Al-Mayadeen: AS Bukan Lagi Negara Adidaya

Al-Mayadeen AS Bukan Lagi Negara Adidaya

Purna Warta – Media warta al-Mayadeen dalam salah satu jurnalnya meyakini bahwa AS bukan lagi negara adidaya dan posisinya di Timur Eropa serta Timur Asia sudah mengalami kekalahan dan hal ini akan merubah dunia unilateral lebih dari hal apapun.

Dalam kesempatan ini, al-Mayadeen mengamati perkembangan situasi internasional, krisis Ukraina, dan konflik wilayah Taiwan lalu memprediksikan bahwa hegemoni AS sudah sangat guncang dan dunia unilateralisme sudah terpukul parah.

Baca Juga : Uni Eropa Pelajari Tanggapan Iran Terhadap Usulan Teks Tentang Kebangkitan JCPOA

Di awal media analisa ini menanyakan, di mana kedudukan Washington pasca perang Ukraina, yang menurut analis akan dimenangkan Rusia?

Kekalahan di Ukraina cukuplah untuk menggoncang semua pondasi NATO. Menurut pengamatan jurnalis al-Mayadeen.

Sambil menyindir masalah rudal Ukraina yang menghantam fasilitas nuklir Zaporizhzhia, al-Mayadeen menulis, “Apakah tidak ada analis serta pengamat yang tidak memikirkan bahwa Vladimir Zelensky mengeluarkan perintah pemboman fasilitas nuklir tanpa persetujuan langsung NATO ke unit-unit militernya? Pasti tidak ada satupun yang memikirkannya.”

Dengan dipimpin oleh Gedung Putih, NATO telah menyerang fasilitas nuklir yang memiliki bahaya ancaman ke Eropa bahkan dunia. Dari sini bisa dikatakan bahwa NATO telah kehilangan kesadaran dan otak pikirannya. NATO hanya bisa melakukan semua cara demi mencegah serangan Moskow di Kiev, khususnya Donbas, sekalipun keputusan tersebut akan menghancurkan negara-negara anggota.

“Dari sisi lain, apakah tidak ada satupun dari analis yang tidak meyakini kegagalan supresi ekonomi dan sanksi Barat atas Rusia? Atau dengan kalimat yang lebih tepatnya, apakah ada yang bisa mengingkari bahwa sekarang tangan penyelamat Eropa adalah tangan Rusia dan Putin-lah yang memutuskan apakah gas Eropa akan mengalir di musim dingin atau tidak. Sedangkan Barat telah terputus tangannya untuk mencari gas pengganti yang cukup,” tulis al-Mayadeen.

“Jika ingin berbicara realistis, untuk mengakhiri urusan Ukraina, Rusia sedikit mengalami pengunduran namun di saat yang sama mereka masih menyuntikkan kerugian, di mana hal ini berkaitan erat dengan masalah senjata mutakhir, intel keamanan dan medan perang yang diserahkan Eropa kepada Ukraina. Akan tetapi sejarah Rusia mencatatkan bahwa dalam perang eksistensi, tambah besar kerugian mereka diktekan, mereka akan menang. Di mata Rusia, Ukraina memiliki satu sisi eksistensi lalu detik ini juga, mereka telah memantapkan diri di bagian besar timur dan selatan Ukraina. Ini merupakan wilayah-wilayah yang sangat kaya alam dan pertanian, bahkan termasuk daerah strategis Ukraina,” tambahnya.

Ya, menurut pengamat al-Mayadeen, semua pertanyaan ini diambil dari realita. Ini bukanlah khayalan. Hari ini Amerika, sebelum berteriak menyerah di Ukraina, akan memberikan izin kepada Kiev untuk melempar batu terakhir, yaitu mengincar fasilitas nuklir Zaporizhzhia, fasilitas nuklir terbesar Benua Biru dengan harapan Rusia mundur atau takut.

Untuk Amerika, dalam pengamatan al-Mayadeen, melepas Ukraina sangatlah berat. AS tidak akan membiarkannya dengan begitu saja. Namun dari satu sisi, perkembangan situasi setelah perang Ukraina akan memihak Beruang Merah. Dan hal ini cukuplah untuk menggoncang semua pondasi NATO yang di atasnya mereka dibangun.

Di tengah situasi inilah harus dipertanyakan, kedudukan AS di dunia akan bernasib bagaimana?

Baca Juga : Pengumpulan Pasukan Tentara Turki untuk Operasi Militer Baru Lawan Suriah

Timur Asia, Bukti Lain Kemunduran AS

Membicarakan situasi Timur Asia, situasi yang mencekam Taiwan dan pertarungan AS-China, al-Mayadeen meyakinkan, “Ini adalah situasi di Eropa, di tempat di mana AS secara percuma berusaha untuk tidak meminum minuman pahit. Namun bagaimana situasi Timur Asia dan Timur Laut Samudera Pasifik, khususnya Taiwan dan laut China Selatan?.”

Jurnalis al-Mayadeen tidak yakin kondisi AS di Timur Asia lebih baik dari di Ukraina. Sesuai dengan pendahuluan cetakan ketiga buku putih, China telah memulai upaya mengembalikan Taiwan ke pangkuannya dan upaya ini diprediksikan hanya akan memakan waktu sedikit. Karena hal inilah, tidak aneh jika Negeri Tirai Bambu telah bermanuver cepat di sekitaran pulau dan selat Taiwan, sedangkan AS menarik mundur dan menjauhkan kapal induknya, USS Ronald Reagan ratusan kilometer agar tidak masuk dalam garis manuver militer China.

“Harus dicatat bahwa berdasarkan laporan strategi tahunan keamanan nasional AS, perhatian serta anggaran terbesar pertahanan digelontorkan untuk Timur Asia dan China. Meskipun demikian, kami tetap melihat kelemahan seperti ini yang mempertontonkan penurunan hegemoni di kawasan ini. Begitu pula, ketika kami menyorot situasi AS di Ukraina, bisa disimpulkan bahwa situasi unilateral dunia sekarang sedang mengalami penurunan, sedang merosot dan Washington kini bukan lagi negara adi daya seperti sebelumnya,” tulis al-Mayadeen.

Di akhir, analis al-Mayadeen menyiratkan sambutan yang didapatkan Joe Biden dalam kunjungannya ke Arab Saudi dan menuliskan bahwa untuk membuktikan nasib yang dialami AS sekarang ini, cukup kita ketahui bahwa kunjungan terbaru Presiden AS ke Arab Saudi, salah satu Pangeran menyambut Joe Biden di bandara. Adapun ketika kunjungan Xi Jinping, Presiden China, pribadi Putra Mahkota Saudi-lah, Mohammed bin Salman, yang menyambutnya dan hadir di bandara.

“China dan Rusia melihat AS sebagai kekuatan yang sedang menurun,” tegas Direktur Agen Intel Pertahanan AS (Defense Intelligence Agency) di depan Komisi Bersenjata CIA.

“Kemerosotan AS” yang memperlihatkan penurunan kekuatan geopolitik, militer, ekonomi, keuangan, sosial dan budaya Amerika, merupakan masalah yang telah diprediksikan oleh para ilmuan dan pemikir dalam negeri AS dan semuanya dan itu telah diyakini, ditegaskan. Menurut keyakinan banyak pengamat dan ilmuan, Gedung Putih bukan lagi negara adi daya tak tersaingi pasca keruntuhan Uni Soviet. Tahun demi tahun, terasa tanda-tanda keruntuhan AS.

Baca Juga : Klaim Normalisasi-Kontinuitas Pendudukan: Faktor Pencegah Kerja Sama Turki-Suriah

Hal ini juga dirasakan sendiri oleh penduduk dalam AS. Sebagai contoh, dalam satu survei tahun 2021, dari jumlah 1019 warga AS, ada 79% mengakui bahwa mereka telah merasakan AS yang mengalami keruntuhan. Paling tidak, ada 5 bidang yang mempertontonkan kelemahan kekuatan AS; militer, ekonomi, finansial, sosial dan budaya. Itu adalah penurunan kemampuan militer, masalah sosial, pengurangan anggaran, masalah ekonomi dan pemerosotan kemampuan perangkat lunak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *