Purna Warta – Presiden AS Joe Biden dalam pernyataan terbarunya menentang prakarsa damai China untuk mengakhiri perang di Ukraina. Biden menolak usulan Cina tersebut sebab menilainya hanya untuk kepentingan Rusia.
Penentangan langsung dan jelas Amerika Serikat terhadap prakarsa damai Cina dikemukakan Biden, karena Washington bertujuan untuk melanjutkan perang di Ukraina. Dari sudut pandang pemerintahan Biden, kemenangan Rusia dalam perang Ukraina, yang berada di sekitar NATO, akan berarti mendiskreditkan organisasi militer ini di tingkat regional dan internasional. Dampaknya akan membawa perubahan pada perimbangan keamanan, militer dan politik di kawasan Eropa yang merugikan Barat.
Baca Juga : Rusia Hentikan Pasok Minyak ke Polandia
Dalam wawancara dengan ABC, Biden mengatakan, “Putin memuji (usulan Cina) ini. Apa gunanya usulan tersebut. Saya tidak melihat apa pun dalam prakarsa ini yang menunjukkan bahwa implementasinya dapat bermanfaat bagi pihak selain Rusia,”.
Presiden AS Joe Biden dan pejabat tinggi militer dan keamanan pemerintahannya percaya bahwa perang Ukraina telah memberikan kesempatan unik dan tidak dapat diulangi untuk melawan Rusia sebanyak mungkin dan melemahkannya, yang akhirnya akan mencegah pembentukan penuh sistem multipolar. Oleh karena itu, mereka bertekad untuk mencegah Rusia memenangkan perang di Ukraina dengan cara apapun.
Dari sudut pandang Moskow, tujuan Barat melanjutkan perang ini untuk melemahkan Rusia sebanyak mungkin dengan tujuan akhir disintegrasi. Dengan cara ini, perang di Ukraina tidak akan berakhir pada tahun 2023, bahkan terus berlanjut dengan peningkatan bantuan militer dan senjata yang belum pernah terjadi sebelumnya dari Barat ke Kyiv. Penentangan AS terhadap prakarsa perdamaian Cina menunjukkan bahwa Washington pada dasarnya tidak ingin mengakhiri perang di Ukraina.
Sementara itu, Rusia mendukung prakarsa Cina untuk mengakhiri perang di Ukraina. Kementerian Luar Negeri Rusia dalam pernyataannya menegaskan, “Kami setuju dengan Cina bahwa setiap pembatasan di luar kerangka Dewan Keamanan PBB adalah ilegal dan dianggap sebagai alat persaingan yang tidak setara dan perang ekonomi,”.
Baca Juga : Ini Alasan Kunjungan Delegasi Parlemen Arab ke Suriah itu Penting
Poin penting dalam masalah ini mengenai posisi ambigu Ukraina dalam menyikapi prakarsa damai yang disodorkan Cina. Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba menganggapnya menarik, dan mengatakan bahwa setiap proposal asing harus sejalan dengan resolusi Majelis Umum PBB.
Menanggapi prakarsa perdamaian yang diajukan oleh Cina, Kuleba mengatakan,”Ada elemen dan prinsip yang disetujui, tetapi ada satu prinsip dalam usulan ini yang tidak disetujui, yaitu masalah pencabutan sanksi terhadap Rusia. Sebab, kami percaya bahwa sanksi adalah alat penting,”.
Dengan demikian, Ukraina, bersama dengan Amerika Serikat, sangat menentang setiap rencana perdamaian yang melibatkan pengurangan tekanan terhadap Rusia, termasuk pencabutan sanksi terhadap Rusia. Faktanya, dari sudut pandang para pemimpin Barat, bahkan dengan berakhirnya perang di Ukraina, sanksi terhadap Rusia tidak seharusnya dikurangi atau dicabut.
Pada hari peringatan setahun dimulainya operasi militer Rusia di Ukraina, Kementerian Luar Negeri Cina hari Jumat (24/2) menerbitkan 12 poin prakarsa untuk mengakhiri perang di Ukraina yang disebut “Inisitif Perdamaian” yang telah dipublikasikan di situs resminya.
Dalam inisitif ini, Cina telah menekankan dimulainya pembicaraan damai antara Moskow dan Kyiv, gencatan senjata, pencabutan sanksi Barat terhadap Rusia, adopsi langkah-langkah untuk memastikan keamanan fasilitas nuklir, pembuatan penyeberangan kemanusiaan untuk evakuasi warga sipil, dan langkah-langkah untuk menjamin ekspor biji-bijian.
Prakarsa damai Cina juga menyinggung masalah jaminan kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah semua negara, dan menyerukan diakhirinya “Mentalitas Perang Dingin”.
Baca Juga : Donald Trump Kecam Kinerja Joe Biden; Menyebutnya Bahaya bagi AS
Sejauh ini, pemerintah Cina belum secara resmi dan terbuka membela operasi militer Rusia di Ukraina, juga tidak mengutuknya. Beijing selalu menekankan kenetralannya terhadap perang di Ukraina. Tetapi pada saat yang sama mengatakan bahwa hubungan Cina dengan Rusia tidak akan memiliki batas. Cina juga mengkritik pengiriman senjata Barat ke Ukraina dan menggambarkannya sebagai upaya mengobarkan api perang.
Pada saat yang sama, mengingat posisi Amerika Serikat dan Ukraina yang menentang inisiatif perdamaian Cina, tampaknya kecil kemungkinan Beijing akan dapat menerapkannya.