebijakannya terkait Sahara Barat, maka tidak ada kabar terkait normalisasi.
Eks Wakil Ketua Parlemen ini juga menyinggung bahwa Spanyol lebih memilih mengadakan pendekatan ke negara-negara Eropa lainnya untuk menekan Aljazair dari pada meminta maaf.
“Supresi seperti ini tidak akan membuahkan hasil,” sindirnya.
Baca Juga : Ketika Diamnya Sayid Hasan Nasrullah Bikin Penasaran AS-Israel
Berdasarkan laporan pajak Aljazair, kuantitas ekspor-impor dagang dengan Spanyol tahun lalu sudah mencapai 8 miliyar Dolar. Namun 7 bulan lalu, kuantitas ekspor gas Aljir ke Madrid hanya mencapai 24.0%, sedangkan tahun lalu 48%. Ini memperlihatkan penurunan hingga 50%. Menurut laporan Echorouk Aljazair, gas yang kemarin dijual ke Spanyol, akan disalurkan ke Italia.
Sebelum krisis diplomatik ini, Spanyol membeli gas Aljazair lebih dari yang tertulis di atas kertas. Berdasarkan isi resolusi, impor gas Spanyol dari Aljazair hanya 8 miliyar meter persegi. Namun Madrid juga mengimpor 2 miliyar meter persegi lebih dari kesepakatan. Jadi secara keseluruhan, 10 miliyar meter persegi. Bukti akan kebutuhan besar BBM Spanyol kepada Aljazair.
Selain Spanyol, negara-negara lain juga mengincar gas Aljir demi mengurangi krisis musim dingin melalui jalan tetangganya.
Berkaitan dengan hal ini, Presiden Prancis Emmanul Macron telah mengadakan kunjungan kedua kalinya ke Aljazair pada 27 Agustus 2022 kemarin demi mencoba peruntungannya menarik perhatian dunia Arab dalam bidang energi. Selama di Aljazair, Presiden Ammanuel Macron dalam konferensi pers, selain mengakui terdesaknya negara-negara Eropa dalam mencari pengganti energi Rusia, juga mengklaim, “Tema gas tidak membentuk definisi kunjungan Saya ke Aljazair. Kami tidak dalam situasi seperti sebagian negara, karena gas Aljazair adalah satu hal yang bisa merubah perhitungan.”
Baca Juga : Eropa Alami Kekeringan Terburuk Dalam 500 Tahun