9 Dikte Muqawamah Palestina atas Israel

9 Dikte Muqawamah Palestina atas Israel

Purna Warta – Kemenangan Muqawamah Palestina atas Israel telah mementaskan perhitungan baru khususnya dalam masalah perang, faktor dan waktu. Ada banyak perubahan baru yang didiktekan dalam peta di al-Quds.

Arabi21 melansir sebuah analisa perang Gaza-Israel dan menulis, “Sebelumnya sudah ada 3 perang antara front resistensi di Gaza dan rezim Zionis, namun dalam sejarah adu senjata dua pihak, baru kali ini ada faktor penyebab yang tidak sekedar terkait dengan Jalur Gaza, ada faktor lain di belakang perang. Hal inilah yang memetakan satu perhitungan baru bersamaan dengan intifada di seluruh Palestina dan kentalnya solidaritas dunia Arab. Perhitungan ini telah menjadikan proyek pecah belah penduduk Palestina oleh Israel gagal.”

Arabi21 lebih lanjut menelisik satu-persatu dikte strategi yang dipetakan dalam perang 12 hari Israel-Gaza kemarin.

Urusan Palestina Kekal dan Mustahil Dihapus

Kemenangan Muqawamah adalah untuk al-Quds dan perlawanan mereka atas arogansi rezim pendudukan di Gaza. Ini adalah hal yang membuat urusan Palestina kembali ke posisi teratas hierarki bab-bab dunia Arab dan Islam. Satu situasi yang hanya terlihat sekali dalam sejarah Palestina yaitu di Youm al-Nakba tahun 1948.

Urusan Palestina telah menjadi poros dan pusat perhatian dunia Arab dan Muslim. Meskipun dalam beberapa tahun terakhir tergelincir dari posisinya karena situasi panas regional, perang Suriah dan Libya, krisis politik Yaman, Irak, Lebanon dan lainnya.

Salah satu catatan kemenangan Muqawamah, menurut Arabi21, adalah kembalinya urusan Palestina ke puncak pemberitaan media-media dan kancah politik dalam dan luar negeri. Padahal sebelumnya, tepatnya ketika normalisasi terajut antara Israel dan beberapa negara Arab, Tel Aviv telah meraih suara mayoritas internasional hingga menyingkirkan masalah Palestina.

Dalam perang media dan opini-opini dunia, bab Palestina juga menyalip Israel. Kemenangan juga terpampang jelas di dunia maya. Dengan demikian, maka terpaparlah peta dan perhitungan baru dengan bukti pernyataan-pernyataan negeri Benua Biru dan Paman Sam, baliknya opsi diplomasi internasional, pulangnya hak-hak Palestina dalam pemerintahan beserta legalitas mereka dan tuntutan-tuntutan untuk kembali ke meja perundingan.

Palestina dan Status Quo

Revolusi lainnya dari kemenangan ini adalah kegagalan upaya-upaya Israel dalam politik indentitas (Yahudisasi) di al-Quds dan Masjid al-Aqsa yang memiliki status quo sebagai bagian dari rancangan pendudukan dan perampasan tanah.

Kegagalan ini dibuktikan jelas dengan api kemarahan intifada warga di semua penjuru Palestina, dari al-Quds hingga Tepi Barat, wilayah pendudukan 1948, Gaza dan mencoloknya solidaritas-persatuan nasional di tengah proyek pemisahan geografi dan sosial oleh tangan rezim Zionis.

Fakta ini menunjukkan bahwa Palestina menolak situasi yang ada yang terus didiktekan oleh rezim Zionis bertahun-tahun.

Rutinitas pertikaian setiap hari penduduk Palestina versus militer dan Yahudi ekstrim, kontrol dan monitor militer Israel di sebagian besar wilayah termasuk Tepi Barat, al-Quds timur dan penangkapan warga yang jadi lumrah, semuanya ini seakan memperlihatkan kekalahan dan ketundukan Palestina atas situasi yang ada.

Akan tetapi dalam sorot analis Arabi21, kemenangan Muqawamah telah membalikkan isu ketundukan Palestina akan dikte keseharian Israel. Palestina tidak pernah tunduk pada tekanan.

Keamanan dan Kemenangan

Kemenangan dan perkembangan Muqawamah ini telah menutup kemenangan Israel dalam perang selanjutnya. Semua pihak Palestina, Arab dan aktivis telah mendeklarasikan kemenangan di masa-masa mendatang, karena mereka telah merasakannya sendiri bahwa ini adalah hal mudah dan bukan khayalan.

Normalisasi Gagal Total

Sempat berderu ombak normalisasi sebagian negara Arab dan rezim pembantai. Sempat terselimuti pesimistis akan pesan dan efek normalisasi. Akan tetapi perang kemarin menyeruak dan kemenangan diraih di atas telapak tangan solidaritas dunia dan persatuan Arab atas gerakan resistensi Gaza.

Upaya normalisasi untuk menjauhkan bangsa dari norma-norma Palestina telah hancur. Syiar “Palestina Bukan Hanya Masalahku” tidak bisa dihapuskan oleh media dan pasukan cyber mereka.

Yel-yel budak normalisasi yang berkata “Palestina Menjual Tanahnya” telah terungkap faktanya. Palestina telah membuktikan fanatiknya dan membuat dunia terbenam hanyut.

Kemenangan telah menyingkap tabir wajah Zionis yang dipromosikan negara-negara normalisasi. Kemenangan dirampas dari pihak dengan berbagai fasilitas. Kemenangan Muqawamah meneriakkan anti-normalisasinya ke telinga dunia, bertolak belakang dengan klaim Josep Borrell yang menyatakan bahwa normalisasi menyiratkan sebuah pesan di benak petinggi Zionis bahwa kasus Palestina telah ditutup.

Kemenangan ini telah menuntut negara-negara anggota normalisasi ataupun yang berniat normalisasi sedikit lemah dan simpuh malu.

Migrasi Paksa

Politik migrasi paksa ditingkatkan oleh petinggi Zionis dalam beberapa waktu terakhir. Penduduk Sheikh Jarrah menghadapi manuver migrasi paksa beberapa hari ini. Tapi kemenangan Muqawamah telah mengendorkan politik migrasi paksa. Mereka terpaksa mundur karena digdaya Muqawamah.

Menurut pengamatan Arabi21, saat ini Sheikh Jarrah telah berada di hadapan mata semua penduduk dunia. Dengan lensa jeli dan warna solidaritas, kasus Sheikh Jarrah diamati oleh sosial internasional. Ini menunjukkan aib Israel. Dan kasus ini akan terus meluas hingga kasus Batin al-Hawa, Silwan, di mana saat ini warga Palestina telah menebar insiden-insiden di Batin al-Hawa dan menuntut dukungan dunia.

Israel-isme Gagal

Peta yang baru digariskan oleh kemenangan front resistensi adalah kegagalan Israel-isme. Sudah bertahun-tahun Tel Aviv mendiktekan persamaan derajat dan sosial dengan Palestina. Dunia dipaksa yakin dengan aturan dan norma baru Palestina dengan meyakinkan bahwa Israel akan memberikan kewarganegaraan kepada Palestina secara umum dan sama.

Proyek ini sedikit banyak direalisasikan di Palestina Pendudukan 1948. Mereka memberikan kewarganegaraan Israel kepada penduduk Palestina 1948. Dengan bahasa lain, politik Yahudisasi Palestina pasca Yahudisasi tanah air menjadi Israel.

Di bawah proyek Israel-isme, Zionis berupaya menjamah ranah pangan, pertanian, geografi, kesehatan, energi dan transportasi Palestina hingga akhirnya tak tersisakan sampai kancah keamanan, pendidikan dan semua sisi-sisi urgen kehidupan sosial.

Akan tetapi proyek dan peta Israel-isme ini gagal total karena dukungan Palestina Pendudukan 1948 dan al-Quds kepada Muqawamah.

Senjata Sebagai Reaksi Pembalasan

Analis Arabi21 meneruskan bahwa reaksi pembalasan Gaza atas rezim Zionis telah menggariskan opsi baru hingga menumbuhkan satu hadiah nasional untuk pertama kalinya dalam sejarah Palestina, sehingga berdirilah aksi pembalasan pada tanggal 18 Mei 2021.

Perang disulut karena banyak faktor yang hanya berkaitan dengan reaksi Hamas dan rezim pendudukan Zionis, seperti blokade abadi dan teror petinggi Muqawamah dan militer. Namun perang terakhir diasaskan pada dukungan Muqawamah atas konflik Sheikh Jarrah dan bantuan Gaza pada al-Quds, berkaitan umum dengan Palestina nir batas dan tanpa pecah belah.

Kewajiban Relasi dengan Hamas

Perang kemarin telah memaksa pihak-pihak Eropa, Amerika dan Arab untuk memasukkan Hamas dalam jaringan politik di kancah internasional.

Angela Merkel, Kanselir Jerman, telah melakukan hubungan telpon dengan Hamas. Ini membuktikan Hamas yang telah mendunia, mengumumkan bahwa Hamas salah satu pemain dunia dalam hal Palestina.

Kanselir Jerman tersebut mengiyakan kabar telpon tak langsung dengan pihak Hamas dan menyebutnya sebagai langkah penting untuk menjalin gencatan senjata.

Perhitungan baru ini akan membuka pintu perundingan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel. Selain itu, di Yordania juga terasa ombak tuntutan menjalin relasi diplomatik dengan Hamas dan menegaskan bahwa Hamas aktor kunci masalah Palestina.

Garis Dalam Palestina

Kemenangan ini telah membuka hubungan-hubungan dengan Hamas. Ini adalah kesempatan untuk menundukkan monopoli Otoritas Palestina, melakukan reformasi organisasi pembebasan dan memutus kerjasama keamanan dengan Israel.

Salah satu analis politik yakin bahwa dunia sekarang percaya akan kesetaraan kekuatan dalam Palestina. Hari ini bukan Otoritas Palestina, (tetapi) Hamas yang menjadi tampat sandaran keabadian mitos bangsa Palestina.

Baca Juga : Usai Perang, Penahanan Dimulai: 1550 Warga Ditangkap

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *