Purna Warta – Presiden terpilih 2024-2029, Prabowo Subianto, menyambut langsung kedatangan Philip Victor James Rothschild, Chairman dari perusahaan manufaktur raksasa Volex Plc di Batam pada Minggu (4/8) lalu. Kedatangan Rothschild adalah untuk menghadiri peresmian pabriknya PT Volex Indonesia di Sekupang, Batam.
Dalam acara ini, turut serta juga Hashim Djojohadikusumo dan Gubernur Kepri Ansar Ahmad. Hadir juga Kapolda Kepri Irjen Pol Yan Fitri Halimansyah, Walikota Batam Muhammad Rudi dan jajaran staf manajemen PT Volex Indonesia.
Baca juga: Prabowo Beri Arahan ke Nakes yang Akan Berangkat ke Gaza
Peresmian pabrik ketiga Volex di Batam itu ditandai dengan penandatanganan prasasti oleh Prabowo Subianto dan Gubernur Kepri Ansar didampingi Nat Rothschild. PT Volex Indonesia merupakan bagian dari perusahaan Volex Global Company yang memiliki lebih dari 14.000 karyawan di seluruh dunia dan penjualan tahunan hingga USD 912,8 juta.
Dalam persemian perusahaan di Batam itu, Prabowo mengaku sebagai sahabat dekat Rothschild. Dia merasa bangga atas ekspansi perusahaan asal Inggris tersebut. Menurutnya, Volex terus menunjukkan tren pertumbuhan positif, baik dari sisi ekspansi usaha maupun perkembangan produksi.
Nat Rothschild adalah Baron Rothschild Kelima. Ahli keuangan kelahiran 12 Juli 1971 itu adalah seorang kapitalis kelahiran Inggris yang menetap di Swiss. Ia juga merupakan salah satu ketua Asia Resource Minerals PLC, sebuah kelompok sumber daya alam yang didirikan olehnya dan masuk dalam Pasar Saham London.
Siapa itu keluarga Rothschild?
Keluarga Rothschild adalah keluarga konglomerat, kapitalis dan bankir kaya raya Yahudi Ashkenazi yang berasal dari Frankfurt, Jerman. Keluarga ini menjadi penguasa keuangan dunia yang berpusat di Paris, Frankfurt, London, Wina dan Naples. Keluarga ini menjadi terkenal dengan Mayer Amschel Rothschild (1744-1812) yang menjadi Baron pertama keluarga Rothschild.
Bisnis keuangan dan perbankan Mayer Amschel Rothschild berdiri pada abad ke-18. Bisnis ini berkembang dan menjadi terkenal di bawah kepemimpinan lima putranya: Nathan Mayer, James Mayer, Salomon Mayer, Carl Mayer dan Amschel Mayer yang masing-masing di antara mereka tersebar di sejumlah kota yan berbeda di seantero Eropa.
Mayer Amschel meyakini bahwa dengan mempertahankan bisnisnya dalam keluarga ia dapat memastikan keberhasilan dan kemajuan bisnisnya di masa depan. Jangkauan bisnis keluarga Rothschild membentang dari perdagangan barang dan valuta asing, perbankan pedagang, perbankan swasta, manajemen aset, merger dan akuisisi, asuransi, modal ventura, pensiun dan investasi, utang negara dan komoditas.
Baca juga: Jumlah Penduduk RI Meningkat, Tembus 282,4 Juta Jiwa
Keluarga Rothschild terus memperluas jangkauan bisnisnya bahkan hingga saat ini. Rothschild juga berinvestasi dalam proyek-proyek infrastruktur besar seperti jembatan, terowongan dan rel kereta api. Salah satu proyek Rothschild yang paling terkenal adalah Terusan Suez. Meski begitu, Rothschild juga menjamah ke ranah bisnis lainnya seperti perhotelan, industri media, transportasi dan minuman keras.
Tak pelak, bisnis perbankan yang meliputi perbankan, proyek, industri dan jual beli saham ini membuat keluarga tersebut sangat berpengaruh di dunia ekonomi dan perbankan global hingga menjadi salah satu keluarga terkaya di dunia. Berkat kekayaan itu pula, keluarga Rothschild mampu mempengaruhi sejumlah negara bahkan kerajaan, bukan hanya di negara dunia ketiga melainkan pula negara dunia pertama seperti negara-negara Eropa.
Nat Rothschild sendiri sebenarnya bukan orang asing dalam dunia investasi di Indonesia. Dia pernah berkongsi dengan keluarga Bakrie melalui Bakrie & Brothers pada perusahaan batu bara, Bumi Plc. Namun kongsi mereka pecah karena buntut dari skandal ‘bolongnya’ laporan keuangan yang mencapai USD 200 juta pada tahun 2012 lalu. Nat Rothschild kemudian dikabarkan hengkang dari perusahaan tersebut.
Kaitan Keluarga Rothschild dengan Israel dan Konflik Palestina
Keluarga Rothschild tercatat sebagai bohir pembangunan pemukiman Yahudi di Palestina sejak menjelang jatuhnya Kesultanan Ottoman. Keluarga Rothschild bersama dengan Lembaga Dana Moneter Nasional Yahudi (Kirin Kaimit) yang didirikan oleh organisasi Zionis internasional berperan dalam proses pendudukan Yahudi di tanah Palestina.
Meski begitu, ternyata tidak semua anggota keluarga Rothschild mendukung gerakan Zionisme. Ada juga anggota keluarga lainnya menentang pembentukan negara Yahudi di tanah Palestina. Pada tahun 1917, Walter Rothschild, Baron Rothschild ke-2, adalah penerima proposal Balfour untuk pembentukan rezim Zionis, yang pada gilirannya memberi komitmen pada pemerintah Inggris untuk mendirikan sebuah tanah air nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina.
Setelah kematian James Jacob de Rothschild pada tahun 1868, putra tertuanya Alphonse Rothschild mengambil alih pengelolaan bank keluarga dan merupakan yang paling aktif dalam mendukung pembentukan rezim Zionis. Arsip keluarga Rothschild menunjukkan bahwa selama tahun 1870-an keluarga tersebut menyumbang hampir 500.000 Franc per tahun atas nama Yahudi Timur untuk organisasi Yahudi internasional di Paris, Alliance Israélite Universelle.
Baron Edmond James de Rothschild (dikenal di Israel sebagai “Baron Rothschild” atau “Sang Dermawan” oleh rezim Zionis, merupakan putra bungsu James Jacob de Rothschild. Ia adalah donatur pembangunan pemukiman permanen pertama di Palestina di Rishon-LeZion (1882). Dia juga memberikan dana untuk pendirian Petah Tikva sebagai pemukiman permanen di tahun 1883. Secara keseluruhan, dia membeli 2-3% tanah dari tuan tanah Ottoman.
Baca juga: Yaman Tegaskan Komitmen Mereka Dukung Rakyat Palestina
Setelah Baron de Hirsch meninggal pada tahun 1896, Asosiasi Kolonisasi Yahudi (ICA) yang didirikan oleh Hirsch mulai mendukung penyelesaian pendudukan tanah Palestina (1896). Baron Rothschild mengambil peran aktif dalam organisasi tersebut dan mentransfer kepemilikan tanah Palestina-nya serta 15 juta franc ke dalamnya. Pada tahun 1924, ia mereorganisasi cabang Palestina ICA menjadi Asosiasi Kolonisasi Yahudi Palestina (PICA), yang memperoleh lebih dari 125.000 hektar tanah dan mendirikan usaha bisnis di sana.
Keluarga Rothschild juga memainkan peran penting dalam pendanaan infrastruktur pemerintahan rezim Zionis Israel. James A. de Rothschild membiayai pembangunan Knesset sebagai hadiah untuk Israel. Gedung Mahkamah Agung Israel merupakan hibah yang disumbangkan ke Israel oleh Dorothy de Rothschild.
Dalam wawancara dengan Haaretz pada tahun 2010, Baron Benjamin Rothschild, yang merupakan anggota keluarga perbankan yang berbasis di Swiss, mengatakan bahwa dia mendukung proses perdamaian Israel-Palestina: “Saya mengerti bahwa ini adalah bisnis yang rumit, terutama karena fanatik dan ekstremis – dan saya berbicara tentang kedua belah pihak. Saya pikir Anda memiliki orang-orang fanatik di Israel. … Secara umum saya tidak berhubungan dengan politisi. Saya pernah berbicara dengan Netanyahu. Saya pernah bertemu dengan menteri keuangan Israel, tetapi semakin sedikit saya bergaul dengan politisi, semakin baik perasaan saya.”
Karena perselisihan dengan otoritas pajak Israel, Baron Rothschild menolak mengunjungi Israel. Tetapi jandanya Ariane de Rothschild sering mengunjungi Israel di mana dia mengelola Yayasan Caesarea. Dia mengatakan: “Sungguh menghina bahwa negara (Israel) meragukan kami (karena Baron Rothschild enggan datang). Jika ada keluarga yang tidak perlu membuktikan komitmennya terhadap Israel, itu adalah keluarga kami.”