HomeAnalisa7 Kata ‘Tidak’ Ayatullah Sistani ke Barat

7 Kata ‘Tidak’ Ayatullah Sistani ke Barat

Purna Warta – Abraham Lincoln, Presiden AS ke-15, pernah mengatakan, “Pertama, putuskan dulu bahwa Anda harus mengerjakan sesuatu, baru Anda akan menemukan jalannya.” Pernyataan Lincoln ini memperlihatkan inti masalah yang dihadapi dunia saat ini dan itu menurutnya adalah problem kemauan dan tujuan. Realita yang ditunjukkan oleh bangsa Irak adalah mereka ingin Mukawamah.

Paus Fransiskus mengunjungi Irak dan mengadakan pertemuan dengan alim Syiah, Ayatullah Sayid Ali Sistani pada hari Jumat, tanggal 5 Maret 2021. Satu pertemuan yang akan terpahat dalam sejarah dengan berbagai sisi, politik, budaya dan keamanan secara universal. Kunjungan yang menarik perhatian para pakar dan analis dunia Islam dan internasional.

Di bawah ini adalah catatan dari kantor Ayatullah Sayid Ali Sistani yang ditorehkan pasca kunjungan Paus Fransiskus, Pemimpin Kristen Katolik dunia, Vatikan.

Utama tulisan tersebut mengandung pernyataan Ayatullah Sistani dalam pertemuannya dengan Paus Fransiskus. Satu pesan tersirat yang berisi 7 kata “Tidak” atas politik Barat dan sekutu internasionalnya.

  1. Tidak untuk Perang

Salah satu inti pesan Ayatullah Sayid Ali Sistani adalah fikrah anti-perangnya dan brutalitas atas bangsa tertindas dan tanpa daya.

Dua dekade terakhir, Barat melancarkan politik anti-kemanusiaan. Mereka, dengan paksa, melaksanakan politik krisis sosial terhadap bangsa tak berdaya. Agresi di Irak, Afganistan, dukungan terhadap teroris al-Qaeda, menciptakan ISIS di Suriah-Irak, teror para pakar sains dan politik Baghdad, teror di bandara internasional hingga membunuh dua komando dunia resistensi Jenderal Qassem Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis adalah aksi-aksi arogan Barat, khususnya Amerika.

Aksi serta kebijakan Amerika dalam memforsir diri untuk menetap di Irak dan manuver bahaya Gedung Putih dalam menciptakan jaringan politik pendukung kepentingan Washington di Irak adalah bagian-bagian dari bukti autentik akan tujuan kolonialisme dunia. Anarkisme Irak dielu-elukan demi menggambarkan diri sebagai juru penyelamat hingga mengundur rencana keluar dari Baghdad. Realitas yang sangat bertentangan dengan keputusan bangsa Irak.

AS-Inggris mengadakan uji coba senjata, yang selain mengancam jiwa sipil, juga membahayakan genetika warga yang tidak mungkin tersucikan dalam waktu sekejab.

Pesan jelas yang disampaikan dalam pertemuan ini adalah penolakan para Ulama Najaf atas terorisme Barat, Amerika, Saudi dan pemain lainnya di Irak.

  1. Tidak untuk Kebiadaban Sosial

Dunia sekarang tidak terlalu memperhatikan masalah ini. Bahkan penguasa tutup mata atas hak warga yang protes dan mengkritik politik mereka. Mementingkan diri, inilah sumber politik penjarahan dan penangkapan warga di jalanan.

Meningkatnya kejenuhan politik sosial, kelaparan dan kemiskinan di Amerika, supresi politik di Inggris, politik Takfiri dan terorisme para penghuni Istana Saud, rantai tanpa putus propaganda Zionis terhadap sipil regional serta pembantaian kaum teraniaya Palestina adalah fakta-fakta yang bisa dijadikan objek pelanggaran HAM dan buta Barat beserta sekutu dalam masalah ketidak-adilan dan kebiadaban sosial.

Keadilan sosial memiliki banyak sisi. Kolonialisme AS-Barat atas Irak memiliki arti penolakan mereka terhadap pembangunan masyarakat Irak bersatu dan keadilan sosial untuk bangsa Baghdad dan lainnya.

  1. Tidak untuk Sanksi dan Blokade Ekonomi

Masalah sanksi dan pemblokiran ekonomi adalah senjata lawan semenjak Islam berdiri. Menjerumuskan Nabi Muhammad saw. dalam situasi terkepung tertulis dalam lembaran sejarah, yang sarat pesan dan kesan. Penolakan Ayatullah Sayid Ali Sistani atas sanksi lalim dan blokade ekonomi yang dilancarkan Barat atas bangsa dunia adalah satu wejangan penting yang dipaparkan dalam pertemuan historis ini.

Sebagai contoh, sekitar 40 tahun sudah blokade serta sanksi ekonomi Barat, terkhusus AS terhadap Iran berlalu. Dan mereka sama sekali tidak enggan untuk menyuntikkan segala ancaman demi tujuan dan kepentingannya.

Sanksi dan blokade Yaman juga disaksikan oleh dunia. Barat yang diketuai Amerika diam seribu bahasa menonton tindak teror Arab Saudi dan Emirat menghabisi bangsa Yaman. Mereka mengancam bangsa yang memiliki peradaban tinggi. Warga Sanaa melewati hari-hari dengan kelaparan dan ketidakberdayaan. Ini adalah pembantaian, genosida satu generasi dan Barat hanya diam.

Tidak untuk blokade ekonomi adalah pesan Ayatullah Sayid Ali Sistani dalam pertemuan dengan Paus Fransiskus. Inilah keputusan Ulama Najaf.

  1. Tidak untuk Pendudukan Palestina

Masalah dunia Islam yaitu Palestina juga tidak luput dari pembahasan pembesar agama di Irak ini. Ayatullah Sayid Ali Sistani memaparkan masalah Palestina secara khusus.

Tentu para penganut Islam sekuler tidak memprediksi masalah Palestina akan dipaparkan di tengah pertemuan. Suara pembahasan Palestina ini telah memekik di telinga pihak-pihak pendukung pemisahan agama dan politik, baik di Iran maupun di Irak dan lainnya.

Memaparkan perihal Palestina, dalam pandangan Ayatullah Sayid Ali Sistani, adalah masalah yang akan membuat Israel marah. Israel mengimpikan kunjungan Paus ke Irak sebagai senjata adu domba Irak-Iran. Namun kesatuan dan kesearahan pandangan Ayatullah Sayid Ali Sistani dengan Pemimpin tertinggi Revolusi Islam, Ayatullah Sayid Ali Khamanei telah memupus mimpi tersebut.

Selain fakta kesatuan antara Ulama Syiah Irak dan Iran, fakta ini juga tidak akan membuat Benjamin Netanyahu untuk banyak berharap relasi normal dengan Baghdad.

  1. Tidak untuk Ekspansi

Menolak perluasan wilayah pendudukan atau ekspansi menjadi urusan kunci yang kesekian dalam pertemuan ini. Barat adalah tangan panjang dari pencurian hak bangsa, perkembangan krisis dan perampokan SDA negara berkembang.

Pengerahan koboi Amerika ke Irak dan bantuan Barat atas aksi terorisme Washington adalah bukti nafsu ekspansi yang terang-terangan ditolak oleh Ayatullah Sayid Ali Sistani.

Lima kata ‘tidak’ ini saja telah membuktikan keputusan dan pandangan Ulama Syiah menyorot masalah-masalah internasional.

  1. Tidak untuk Takfiri

Salah satu perihal vital lainnya yang dibahas dalam kunjungan ini adalah masalah kebebasan beragama dan menjauhkan diri dari sikap pemusnahan agama dan agamis.

Beberapa pemerintah Barat, salah satunya Prancis telah memainkan peranan penting dalam hal ini. Kebijakan yang telah ditangkis oleh Sayid Ali Khamanei sebelumnya hingga membangkitkan penafian propaganda agama oleh dunia Islam di Eropa.

Kejahatan rezim Zionis atas Palestina, tekanan Barat terhadap Muslimah dalam urusan hijab dan hak sipil di tengah pembatasan adalah objek urusan ini. Bahkan politik ini juga mencakup aliran Takfiri Arab Saudi dan beberapa negara Arab lainnya.

Dukungan pokok Arab Saudi bersama sekutu atas aliran ekstrim terhadap pemeluk agama lain dan pembantian penganut mazhab lain termasuk masalah besar yang harus diperhatikan dunia modern.

Hal ini harus dibahas di depan ketua Katolik dunia sebagai bentuk pembuktian rasionalitas panganut Syiah atas persoalan internasional.

  1. Tidak untuk Kemiskinan

Kemiskinan adalah perihal lain dari berbagai masalah urgen dunia. Berdasarkan pandangan para pakar ekonomi kolonial, dunia telah dibagi-bagi menjadi beberapa hierarki. Satu tingkatan dikategorikan sebagai strata pekerja. Satu status juga dianggap sebagai tindihan untuk kesuksesan tingkat atas.

Tidak untuk kemiskinan dalam pandangan Ayatullah Sayid Ali Sistani menjelaskan fakta ini. Bangsa-bangsa lain harus menggapai kemerdekaannya dan menutup pintu kelahiran kefakiran dan penjajahan. Ini harus menjadi agenda untuk memotong tangan kaum penindas dan perampok, yang dalam istilah Barat sedikit banyak disebut dengan kemajuan dan perkembangan. Satu istilah yang tentu bersumber dari darah kaum tertindas dan genosida bangsa.

Sorot Ayatullah Sayid Ali Sistani menjadi garis merah penafian anti-kemerdekaan dan kebebasan bangsa, yang akan melahirkan hierarki kemiskinan dan krisis dalam berbagai bentuknya.

Paus Sebagai Wasitah

Di akhir jalsah, Ayatullah Sayid Ali Sistani menegaskan untuk menyampaikan pesan ini ke telinga Barat. Ini bermaknakan bahwa isi pesan dialamatkan kepada Barat, audiens utama adalah para kolonial.

Baca juga: Paus Bahagia Karena Pertemuan Dengan Ayatullah Sistani

Must Read

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here