Kabul, Purna Warta – Jatuhnya pemerintahan Ashraf Ghani dan kuasa Taliban atas semua wilayah Afganistan, kecuali Panjshir, merupakan satu perubahan strategis yang akan terasa dampaknya hingga beberapa tahun ke depan di Kawasan.
Memprediksi masa depan Kabul di potongan waktu terkini sangat tidak memungkinkan. Pengungkapan media Washington Post tentang pertemuan William Burns, Kepala CIA Amerika, bersama Mulla Abdul Ghani Baradar di ibukota Afganistan dengan gamblang memperlihatkan bahwa tarian seni Washington belumlah berakhir di Afganistan. Langit cerah Afganistan masih dalam bayangan Amerika.
Taliban hingga saat ini terus berupaya mendapatkan legitimasi internasional dan menjamah jaringan pemerintahan Ashraf Ghani di Kabul. Afganistan adalah satu negara yang telah bertahun-tahun menjalankan pemerintahannya dengan bantuan dunia internasional. Dengan demikian, maka memotong jaringan ke sumber-sumber luar negeri dan indikasi sanksi-sanksi finansial bisa berefek negatif dan luas dalam jangka pendek maupun menengah.
Di tengah perubahan ini, mungkin negara-negara tetangga, setiap satu dari mereka terdampak permainan besar di Afganistan. Namun begitu, hal tersebut akan sangat berbeda dengan dekade 80 dan 90-an. Kali ini ada aktor baru, yaitu China sebagai satu kekuatan yang sekarang mengaitkan perubahan di Afganistan dengan urusan keamanan dalam negerinya.
China-Afganistan, Dari Tetangga Biasa Hingga Perang Bersama Versus Uni Soviet
Relasi Afganistan dan China memiliki sejarah panjang. Paling tidak, ada bukti 4000 tahun kerjasama mereka dalam budaya dan politik. Relasi antara pemerintahan komunis China dan Afganistan juga telah terjalin pada dekade 50-an. Saat itu, China telah mendudukan diri sebagai satu kekuatan tandingan dalam persaingan dua negara adi daya, yaitu Amerika dan Uni Soviet.
Dekade 70 abad 20, saat Uni Soviet menjajah Afganistan, China menyebut strategi tersebut dengan ancaman atas keamanan nasional Beijing sehingga hal tersebut menjadi salah satu faktor penghalang relasi dengan Uni Soviet. Pada dekade 80-an, China termasuk dalam negara-negara yang mendukung perlawanan gerakan pejuang Afganistan melawan agresi Uni Soviet.
Meskipun sistem pertahanan China memiliki peranan lebih kecil dari peranan poros Barat, akan tetapi bekerja dengan itu lebih mudah dan sederhana, hanya butuh sedikit pelatihan. Dan mayoritas bantuan ini dikirim melalui Pakistan sebagai sekutu strategis.
Pada dekade 90, China hanyalah satu aktor non aktif di Afganistan yang berupaya menghadang upaya transfer ektrimisme dan terorisme ke Asia Tengah dengan bekerjasama dengan Rusia.
Yang Utama Bagi China, Ekonomi
Ketika Amerika pada tahun 2001 menduduki Afganistan atas nama mendukung Taliban perangi al-Qaeda, pemerintah China menghadapi satu perhitungan kompleks. Pertama eksistensi Amerika di Kabul bisa menjadi ancaman bagi Beijing. Dari sisi lain, aktifitas Taliban yang banyak membangun pondasi untuk gerakan-gerakan ekstrim, juga merupakan bahaya strategis untuk China.
Selama Amerika intervensi militer di Afganistan, China berusaha untuk terus mengembangkan ekonominya di Kabul. Contohnya adalah invenstasi dalam bidang pertambangan. Afganistan memiliki pertambangan bawah tanah yang sangat besar senilai 1000 miliyar dolar yang merupakan rayuan untuk setiap negara.
Pada tahun 2008, kelompok metalurgi China (MMC) dan Jiangxi Copper Company Limited menyewa pertambangan untuk ekstraksi sumber tembaga terbesar kedua dunia selama 30 tahun. Pada tahun 2011, perusahaan minyak nasional China (CNPC) mengajukan 400 juta dolar untuk menggali 3 ladang minyak selama 30 tahun.
Namun karena berbagai faktor, kehadiran China di Afganistan tidak lebih dari aktifitas investasi, itupun tidak sampai pada target. Pemerintah Ashraf Ghani tidak ingin menggunakan tawaran hutang China dalam skala besar. Afganistan hanya ingin sampai ke perairan hangat Teluk Persia melalui pelabuhan Chabahar, di mana India sebagai investor terbesarnya.
Namun sekarang semua perhitungan berbalik dan berubah sejak jatuhnya pemerintahan Ashraf Gahni dan penguasaan Taliban atas wilayah-wilayah Afganistan, meskipun Panjshir terkecualikan. Kini China menghadapi satu ujian besar.
Keluar Secara Bertanggungjawab
Bertahun-tahun China membangun kerjasama ekonomi dengan Pakistan. Koridor ekonomi China dibangun dari Pakistan dan pelabuhan Gwadar hingga laut Oman. Dari sisi lainnya, ada tol ekonomi lain dari negara-negara Asia Tengah ke arah Iran dan dari Tehran ke Ankara.
Ada pula prediksi jalan lain, sebagai pesaing Iran, yaitu dari Asia Tengah langsung ke Turki. Pendudukan Taliban di Afganistan telah membuat takut dan khawatir China akan ancaman-ancaman instabilitas atas jalur-jalur sutra ini.
Di satu sisi, badan intelijen China berprasangka buruk atas bentuk kerjasama Taliban dan Amerika. Hal inilah yang menyebabkan China memaparkan wacana keluar secara bertanggungjawab merespon metode keluar Amerika Serikat dari Afganistan. Akan tetapi faktanya di Afganistan adalah bukan keluar secara bertanggungjawab, akan tetapi keluar dengan menyisakan instabilitas dan kehancuran.
Yang jelas sejak lama China berusaha mengenalkan kerjasamanya dengan Taliban dalam bentuk politik terpisah, contoh upaya ini adalah pertemuan Menlu China dengan delegasi politik Taliban di Tianjin.
Dan sekarang pertanyaannya, ancaman apa yang dirasa China di Afganistan?
Pertambangan dan Koridor Bahasa Dua Negara
Afganistan-China memiliki perbatasan sepanjang 76 kilometer. Wilayah ini selalu bersalju dan tidak bisa dilewati kendaraan. Akan tetapi, China telah memulai proyek pembangunan jalan di wilayah ini yang bisa merubah situasi.
Satu tol indikasi dari Dalakhan hingga Herat, kemudian perbatasan Iran bisa menjadi koridor baru dan pendek untuk menyambungkan China-Iran dan Eropa. Selain hal ini, Afganistan juga memiliki satu pertambangan urgen dunia di bidang litium dan kobalt. Mungkin elemen ini tidak akan memiliki urgenitas strategis dalam jangka pendek, namun dengan berkembangnya mesin-mesin listrik, maka pemilik dua elemen ini akan berevolusi menjadi negara pengganti minyak. Kudeta tahun 2019 di Bolivia disebut sebagai kudeta penguasaan litium, ini adalah contohnya.
Kekayaan alam ini mengundang China agar lebih aktif di Afganistan. Khususnya kerjasama keamanan untuk menjamin keamanan koridor-koridor Beijing yang mengharuskan mereka menelusurinya dalam pemerintahan baru Kabul.
China menggunakan bahasa lembut dalam diplomasi ekonomi. Jika tekanan ekonomi Barat versus Taliban meningkat, maka China menjadi salah satu kedaulatan yang paling siap membantu Afganistan dengan seni dan keuangan mumpuninya. Sebagaimana Pakistan yang mengeksploitasi kelebihan ini dan Turki juga berhasrat meraihnya. Permohonan Taliban kepada Korea Selatan untuk aktif di pertambangan bisa menjaga impian China.
Beijing juga bisa melirik Selat Dalakhan, meskipun hingga kini hanya militer yang hadir di sana.
Start Permainan Besar di Afganistan
Persaingan Amerika dan China di Afganistan sangatlah mirip dengan permainan besar Inggris dan Rusia di Asia Tengah. Sejak dini sosok-sosok politikus seperti Josep Borrell telah memperingatkan manipulasi China dan Rusia atas hiruk pikuk situasi.
Jelas Amerika tidak akan berdiam diri dalam upaya menyuntikkan hegemoninya di Afganistan. Diprediksikan bahwa alat serta senjata paling mutakhir Amerika saat ini adalah perluasan instabilitas di Afganistan untuk mencegah gerak China. Siasat ini juga mungkin dilakukan oleh pemain-pemain lain.
Di lain pihak, China memiliki poin lebih yang mampu membuka perhitungan dengan semua pihak terkait urusan Afganistan. Salah satu kartu as China adalah keanggotaan Iran dalam Organisasi Kerjasama Shanghai. Fakta ini bisa menguatkan relasi Iran-China untuk meredam arogansi, di mana dalam kesempatan wawancara Presiden Iran dan China minggu lalu, keduanya telah menegaskan hal ini. Begitu pula Pakistan sebagai salah satu sekutu regional China yang memiliki pengaruh mendalam atas gerakan Taliban.
Meskipun Pakistan selalu menekankan bahwa mereka menganggap Afganistan sebagai kunci untuk relasi internasional, tapi keributan antara Pakistan dan Amerika lebih menarik Islamabad ke kerjasama dengan Beijing.
Apapun itu, pertarungan Amerika-China telah memasuki babak baru dengan perubahan-perubahan terkini. Mengalirnya berbagai pendekatan para aktor telah menyulitkan analisa. Harus menunggu gerakan mereka selanjutnya di atas ring.